Diabetes Tidak Menular, Penyebab Utama Kebutaan di Indonesia
Banyak masyarakat Indonesia yang mengalami Diabetes Mellitus (DM) namun tidak sadar bahwa penyakit ini bisa berujung pada kondisi lebih serius yaitu Retinopati Diabetik (RD). Menurut survei dari Kementerian Kesehatan, RI, terdapat sekitar 43,1 persen dari orang dewasa yang mengidap DM juga mengalami RD.
RD merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di Indonesia. Banyaknya beban penyakit ini disebabkan oleh tingginya beban DM sendiri dan rendahnya cakupan skrining RD berbasis populasi. Selain itu, terbatasnya tenaga kesehatan mata profesional juga memicu peningkatan beban penyakit ini.
Menurut Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, persoalan Diabetes ini cukup besar dengan prevalensinya mencapai hampir 30 persen di Indonesia. Namun, hanya sekitar 10 juta dari mereka yang dapat mendeteksi penyakit ini.
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diluncurkan oleh Kemenkes RI juga membantu menemukan kasus baru DM sebesar 5-7,5 juta. Namun, terbatasnya ketersediaan alat dan kemampuan tenaga kesehatan memicu tantangan dalam penanganan penyakit ini.
Pemerintah berharap dapat meningkatkan deteksi dini kasus RD dengan menggunakan teknologi kesehatan digital dan tele-oftalmologi. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan skrining RD secara masif di layanan primer dan memastikan bahwa metode skrining RD berbasis digital tele-oftalmologi dengan pemanfaatan AI dapat menjadi bukti ilmiah yang dapat dipraktikkan di Indonesia.
Sementara itu, Dr. Danang Sri Hadmoko, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama UGM, mengatakan bahwa masalah kesehatan masyarakat seperti RD membutuhkan solusi berbasis bukti yang inovatif dan aplikatif.
Banyak masyarakat Indonesia yang mengalami Diabetes Mellitus (DM) namun tidak sadar bahwa penyakit ini bisa berujung pada kondisi lebih serius yaitu Retinopati Diabetik (RD). Menurut survei dari Kementerian Kesehatan, RI, terdapat sekitar 43,1 persen dari orang dewasa yang mengidap DM juga mengalami RD.
RD merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di Indonesia. Banyaknya beban penyakit ini disebabkan oleh tingginya beban DM sendiri dan rendahnya cakupan skrining RD berbasis populasi. Selain itu, terbatasnya tenaga kesehatan mata profesional juga memicu peningkatan beban penyakit ini.
Menurut Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, persoalan Diabetes ini cukup besar dengan prevalensinya mencapai hampir 30 persen di Indonesia. Namun, hanya sekitar 10 juta dari mereka yang dapat mendeteksi penyakit ini.
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diluncurkan oleh Kemenkes RI juga membantu menemukan kasus baru DM sebesar 5-7,5 juta. Namun, terbatasnya ketersediaan alat dan kemampuan tenaga kesehatan memicu tantangan dalam penanganan penyakit ini.
Pemerintah berharap dapat meningkatkan deteksi dini kasus RD dengan menggunakan teknologi kesehatan digital dan tele-oftalmologi. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan skrining RD secara masif di layanan primer dan memastikan bahwa metode skrining RD berbasis digital tele-oftalmologi dengan pemanfaatan AI dapat menjadi bukti ilmiah yang dapat dipraktikkan di Indonesia.
Sementara itu, Dr. Danang Sri Hadmoko, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama UGM, mengatakan bahwa masalah kesehatan masyarakat seperti RD membutuhkan solusi berbasis bukti yang inovatif dan aplikatif.