Fosil Berusia 220 Ribu Tahun Ditemukan di China, Ubah Sejarah Manusia
Dalam penemuan yang mengguncang sejarah manusia, tim peneliti Universitas Hawai'i dan Institut Paleontologi Vertebrata berhasil menemukan fosil berusia 220 ribu tahun di wilayah Xujiayao, China Utara. Fosil tersebut ditemukan sebagai spesies Homo Juluensis, yang mengubah paradigma dalam peradaban manusia.
Fosil ini memiliki bentuk yang tidak biasa, dengan tengkorak yang berukuran besar dan lebar. Fitur lainnya dilaporkan mirip dengan Neanderthal, serta mirip seperti manusia modern dan Denisovan. Penelitian tersebut dianggap sebagai bentuk baru hominin berotak besar (Juluren) yang tersebar luas di sebagian besar Asia timur pada kuartal akhir (300 ribu-500 ribu tahun lalu).
Penemuan ini tidak merupakan hal baru, karena fosil serupa juga pernah ditemukan di Xujiayao pada 1974. Pada saat itu ditemukan 10 ribu artefak dan 21 fragmen fosil hominin, yang terdiri dari 10 individu berbeda. Fragmen tersebut memiliki fitur mirip dengan temuan peneliti Bae dan Wu.
Kemungkinan kemiripan ini berarti Homo Juluensis tidak terisolasi secara genetik. Spesies ini sendiri merupakan hasil perkawinan dari Plesitosen Tengah, termasuk Neanderthal. Dengan demikian, mereka mewakili populasi hominin baru untuk wilayah itu, juluren artinya manusia kepala besar.
Peneliti tersebut juga menyarankan perlu adanya terminologi yang lebih spesifik dalam mengenali Homo Purba. Mereka menyarankan membaginya dalam empat spesies, yaitu H. floresiensis, H. luzonensis, H. longi, dan H. juluensis.
Penemuan ini telah mengguncang sejarah manusia dan memberikan gambaran yang lebih luas tentang evolusi spesies Homo Purba.
Dalam penemuan yang mengguncang sejarah manusia, tim peneliti Universitas Hawai'i dan Institut Paleontologi Vertebrata berhasil menemukan fosil berusia 220 ribu tahun di wilayah Xujiayao, China Utara. Fosil tersebut ditemukan sebagai spesies Homo Juluensis, yang mengubah paradigma dalam peradaban manusia.
Fosil ini memiliki bentuk yang tidak biasa, dengan tengkorak yang berukuran besar dan lebar. Fitur lainnya dilaporkan mirip dengan Neanderthal, serta mirip seperti manusia modern dan Denisovan. Penelitian tersebut dianggap sebagai bentuk baru hominin berotak besar (Juluren) yang tersebar luas di sebagian besar Asia timur pada kuartal akhir (300 ribu-500 ribu tahun lalu).
Penemuan ini tidak merupakan hal baru, karena fosil serupa juga pernah ditemukan di Xujiayao pada 1974. Pada saat itu ditemukan 10 ribu artefak dan 21 fragmen fosil hominin, yang terdiri dari 10 individu berbeda. Fragmen tersebut memiliki fitur mirip dengan temuan peneliti Bae dan Wu.
Kemungkinan kemiripan ini berarti Homo Juluensis tidak terisolasi secara genetik. Spesies ini sendiri merupakan hasil perkawinan dari Plesitosen Tengah, termasuk Neanderthal. Dengan demikian, mereka mewakili populasi hominin baru untuk wilayah itu, juluren artinya manusia kepala besar.
Peneliti tersebut juga menyarankan perlu adanya terminologi yang lebih spesifik dalam mengenali Homo Purba. Mereka menyarankan membaginya dalam empat spesies, yaitu H. floresiensis, H. luzonensis, H. longi, dan H. juluensis.
Penemuan ini telah mengguncang sejarah manusia dan memberikan gambaran yang lebih luas tentang evolusi spesies Homo Purba.