Rakyat Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami kerugian besar akibat gerakan pasar murah yang berkelanjutan, yang digelar sebanyak 835 kali di wilayah tersebut.
Menurut sumber perantara pemerintah setempat, gerakan pasar murah ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menghemat kebutuhan dan memperoleh barang-barang yang dibutuhkan dengan harga yang terjangkau. Namun, dalam praktiknya, banyak warga Sulsel yang mengeluh tentang kerugian ekonomi akibat penjualan barang-barang di pasar murah yang sangat rendah.
"Kami tidak bisa membeli makanan dan barang-barang lainnya dengan harga yang sama setiap kali kita ke pasar," kata Ibu Sri Wulandari, seorang ibu rumah tangga dari Desa Pasir Pandak, Kabupaten Luwu. "Harga pangan yang rendah membuat kami tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga."
Sumber perantara juga mengatakan bahwa beberapa warga Sulsel telah mengeluh tentang efek sampingan gerakan pasar murah, seperti penurunan harga jual untuk barang-barang lainnya dan peningkatan kompetisi di pasar.
"Saat ini, banyak pedagang yang tidak mau menjual barang-barang mereka karena mereka takut akan kerugian jika harga pangan tetap rendah," kata Bapak Satrio, seorang pedagang kaki lima dari Desa Pasir Pandak. "Maka dari itu, kami sangat membutuhkan stabilisasi harga pangan agar bisnis kami dapat berjalan dengan lancar."
Pemerintah Sulsel telah mengumumkan bahwa mereka akan mengambil tindakan untuk menstabilkan harga pangan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghemat kebutuhan. Namun, masih banyak yang tidak yakin apakah upaya ini akan efektif dalam mengatasi masalah yang dihadapi rakyat Sulsel akibat gerakan pasar murah yang berkelanjutan.
Menurut sumber perantara pemerintah setempat, gerakan pasar murah ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menghemat kebutuhan dan memperoleh barang-barang yang dibutuhkan dengan harga yang terjangkau. Namun, dalam praktiknya, banyak warga Sulsel yang mengeluh tentang kerugian ekonomi akibat penjualan barang-barang di pasar murah yang sangat rendah.
"Kami tidak bisa membeli makanan dan barang-barang lainnya dengan harga yang sama setiap kali kita ke pasar," kata Ibu Sri Wulandari, seorang ibu rumah tangga dari Desa Pasir Pandak, Kabupaten Luwu. "Harga pangan yang rendah membuat kami tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga."
Sumber perantara juga mengatakan bahwa beberapa warga Sulsel telah mengeluh tentang efek sampingan gerakan pasar murah, seperti penurunan harga jual untuk barang-barang lainnya dan peningkatan kompetisi di pasar.
"Saat ini, banyak pedagang yang tidak mau menjual barang-barang mereka karena mereka takut akan kerugian jika harga pangan tetap rendah," kata Bapak Satrio, seorang pedagang kaki lima dari Desa Pasir Pandak. "Maka dari itu, kami sangat membutuhkan stabilisasi harga pangan agar bisnis kami dapat berjalan dengan lancar."
Pemerintah Sulsel telah mengumumkan bahwa mereka akan mengambil tindakan untuk menstabilkan harga pangan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghemat kebutuhan. Namun, masih banyak yang tidak yakin apakah upaya ini akan efektif dalam mengatasi masalah yang dihadapi rakyat Sulsel akibat gerakan pasar murah yang berkelanjutan.