Ferry Irwandi Kalem Disindir Sok Paling-paling, Anggota DPR Minta Maaf

Anggota DPR RI Endipat Wijaya, yang menjabat sebagai anggota Komisi I, mendapat kritik publik karena mempersoalkan donasi publik untuk korban bencana ekologis di Aceh dan Sumatra. Dia malah membandingkan bantuan pemerintah yang diklaim mencapai triliunan rupiah dengan donasi warga sebesar Rp10 miliar untuk korban bencana.

"Orang yang cuma datang sekali seolah-olah paling bekerja di Aceh, padahal negara udah hadir dari awal. Ada orang baru datang, baru bikin satu posko ngomong pemerintah enggak ada," ujar Endipat.

Endipat mengharapkan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mampu menggencarkan informasi kerja pemerintah. Dia berharap Komdigi lebih aktif dan sensitif supaya informasi yang disampaikan bisa viral seperti konten di media sosial.

Dia juga meminta maaf kepada Ferry Irwandi, creator konten sekaligus CEO Malaka Project, karena dia mendengar pernyataan Endipat yang menyinggung dirinya. Namun, Ferry mengaku tidak merasa marah dan kesal karena mendapatkan dukungan dari masyarakat yang sangat besar.

Sementara itu, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka membela gerakan inisiatif warga menyalurkan bantuan untuk masyarakat terdampak bencana alam di Aceh dan Sumatera. Ia menyebut gerakan itu merupakan aksi nyata atas sikap gotong-royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Gerakan ini, seperti yang dilakukan oleh banyak lembaga sosial, komunitas, hingga individu, merupakan aksi nyata dari semangat gotong-royong dan kepedulian sosial yang sejak lama menjadi kekuatan bangsa kita.
 
Endipat Wijaya itu sih salah paham apa yang dibutuhkan masyarakat Aceh & Sumatera, ya? Orang kaya itu aja jelas bermakna, tapi apa yang dibutuhkan sebenarnya orang di daerah tersebut? Kalau bantuan yang sebenarnya sudah ada dari pemerintah, mengapa harus lagi donasi warga? Bolehkah kita tidak fokus pada kinerja pemerintah itu sendiri? πŸ€”

Dan kalau gerakan inisiatif warga itu sih benar-benar aksi nyata dan semangat gotong-royong, tapi mungkin juga perlu ada pertimbangan lain, seperti efisiensi donasi yang diberikan. Tapi, aku senang melihat Ferry Irwandi tidak merasa marah, dia buat konten yang bagus ya! πŸ™Œ
 
Dah, apa lagi yang jalan di Aceh dan Sumatra? Warga itu kayaknya udah terbiasa dengan bantuan pemerintah, tapi Endipat kira warga itu belum tahu tentang triliunan rupiah yang diklaim diberikan oleh pemerintah? Kalau mau ngomongin, harus punya informasi yang lebih jelas. Dan siapa yang bilang kebenaran dari di mana? Aku pikir Ferry Irwandi kayaknya benar-benar tidak merasa marah dan kesal, karena dia punya pendukung banyak banget! Warga itu kayaknya udah terbantu oleh pemerintah sejak lama, jadi Endipat kira warga itu harus terus berterima kasih?
 
Malamnya aku masih inget ketika korban bencana alam di Aceh dan Sumatra selalu mendapatkan bantuan dari masyarakat. Aku rasa Endipat Wijaya salah paham, dia harus ngomongin bagaimana pemerintah bisa lebih efisien dalam memberikan bantuan. Tapi, aku setuju dengan Ferry Irwandi, kita harus makin serius dalam menyebarkan informasi tentang keadaan di daerah-daerah yang terdampak bencana alam. Dan, akhirnya aku senang melihat gerakan warga yang mau mendukung korban bencana alam, itu benar-benar inspiratif πŸ’•
 
Apa sih yang salah dengar Endipat Wijaya kayak tuan rumah solo kayak gitu? Donasinya kayak birokrasi yang jauh lebih lembut daripada perenungan dia sendiri. Dan siapa yang bilang kalau pemerintah udah hadir dari awal dan ada orang baru datang bikin posko? Belum punya bukti, apa ke?

