Keterbatasan Pasokan Emas Antam Terjadi karena Gangguan Produksi Freeport
Dalam beberapa bulan terakhir, produksi emas di Indonesia mengalami keterbatasan pasokan yang signifikan. Penyebab utama dari kekurangan ini adalah gangguan pasca-longsor yang terjadi di tambang bawah tanah milik PT Freeport Indonesia (PTFI), salah satu produsen emas terbesar di negara ini.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, kapasitas pengolahan konsentrat di fasilitas pemurnian Freeport sangat besar. Namun, setelah kejadian longsor yang menelan korban jiwa, produksi konsentrat belum kembali ke kapasitas penuh, sehingga mempengaruhi pasokan emas bagi PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
"Produksi terhadap konsentrat di Freeport itu belum dilakukan secara maksimal. Maka dengan demikian pasti mengalami kekurangan pasokan (emas bagi Antam)," ujar Bahlil.
Bahlil juga menyebutkan bahwa kapasitas pengolahan emas yang dihasilkan oleh Freeport sebenarnya sangat besar, yaitu antara 50 hingga 60 ton emas per tahun. Namun, setelah kejadian longsor, produksi konsentrat tidak dapat beroperasi secara maksimal, sehingga mempengaruhi pasokan emas bagi Antam.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba), Tri Winarno, juga menyebutkan bahwa Antam dan PT Freeport Indonesia telah menjalin kerja sama jual beli emas sebanyak 30 ton untuk mengurangi impor. Namun, setelah kejadian longsor, produksi konsentrat tidak dapat beroperasi secara maksimal, sehingga mempengaruhi pasokan emas bagi Antam.
"Sekarang ini adalah refenery (pemurnian) emas kita itu kan di Freeport. Sementara di Amman, di NTB, dengan 970 ribu konsentrat, itu menghasilkan 18 sampai dengan 20 ton emas," kata Bahlil.
Keterbatasan pasokan emas ini memang menjadi kekhawatiran bagi para penggemar emas dan investor yang berkepentingan dengan industri pertambangan di Indonesia.
Dalam beberapa bulan terakhir, produksi emas di Indonesia mengalami keterbatasan pasokan yang signifikan. Penyebab utama dari kekurangan ini adalah gangguan pasca-longsor yang terjadi di tambang bawah tanah milik PT Freeport Indonesia (PTFI), salah satu produsen emas terbesar di negara ini.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, kapasitas pengolahan konsentrat di fasilitas pemurnian Freeport sangat besar. Namun, setelah kejadian longsor yang menelan korban jiwa, produksi konsentrat belum kembali ke kapasitas penuh, sehingga mempengaruhi pasokan emas bagi PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
"Produksi terhadap konsentrat di Freeport itu belum dilakukan secara maksimal. Maka dengan demikian pasti mengalami kekurangan pasokan (emas bagi Antam)," ujar Bahlil.
Bahlil juga menyebutkan bahwa kapasitas pengolahan emas yang dihasilkan oleh Freeport sebenarnya sangat besar, yaitu antara 50 hingga 60 ton emas per tahun. Namun, setelah kejadian longsor, produksi konsentrat tidak dapat beroperasi secara maksimal, sehingga mempengaruhi pasokan emas bagi Antam.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba), Tri Winarno, juga menyebutkan bahwa Antam dan PT Freeport Indonesia telah menjalin kerja sama jual beli emas sebanyak 30 ton untuk mengurangi impor. Namun, setelah kejadian longsor, produksi konsentrat tidak dapat beroperasi secara maksimal, sehingga mempengaruhi pasokan emas bagi Antam.
"Sekarang ini adalah refenery (pemurnian) emas kita itu kan di Freeport. Sementara di Amman, di NTB, dengan 970 ribu konsentrat, itu menghasilkan 18 sampai dengan 20 ton emas," kata Bahlil.
Keterbatasan pasokan emas ini memang menjadi kekhawatiran bagi para penggemar emas dan investor yang berkepentingan dengan industri pertambangan di Indonesia.