Di Sidang MKD, Kriminolog Ungkap Pemicu Massa Jarah Rumah Sahroni Dkk

Di sidang MKD, kriminolog mengungkapkan bahwa insiden penjarahan di beberapa rumah anggota DPR dan menteri pada gelombang demo akhir Agustus memiliki akar dalam perasaan ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat. Menurut Dr. Adrianus Meliala, kriminolog dari UI, insiden ini bukanlah aksi spontan, tetapi direncanakan dan dipicu oleh berbagai faktor.

"Perasaan kolektif masyarakat atas rasa ketidakadilan menjadi pemicu utama," kata Dr. Adrianus. "Namun, tidak hanya itu saja. Narasi-narasi yang berkembang di media sosial juga memperkuat perasaan ini." Ia menjelaskan bahwa aksi kemudian dipicu oleh ajakan-ajakan seperti 'kumpul di sini', 'bakar Monas', atau 'serang Mabes Polri'.

Puncaknya, perasaan kolektif berubah menjadi kemarahan setelah timbul korban dari tindakan kepolisian. "Tanpa adanya perasaan kolektif, kerusuhan tidak bisa pecah," kata Dr. Adrianus.

Insiden penjarahan tersebut terjadi di empat rumah anggota DPR dan satu menteri, termasuk rumah Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach dari NasDem, Eko Patrio dan Uya Kuya dari PAN, serta satu rumah Sri Mulyani yang kala itu menjabat sebagai Menteri Keuangan. Empat anggota DPR tersebut telah dinonaktifkan dan kasusnya dalam proses persidangan di MKD.

Menurut Dr. Adrianus, aksi penjarahan ini direncanakan dan dipicu oleh beberapa faktor, termasuk perasaan ketidakadilan kolektif yang dirasakan oleh masyarakat, narasi-narasi yang berkembang di media sosial, dan ajakan-ajakan seperti 'kumpul di sini' atau 'serang Mabes Polri'.
 
Aku pikir ini bukan cerita tentang serangan dari luar, tapi tentang bagaimana pola pikir masyarakat Indonesia yang kaya akan perbedaan. Aku rasa kita harus memikirkan mengapa banyak orang masih merasa ketidakadilan di Indonesia. Apakah karena sistem pemerintahan yang kurang transparan? Atau apakah karena banyak korupsi yang terjadi? Aku pikir ini adalah kesempatan besar bagi kita untuk membahas tentang reformasi di dalam pemerintahan dan membuat perubahan agar masyarakat merasa lebih adil. Jangan biarkan kesenjangan tersebut memicu perangkap, tapi biaranya menjadi kesempatan untuk kita semua bekerja sama untuk meningkatkan keadilan di Indonesia πŸ˜ŠπŸ‘
 
Maksudnya kalau aksi penjarahan ini bukan cuma orang-orang yang marah, tapi juga dipicu oleh ajakan-ajakan itu ya πŸ˜‚. Tapi apa salahnya jika orang-orang marah karena rasa ketidakadilan? Saya pikir itu bukan hal yang buruk, tapi cara yang ditunjukkan buat mengharapkan perubahan itu juga harus lebih bijak aja πŸ€”. Jangan dipicu dengan ajakan-ajakan yang bisa jadi membawa konflik lagi, kenapa tidak cerita yang positif dan inspiratif?
 
Gue pikir gue tahu apa yang bikin orang Indonesia marah banget ketika terjadi penjarahan rumah anggota DPR dan menteri. Gue bayangkan kalau gue punya rasa ketidakadilan yang besar, aku akan marah juga 😑. Tapi, gue pikir ada hal lain yang membuat kerusuhan pecah, yaitu narasi-narasi yang berkembang di media sosial. Kalau gue melihat cerita tentang penjarahan rumah anggota DPR dan menteri di Instagram atau WhatsApp, aku akan marah juga! 🀯 Gue pikir itu penting banget untuk memperhatikan apa yang kita tulis di media sosial agar tidak membuat kerusuhan pecah. Dan gue juga pikir ada hal lain yang bikin orang Indonesia marah, yaitu ajakan-ajakan seperti 'kumpul di sini' atau 'serang Mabes Polri'. Gue bayangkan kalau aku dipikirkannya, aku akan tidak berani mengikuti aja ⚠️. Tapi gue pikir itu semua terjadi karena perasaan ketidakadilan yang besar dan cerita-cerita yang berkembang di media sosial πŸ“±.
 
aku penasaran sih apa yang bikin rasa ketidakadilan di kalangan masyarakat nih 😊. perlu diingat bahwa insiden ini terjadi akhir Agustus, jadi ada kemungkinan kalau pemerintah sudah merencanakan sesuatu dari sebelumnya. πŸ€” seperti apa yang bikin rasa ketidakadilan yang parah nih? πŸ€·β€β™‚οΈ

berdasarkan data dari situs online, 72% masyarakat Indonesia percaya bahwa pemerintah tidak adil πŸ“Š. dan kalau kita lihat dari laporan MKD, terdapat 4 kasus penjarahan yang dialami oleh 4 anggota DPR dan 1 menteri πŸš”. itu kan seperti aksi spontan, tapi sebenarnya ada beberapa faktor yang bikin insiden ini terjadi 😬.

menurut grafik di bawah, jika kita lihat dari data kejahatan, Indonesia masih memiliki masalah yang parah nih πŸ“ˆ. perlu diingat bahwa data ini masih bisa berubah πŸ€”.
 
aku pikir gampang banget baginya yang menjarah rumah2 nggak tahu rasa ketidakadilan apa aja yang dirasakan masyarakat, tapi kayaknya ada faktor lagi yaitu narasi-narasi di media sosial yang memperkuat perasaan itu πŸ€”. dan lagi kumpul di sini, bakar Monas, serang Mabes Polri, ini semua ajakannya untuk berontak aja πŸ˜’. tapi apa yang aku pikir paling penting ya masyarakat harus lebih sadar akan konsekuensi tindakan2 mereka, kalau tidak pasti korban akan terkena πŸ€•.
 
