Ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny: DPR Minta Kemenag Siapkan Tempat Belajar Darurat untuk Santri
Gedung ponpes Al Khoziny yang ambruk pada Senin lalu, membawa rasa kehilangan bagi banyak orang. Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Singgih Januratmoko, mengingatkan Kementerian Agama (Kemenag) untuk menyiapkan tempat belajar darurat bagi santri Al Khoziny segera.
Menurut Singgih, proses belajar mengajar harus terus berjalan agar para santri tidak kehilangan semangat belajar. Namun, pelaksanaannya harus di tempat yang aman dan layak. "Pemerintah dan Kemenag bisa memfasilitasi sementara ruang belajar darurat, sambil menunggu proses pemulihan," kata Singgih.
Selain itu, Singgih juga menilai bahwa pemerintah harus fokus pada langkah-langkah pemulihan dan evaluasi setelah proses evakuasi selesai. Kemenag harus memberi pendampingan penuh kepada pesantren dan keluarga korban, mulai dari aspek pendidikan, psikologis, dan kesehatan.
Menurut Singgih, insiden ambruknya gedung ponpes Al Khoziny perlu menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi total kondisi fisik dan kelayakan bangunan pondok pesantren di seluruh Indonesia. "Pesantren adalah benteng moral bangsa. Karena itu, negara wajib hadir memastikan lingkungan belajar yang aman, layak, dan mendukung lahirnya generasi berilmu serta berakhlak," katanya.
Basarnas telah menuntaskan proses evakuasi pada Selasa lalu. Data terakhir korban tewas mencapai 67 orang, termasuk delapan bagian tubuh. Total korban terevakuasi mencapai 171 orang, terdiri 104 korban selamat. Dari jumlah korban meninggal, baru 34 yang teridentifikasi.
Dengan demikian, kini saatnya Kemenag untuk mengambil tindakan yang tepat dan memberikan prioritas bagi santri Al Khoziny, serta pesantren lainnya di Indonesia yang rentan mengalami kecelakaan atau kerusakan.
Gedung ponpes Al Khoziny yang ambruk pada Senin lalu, membawa rasa kehilangan bagi banyak orang. Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Singgih Januratmoko, mengingatkan Kementerian Agama (Kemenag) untuk menyiapkan tempat belajar darurat bagi santri Al Khoziny segera.
Menurut Singgih, proses belajar mengajar harus terus berjalan agar para santri tidak kehilangan semangat belajar. Namun, pelaksanaannya harus di tempat yang aman dan layak. "Pemerintah dan Kemenag bisa memfasilitasi sementara ruang belajar darurat, sambil menunggu proses pemulihan," kata Singgih.
Selain itu, Singgih juga menilai bahwa pemerintah harus fokus pada langkah-langkah pemulihan dan evaluasi setelah proses evakuasi selesai. Kemenag harus memberi pendampingan penuh kepada pesantren dan keluarga korban, mulai dari aspek pendidikan, psikologis, dan kesehatan.
Menurut Singgih, insiden ambruknya gedung ponpes Al Khoziny perlu menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi total kondisi fisik dan kelayakan bangunan pondok pesantren di seluruh Indonesia. "Pesantren adalah benteng moral bangsa. Karena itu, negara wajib hadir memastikan lingkungan belajar yang aman, layak, dan mendukung lahirnya generasi berilmu serta berakhlak," katanya.
Basarnas telah menuntaskan proses evakuasi pada Selasa lalu. Data terakhir korban tewas mencapai 67 orang, termasuk delapan bagian tubuh. Total korban terevakuasi mencapai 171 orang, terdiri 104 korban selamat. Dari jumlah korban meninggal, baru 34 yang teridentifikasi.
Dengan demikian, kini saatnya Kemenag untuk mengambil tindakan yang tepat dan memberikan prioritas bagi santri Al Khoziny, serta pesantren lainnya di Indonesia yang rentan mengalami kecelakaan atau kerusakan.