Penganiayaan Arjuna Tamaraya di Masjid Agung Sibolga yang melibatkan lima orang lelaki tersebut merupakan kasus yang paling mematikan dalam sejarah masjid di Indonesia. Dalam beberapa hari terakhir ini, warga Masjid Agung Sibolga, Sumatera Utara, telah mengalami ketakutan dan kepanikan setelah berita tentang penganiayaan Arjuna Tamaraya diluncurkan di media sosial.
Arjuna Tamaraya, seorang pemuda asal Kabupaten Simeulue, Aceh, yang memiliki status sebagai tulang punggung keluarga setelah ayahnya meninggal, telah menjadi korban brutal di tangan lima orang lelaki. Menurut saksi mata, Arjuna mengabarkan bahwa dia akan pergi melaut, tetapi tidak ada yang percaya tentang keputusannya.
Pada saat-saat berikutnya, Arjuna kembali menghampiri Zulham Piliang untuk meminta izin menumpang istirahat di Masjid Agung Sibolga. Namun, kali ini dia diterima dengan alasan tidak jelas oleh Zulham dan segera diganggu oleh Hasan Basri yang saat itu sedang tidur di lantai dua masjid.
Pada saat terbangun, Arjuna sempat menatap Hasan sambil mengeluarkan suara seperti mengeram. Setelah itu, dia lanjut tidur. Namun, ketika korban kembali tidur, Zulham dan Syazwan Situmorang memanggil tersangka lainnya yang berada di depan masjid. Mereka melaksanakan aksi brutal terhadap Arjuna dengan menarik bajunya hingga posisi berdiri.
Setelah itu, Arjuna diseret sejauh 3 meter dan penganiayaan brutal akhirnya terjadi. Menurut tersangka Syazwan, saat itu korban hendak melawan. Maka tersangka SSJ secara tiba-tiba menendang korban ke arah kepala sebanyak 2 kali hingga korban terjatuh.
Syazwan juga menginjak kepala dan perut korban satu kali, lalu menarik kaki kanan korban, kemudian menyeretnya keluar masjid hingga kepala bagian belakang terbentur anak tangga dan berdarah. Penyiksaan diakhiri dengan memberikan buah kelapa ke arah kepalanya.
Penganiayaan Arjuna yang dilakukan oleh lima orang lelaki tersebut memang menimbulkan ketakutan dan kepanikan di kalangan warga Masjid Agung Sibolga. Banyak dari mereka yang merasa terhina karena aksi brutal ini terjadi di tempat ibadah.
Dalam wawancara dengan kontributor Tirto, paman Arjuna, Kausar Amin menyatakan bahwa keluarganya masih memohon agar pelaku dihukum seberat-beratnya. Dia juga mengungkapkan bahwa Arjuna memiliki keinginan mengecap pendidikan tinggi tetapi karena keterbatasan finansial, dia tidak jadi kuliah dan memilih cari kerja.
Penganiayaan yang dilakukan oleh lima orang lelaki ini kemudian diperdebatkan di media sosial. Banyak dari mereka yang menyoroti latar belakang korban dan tindakan brutal para pelaku sebagai contoh kekerasan di masjid.
Arjuna Tamaraya, seorang pemuda asal Kabupaten Simeulue, Aceh, yang memiliki status sebagai tulang punggung keluarga setelah ayahnya meninggal, telah menjadi korban brutal di tangan lima orang lelaki. Menurut saksi mata, Arjuna mengabarkan bahwa dia akan pergi melaut, tetapi tidak ada yang percaya tentang keputusannya.
Pada saat-saat berikutnya, Arjuna kembali menghampiri Zulham Piliang untuk meminta izin menumpang istirahat di Masjid Agung Sibolga. Namun, kali ini dia diterima dengan alasan tidak jelas oleh Zulham dan segera diganggu oleh Hasan Basri yang saat itu sedang tidur di lantai dua masjid.
Pada saat terbangun, Arjuna sempat menatap Hasan sambil mengeluarkan suara seperti mengeram. Setelah itu, dia lanjut tidur. Namun, ketika korban kembali tidur, Zulham dan Syazwan Situmorang memanggil tersangka lainnya yang berada di depan masjid. Mereka melaksanakan aksi brutal terhadap Arjuna dengan menarik bajunya hingga posisi berdiri.
Setelah itu, Arjuna diseret sejauh 3 meter dan penganiayaan brutal akhirnya terjadi. Menurut tersangka Syazwan, saat itu korban hendak melawan. Maka tersangka SSJ secara tiba-tiba menendang korban ke arah kepala sebanyak 2 kali hingga korban terjatuh.
Syazwan juga menginjak kepala dan perut korban satu kali, lalu menarik kaki kanan korban, kemudian menyeretnya keluar masjid hingga kepala bagian belakang terbentur anak tangga dan berdarah. Penyiksaan diakhiri dengan memberikan buah kelapa ke arah kepalanya.
Penganiayaan Arjuna yang dilakukan oleh lima orang lelaki tersebut memang menimbulkan ketakutan dan kepanikan di kalangan warga Masjid Agung Sibolga. Banyak dari mereka yang merasa terhina karena aksi brutal ini terjadi di tempat ibadah.
Dalam wawancara dengan kontributor Tirto, paman Arjuna, Kausar Amin menyatakan bahwa keluarganya masih memohon agar pelaku dihukum seberat-beratnya. Dia juga mengungkapkan bahwa Arjuna memiliki keinginan mengecap pendidikan tinggi tetapi karena keterbatasan finansial, dia tidak jadi kuliah dan memilih cari kerja.
Penganiayaan yang dilakukan oleh lima orang lelaki ini kemudian diperdebatkan di media sosial. Banyak dari mereka yang menyoroti latar belakang korban dan tindakan brutal para pelaku sebagai contoh kekerasan di masjid.