Aku juga penasaran kenapa Endipat jadi penjahat berita kayaknya? Jangan lupa dia bilang komdigi harus lebih viral di media sosial. Maksudnya sih kayak ngomong-ngomong aja tapi tidak ada tindakan nyata. Dan akhirnya dia minta maaf pada Ferry Irwandi karena kayaknya Endipat paling malas dan lemas memahami keberadaan orang lain.

Gerakan warga kayaknya bisa jadi hal yang positif, tapi juga perlu diawasi agar tidak jadi biyayu. Apa yang penting adalah kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, bukan sih kompetisi siapa yang kuat berita.
 
Pikirannya kayak gitu, kalau pemerintah udah berdonasi triliunan rupiah, tapi warga hanya ngeluarin Rp10 miliar? Sip, dia kayaknya ingin ngajak Komdigi jadi lebih aktif dan sensitis, biar informasi tentang bantuan pemerintah bisa viral di media sosial. Tapi, apa dia pikir gerakan ini tidak penting? Gerakan warga kayaknya sudah menunjukkan bahwa mereka sudah mau berkontribusi dan berpartisipasi untuk membantu korban bencana, siapa yang salah sama-sama? Nah, aku juga rasa Ferry Irwandi tidak perlu marah, dia udah mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat, kan. Sementara itu, Gibran Rakabuming Raka kayaknya benar-benar mendukung gerakan inisiatif warga ini, karena memang sudah terbukti bahwa gotong-royong adalah semangat yang kuat di Indonesia! 🀩
 
Gue rasanya kayaknya Endipat Wijaya malah membantu masyarakat Aceh & Sumatra dengan menegaskan pentingnya transparansi informasi dari pemerintah. Kalau pemerintah mau ngajak warga bikin kontribusi sebesar Rp10 triliun, siapa yang salah? Belum ada bukti kalau pemerintah tadi udah melakukan apa-apa di Aceh & Sumatera sebelum bencana terjadi. Gue rasa Endipat Wijaya benar-benar ingin kebaikan, tapi malah dibesarkan dengan informasi yang kurang akurat oleh komdigi πŸ€”
 
Wah, aku pikir Endipat Wijaya benar-benar harus lebih berhati-hati kalau mau bercanda di media sosial. Tapi aku setuju dengan beliau bahwa informasi pemerintah udah krusial, tapi malah aja diisi oleh kontes foto wajah beliau πŸ€·β€β™‚οΈ. Nah, aku pikir kalau itu gerakan #AksiGotongRoyong yang terus berlanjut banget, dari Malaka Project hingga komunitas lokal. Tapi, sepertinya Endipat Wijaya punya masalah dengan media sosial, aku yakin jika dia menggunakan platform seperti TikTok atau Instagram Live, gerakan ini pasti viral dan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat πŸ“ˆ. Aku paham kalau beliau meminta maaf ke Ferry Irwandi, tapi aku rasa beliau harus lebih berani untuk mengkritik pemerintah daripada itu πŸ˜‚.
 
Pemakaman ini sangat mengesankan, kan? Sementara Endipat Wijaya terus membutuhkan komoditas teknologi info dan digital untuk meningkatkan informasi publik. Malah dia jujur, tapi orang kalau malu nggak, deh! Contoh aja kalau kita ingin mengarahir publik dengan baik, kita harus mau mengambil risiko dan tidak takut dibawa hinaan πŸ˜‚.
 
aku kayaknya penasaran juga dengan gerakan ini πŸ€”. tapi apa yang aku lihat, kontribusi warga yang hanya Rp10 miliar itu kurang jelas banget. aku cari tahu, donasi warga sebesar Rp10 miliar itu dari mana aja? πŸ€‘. dan gimana caranya warga bisa memastikan bahwa uang itu benar-benar digunakan untuk korban bencana? πŸ€”.

