Eksodus Relawan Jokowi dan Siasat Bertahan di Lingkar Kekuasaan
Kemarin lawan, hari ini menjadi kawan. Sebelumnya rival sengit, menjadi konco sesudahnya. Sayangnya, pergeseran arus politik nasional masih kental pragmatisme dan patronase politik elite.
Hal itu pula yang dicium sejumlah pemerhati politik nasional ketika menilik gelagat eksodus organ relawan Projo dari pengaruh Joko Widodo alias Jokowi. Projo–yang identik dengan Jokowi bahkan dikenal luas sebagai Pro-Jokowi–tampak mulai membalikkan badan ke arah presiden Prabowo Subianto.
Projo yang dulu menjadi organisasi relawan pendukung Jokowi, tampak ingin bergabung ke dalam Partai Gerindra. At least itu yang dikatakan Budi Arie Setiadi, Ketua Umum Projo. Projo memang identik dengan Jokowi dan telah terlihat dalam logo organ relawan ini. Namun menurut Budi, logo Projo akan diganti.
Sekalipun ada manuver Projo untuk bergabung ke partai penguasa. Namun ada pula kemungkinan bahwa manuver ini hanya sebatas siasat bertahan di lingkar kekuasaan. Jokowi sendiri juga sudah tidak lagi menjadi penguasa, dan ada niatan untuk mencari 'suaka' politik baru.
Dalam meninjau gelagat Projo ini, Analis Politik Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, ada kekhawatiran dalam kalangan organisasi ini karena Budi Arie Setiadi telah terlibat dalam skandal judi online di masa lalu.
Kedua, ada kemungkinan bahwa manuver Projo hanya mencari 'suaka' politik dan ekonomi. Dedi juga menjelaskan bahwa Jokowi sendiri juga sudah tidak lagi memiliki kekuasaan, sehingga ada niatan untuk mencari pengaruh baru.
Pertama-tama perlu diingat bahwa Budi Arie Setiadi telah terlibat dalam skandal judi online. Namun dia memang membantah tuduhan itu dan menyebutnya sebagai 'narasi jahat'.
Sementara itu, Analis Politik IPO, Dedi juga menjelaskan bahwa Projo tidak bisa dilepaskan dari sejarah pemerintahan Jokowi. Projo sendiri lahir karena kebutuhan rakyat untuk pemimpin seperti Jokowi.
Budi Arie Setiadi sendiri menjelaskan bahwa Projo memang bukan singkatan 'Pro-Jokowi' yang terdengar lebih mudah diucapkan. Ia juga menyatakan bahwa logo Projo akan diganti dan tidak lagi menggunakan siluet wajah Jokowi.
Dalam meninjau gelagat Projo ini, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menjelaskan bahwa sukarelawan politik di Indonesia serasa seperti partai politik. Mereka hanya bergantung pada figur tertentu dan mengutuhkan sikap politik mereka partisan menjelang pemilu.
Setelah pemilu, peranan relawan politik tidak akan tampak lagi dalam berjuang membela kepentingan rakyat. Agenda politiknya jelas ingin merapat ke penguasa dan ikut yang menang.
Kemarin lawan, hari ini menjadi kawan. Sebelumnya rival sengit, menjadi konco sesudahnya. Sayangnya, pergeseran arus politik nasional masih kental pragmatisme dan patronase politik elite.
Hal itu pula yang dicium sejumlah pemerhati politik nasional ketika menilik gelagat eksodus organ relawan Projo dari pengaruh Joko Widodo alias Jokowi. Projo–yang identik dengan Jokowi bahkan dikenal luas sebagai Pro-Jokowi–tampak mulai membalikkan badan ke arah presiden Prabowo Subianto.
Projo yang dulu menjadi organisasi relawan pendukung Jokowi, tampak ingin bergabung ke dalam Partai Gerindra. At least itu yang dikatakan Budi Arie Setiadi, Ketua Umum Projo. Projo memang identik dengan Jokowi dan telah terlihat dalam logo organ relawan ini. Namun menurut Budi, logo Projo akan diganti.
Sekalipun ada manuver Projo untuk bergabung ke partai penguasa. Namun ada pula kemungkinan bahwa manuver ini hanya sebatas siasat bertahan di lingkar kekuasaan. Jokowi sendiri juga sudah tidak lagi menjadi penguasa, dan ada niatan untuk mencari 'suaka' politik baru.
Dalam meninjau gelagat Projo ini, Analis Politik Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, ada kekhawatiran dalam kalangan organisasi ini karena Budi Arie Setiadi telah terlibat dalam skandal judi online di masa lalu.
Kedua, ada kemungkinan bahwa manuver Projo hanya mencari 'suaka' politik dan ekonomi. Dedi juga menjelaskan bahwa Jokowi sendiri juga sudah tidak lagi memiliki kekuasaan, sehingga ada niatan untuk mencari pengaruh baru.
Pertama-tama perlu diingat bahwa Budi Arie Setiadi telah terlibat dalam skandal judi online. Namun dia memang membantah tuduhan itu dan menyebutnya sebagai 'narasi jahat'.
Sementara itu, Analis Politik IPO, Dedi juga menjelaskan bahwa Projo tidak bisa dilepaskan dari sejarah pemerintahan Jokowi. Projo sendiri lahir karena kebutuhan rakyat untuk pemimpin seperti Jokowi.
Budi Arie Setiadi sendiri menjelaskan bahwa Projo memang bukan singkatan 'Pro-Jokowi' yang terdengar lebih mudah diucapkan. Ia juga menyatakan bahwa logo Projo akan diganti dan tidak lagi menggunakan siluet wajah Jokowi.
Dalam meninjau gelagat Projo ini, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menjelaskan bahwa sukarelawan politik di Indonesia serasa seperti partai politik. Mereka hanya bergantung pada figur tertentu dan mengutuhkan sikap politik mereka partisan menjelang pemilu.
Setelah pemilu, peranan relawan politik tidak akan tampak lagi dalam berjuang membela kepentingan rakyat. Agenda politiknya jelas ingin merapat ke penguasa dan ikut yang menang.