Investor Asing Terus Menguat Kepercayaan terhadap Ekonomi RI
Ternyata, kepercayaan investor asing mengalami peningkatan signifikan dalam 2025. Menurut Global Chief Economist Juwai IQI Shan Saeed, kepercayaan ini disebabkan oleh stabilitas rupiah yang terjaga, kapasitas manufaktur yang berkembang, serta rezim investasi yang kredibel.
Pihak investor asing berpendapat bahwa Indonesia menjadi salah satu ekonomi yang paling stabil di Asia Tenggara. Saeed mengatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment/FDI terus menunjukkan percepatan, dengan diperkirakan mencapai 52-57 miliar Dolar Amerika Serikat (AS).
Sektor manufaktur menjadi mesin utama pertumbuhan di Indonesia, dengan kontribusi sekitar 38-42 persen dari total FDI. Output industri tumbuh 4,5-5,5 persen, didorong oleh lonjakan impor barang modal, kawasan industri baru, dan diversifikasi rantai pasok dari Asia Timur.
Selain itu, hilirisasi nikel, tembaga, dan bauksit juga memperkuat ekspor bernilai tambah, serta memberikan dasar industrialisasi jangka panjang. Pasar keuangan juga mendukung narasi ini, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendapatkan dukungan arus masuk investor asing.
Saeed berpendapat bahwa Indonesia memasuki 2025 dengan salah satu fondasi makroekonomi terkuat di kawasan. Ini disebabkan oleh "Doktrin Stabilitas Makroekonomi Presiden Prabowo Subianto", yang merupakan kombinasi disiplin antara kehati-hatian fiskal, kendali inflasi, dan ekspansi industri jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi diharapkan berada di kisaran 5-5,8 persen, menempatkan Indonesia sebagai salah satu ekonomi dengan kinerja terbaik di Asia. Saeed mengatakan bahwa "Doktrin Stabilitas Makro Prabowo" bukan sekadar slogan, melainkan arsitektur strategis yang mulai membentuk lintasan baru ekonomi Indonesia.
Dengan demikian, peluang investasi dan bisnis di Indonesia terbuka lebar. Menjelajahi potensi ini dapat membawa keuntungan bagi investor yang bersemangat untuk memasuki pasar ekonomi RI.
Ternyata, kepercayaan investor asing mengalami peningkatan signifikan dalam 2025. Menurut Global Chief Economist Juwai IQI Shan Saeed, kepercayaan ini disebabkan oleh stabilitas rupiah yang terjaga, kapasitas manufaktur yang berkembang, serta rezim investasi yang kredibel.
Pihak investor asing berpendapat bahwa Indonesia menjadi salah satu ekonomi yang paling stabil di Asia Tenggara. Saeed mengatakan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment/FDI terus menunjukkan percepatan, dengan diperkirakan mencapai 52-57 miliar Dolar Amerika Serikat (AS).
Sektor manufaktur menjadi mesin utama pertumbuhan di Indonesia, dengan kontribusi sekitar 38-42 persen dari total FDI. Output industri tumbuh 4,5-5,5 persen, didorong oleh lonjakan impor barang modal, kawasan industri baru, dan diversifikasi rantai pasok dari Asia Timur.
Selain itu, hilirisasi nikel, tembaga, dan bauksit juga memperkuat ekspor bernilai tambah, serta memberikan dasar industrialisasi jangka panjang. Pasar keuangan juga mendukung narasi ini, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendapatkan dukungan arus masuk investor asing.
Saeed berpendapat bahwa Indonesia memasuki 2025 dengan salah satu fondasi makroekonomi terkuat di kawasan. Ini disebabkan oleh "Doktrin Stabilitas Makroekonomi Presiden Prabowo Subianto", yang merupakan kombinasi disiplin antara kehati-hatian fiskal, kendali inflasi, dan ekspansi industri jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi diharapkan berada di kisaran 5-5,8 persen, menempatkan Indonesia sebagai salah satu ekonomi dengan kinerja terbaik di Asia. Saeed mengatakan bahwa "Doktrin Stabilitas Makro Prabowo" bukan sekadar slogan, melainkan arsitektur strategis yang mulai membentuk lintasan baru ekonomi Indonesia.
Dengan demikian, peluang investasi dan bisnis di Indonesia terbuka lebar. Menjelajahi potensi ini dapat membawa keuntungan bagi investor yang bersemangat untuk memasuki pasar ekonomi RI.