kita lihat chart ini πŸ“Š, di mana perjanjian donasi publik untuk korban bencana ekologis di Aceh dan Sumatra. rata-rata kontribusi pemerintah adalah Rp200 miliar πŸ€‘. tapi warga hanya berdonasi Rp10 miliar πŸ€·β€β™€οΈ.

ada salah satu data, di tahun 2020, donasi publik untuk korban bencana ekologis di Aceh dan Sumatra sebesar Rp1 triliun πŸ’Έ. tapi tahun ini, kontribusi pemerintah tetap Rp200 miliar πŸ€‘. apakah ada yang berubah? πŸ€”.

aku rasa perlu ada transparansi yang lebih baik dalam penggunaan donasi publik. kita butuh informasi yang jelas dan akurat tentang bagaimana uang itu digunakan πŸ“Š.
 
aku pikir Endipat Wijaya pas banget ketika dia bilang bahwa pemerintah udah ada sejak awal buat membantu korban bencana, tapi apa yang dia cari sih? kualitas informasi? endipat juga salah jika dia bandingkan donasi warga Rp10 miliar dengan triliunan rupiah, itu nggak masuk akal! apa yang penting adalah bahwa warga nyanyuk dan berbagi kepedulian, tapi Endipat malah membandingkan jumlah donasi bukan kualitasnya πŸ€·β€β™‚οΈ.

saya senang dengerin Ferry Irwandi yang sabar dan tidak marah ketika dia mendapatkan kritik dari Endipat, tapi apa yang harus diubah sih? Endipat bisa jadi fokus pada kualitas informasi bukan jumlah donasi. dan Gibran Rakabuming Raka pas banget ketika dia membela gerakan inisiatif warga, itu aksi nyata yang membuatku senang πŸ™Œ.
 
Pak Endipat benar-benar harus jujur dengan masyarakat tentang asal-usul dana bantuan korban bencana, apalagi kalau dia bisa ngomong pemerintah belum ada 😊. Sementara itulah warga Aceh dan Sumatera yang terus berjuang untuk memperbaiki lingkungan setelah bencana πŸŒͺ️.
 
Gue pikir kalau Endipat Wijaya itu sedang salah tahu apa yang dia bayangkan dengan donasi publik itu πŸ€”. Ngomong-ngomong tentang bantuan pemerintah dan donasi warga, itu nggak sama-sama, ya? πŸ€‘ Pemerintah udah punya triliunan rupiah untuk bantu korban bencana, tapi apa yang warga nambahin kayaknya hanya Rp10 miliar? πŸ€·β€β™‚οΈ

Dan aku rasa Endipat Wijaya itu harus ngobati pikirannya tentang bagaimana informasi pemerintah disampaikan. Kalau informasi itu viral di media sosial, maka itulah yang harus diprioritaskan! πŸ“± Ngomong-ngomong kalau Komdigi udah punya kemampuan untuk menggencarkan informasi kerja pemerintah, tapi nggak disampaikan secara efektif. 😐
 
Maksudnya apa sih Endipat udah salah banget! πŸ€¦β€β™‚οΈ Donasi warga itu jelas bukan mainan, tapi bagaimana kabar pemerintah? πŸ€‘ Lihat statistik donasi publik di Aceh dan Sumatra, ada Rp10 miliar, tapi kemudian informasi kerja pemerintah nggak jelas, kabar gembira apa keberadaannya? πŸ“Š

Cek chart ini, perluasan infrastruktur di daerah bencana sebesar 30% lebih rendah dari target. πŸš§πŸ“ˆ Ada yang bilang pemerintah udah siap, tapi bagaimana kabar implementasinya? πŸ˜’

Sementara itu, Waskes Gibran lagi memperkuat gerakan inisiatif warga, tapi apa yang dibawa oleh Kementerian Komunikasi dan Digital ini? πŸ“ΊπŸ“° Ada yang bilang mereka udah siap, tapi bagaimana kabar transparasinya? 😬

Saya ingat data di bawah ini tentang korban bencana di Aceh dan Sumatra, ada 15.000 jiwa yang terkena dampak. πŸ“Š Bagaimana dengan keterampilan warga itu? Mereka udah belajar bagaimana membuat komunitas sendiri! πŸ’ͺ
 
Pernah ngelihat kontes di media sosial siapa yang bisa berbagi bantuan untuk korban bencana, padahal banyak bantuan dari warga seperti itu 😊. Padahal Endipat Wijaya bilang donasi publik kurang, tapi aku rasa lebih penting lagi bagaimana kerja pemerintah transparan sih, jadi kalau mau jujur, beritahu kalian aja, nggak perlu dibandingkan dengan warga yang udah ngerjakan aja πŸ’‘. Aku juga tidak merasa ironi banget kalau Endipat Wijaya bilang Ferry Irwandi malah orang yang bisa bikin viral informasi, tapi aku rasa lebih penting lagi bagaimana kerja pemerintah jujur dan transparan sih πŸ€”.
 
Kalau nggak salah, Endipat itu kayak orang yang suka bikin kontes siapa yang paling bisa ngomong, tapi tidak pernah ngerjain hal apa pun. Masyarakat Aceh dan Sumatera udah punya donasi Rp10 miliar, tapi dia kayak gini, "oruh" pemerintah udah ada sejak awal, tapi tidak pernah ngrakitin bantuan. Sementara itu, gerakan warga di Aceh dan Sumatera kayak kebaikan sederhana, tapi Endipat kayak kurang berpikir. Mungkin dia harus tambahkan "ngomong" ke dalam daftar keterampilannya πŸ˜‚
 
Eh, apa artinya kalau Endipat Wijaya punya pendapat tentang donasi publik? Aku rasa dia bosen banget dengan opini orang lain. Dia kalah dalam diskusi, jadi dia membandingkan donasi warga sebesar Rp10 miliar dengan triliunan rupiah yang diklaim pemerintah. Tapi aku pikir apa bedanya? Aku malah penasaran tentang konten Malaka Project, siapa Ferry Irwandi lagi? Aku belum pernah dengar namanya πŸ€”. Dan siapa nih Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka? Apa dia yang paling aktif dalam mengerjakan bencana di Aceh dan Sumatra? Aku rasa informasi tentang itu kurang banyak πŸ“°.
 
Dulu Endipat Wijaya ngerembug donasi publik korban bencana ekologis di Aceh & Sumatra, dia bilang bantuan pemerintah udah mencapai triliunan rupiah tapi warga hanya berdonasi Rp10 miliar. Dia malah mengeluh informasi kerja pemerintah enggak jelas. Akhirnya dia minta maaf ke Ferry Irwandi karena mengeluarkan pernyataan yang menyinggung dirinya.

Tapi aku pikir Endipat Wijaya salah, donasi publik itu penting banget buat korban bencana! Dan aku setuju dengan Gibran Rakabuming Raka, gerakan ini adalah contoh gotong-royong yang menjadi ciri khas bangsa kita. Kita harus lebih berpartisipasi dan mendukung kerja sama warga dan lembaga sosial! 🀝🌿
 
aku pikir Endipat Wijaya nggak perlu bingungin sama Ferry Irwandi, siapa yang salah? dia cari jalan keluarnya sendiri kan 😐. tapi aku paham kenapa beliau marah, karena konfirmasinya kabar yang salah. aku percaya gerakan warga yang bikin donasi untuk korban bencana itu bukan mainan main, tapi aku rasa dia harus ngobrol dengannya lebih serius, jangan cuma sambil santai aja. dan kalau beliau bingungin dengan informasi, dia bisa langsung hubungi Komdigi, ya? πŸ€”
 
Endipat Wijaya jujur nggak sengaja, tapi dia mempermasalahkan donasi publik itu, padahal warga Aceh dan Sumatera udah bikin kontribusi banyak banget! Kamangka pemerintah kembali ngomong, tapi sebenarnya apa yang ada di tangan mereka? Aja bikin ngewacan aja, jadi warga harus berjalan di belakangnya. Saya pikir Endipat Wijaya udah benar-benar nyolot, tapi gue rasa dia juga harus lebih sabar dan tidak langsung nge-attack siapa pun yang dia rasakan salah.
 
kembali
Top