Aku pikir aku juga sama aja dengar cerita Dr. Adrianus. Aku ingat ketika aku masih SMA, aku ikut protest di Monas bersama teman-teman. Aku pikir itu adalah hak-hak kita sebagai rakyat, tapi aku juga sadar bahwa ada kesempatan untuk memikirkannya lebih baik sebelum melakukan aksi yang bisa berakhir dalam kekerasan.

Aku rasa Dr. Adrianus benar ketika katanya perasaan kolektif masyarakat dan narasi-narasi di media sosial memicu aksi ini. Aku juga ingat saat itu, aku melihat banyak teman-teman yang ikut protest karena merasa tidak adil, tapi aku juga melihat banyak yang salah paham dan membuat situasi semakin buruk.

Aku rasa kita perlu lebih berhati-hati sebelum melakukan aksi seperti ini. Aku ingat saat itu, aku ingin memberontak terhadap sistem, tapi aku juga sadar bahwa ada cara-cara lain untuk memperbaiki masalahnya, seperti melalui media dan aktivisme yang lebih bijak.
 
Aku rasa perlu diingat bahwa perasaan ketidakadilan itu adalah sesuatu yang nyata buat banyak orang di Indonesia. Banyak yang rasanya merasa dipaksa atau tidak adil dalam hidupnya, apalagi kalau ada korban kekerasan dari pihak berwenang. Itu memang bisa membuat perasaan marah dan kemarahan. Tapi, kalau kita lihat secara objektif, serangan terhadap rumah anggota DPR atau menteri itu tidak tepat buat mengatasi masalahnya. Kita harus cari jalan tengah, ya?
 
Aku pikir insiden penjarahan itu tidak bisa dipikirkan lagi, tapi ternyata ada orang nggak yang mau dipercaya ya. Kriminolog tuh bilang bahwa perasaan ketidakadilan dan narasi-narasi di media sosial memicu aksi itu, tapi aku rasa itu masih kurang. Aku pikir ada sesuatu yang lebih dalam di balik itu, seperti kekurangan komunikasi atau kesenjangan antara masyarakat dan pemerintah. Apalagi karena ada korban dari tindakan kepolisian, itu gak bisa dipungkiri lagi. Aku rasa itu bukan hanya tentang perasaan kolektif aja, tapi juga tentang sistem yang tidak adem. Tapi aku ga punya jawaban apa-apa, hanya sekedar pertanyaan-pertanyaan. πŸ€”πŸ‘€
 
akhirnya ada orang yang menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi pada akhir Agustus lalu. kalau tidak dipahami dari jauh, itu bisa membuat kita merasa bingung dan tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi. tapi secara realita, yang terjadi adalah ada beberapa faktor yang membuat aksi penjarahan terjadi. pertama, perasaan ketidakadilan kolektif yang dirasakan oleh masyarakat itu sendiri sudah bukanlah hal baru, tapi apa yang membuatnya menjadi lebih besar dan terkuat adalah narasi-narasi yang berkembang di media sosial. kalau tidak ada media sosial, kemungkinan aksi penjarahan ini tidak akan terjadi atau tidak akan sebesar yang terjadi.

atau mungkin kita bisa berpikir bahwa aksi penjarahan ini hanya terjadi karena adanya perbedaan politik, tapi apa yang membuatnya lebih kompleks adalah adanya ajakan-ajakan seperti 'kumpul di sini' atau 'serang Mabes Polri'. kalau tidak ada ajakan-ajakan ini, mungkin aksi penjarahan ini tidak akan terjadi atau tidak akan sebesar yang terjadi. tapi apa yang kita lihat adalah, aksi penjarahan ini terjadi karena perasaan kolektif yang dirasakan oleh masyarakat dan juga narasi-narasi yang berkembang di media sosial.

jika kita bisa memahami hal ini, mungkin kita bisa menghindari bahwa semua hal ini terjadi. tapi sekarang, kita sudah tahu apa sebenarnya yang terjadi, dan itu adalah langkah pertama untuk dapat memahaminya lebih dalam. πŸ€”
 
akhir akhirnya ada orang yang mau tahu apa yang memicu gempa api di akhir Agustus lha 🀯. saya rasa ini bukan hal yang bisa kita atasi dengan sederhana sekali, misalnya 'diam dan biarkan' karena kalau tidak ada perasaan ketidakadilan, tidak akan ada kemarahan πŸ’”. tapi sepertinya ada beberapa faktor yang memainkan peranan besar dalam semuanya, seperti media sosial yang bisa membuat narasi-nari itu semakin 'menembus' dan membakar hati banyak orang πŸ“±. kalau kita ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik semuanya, saya rasa kita harus mendengarkan dari orang-orang yang terlibat dalam semuanya, seperti Dr. Adrianus Meliala yang telah menjelaskannya. tapi sepertinya masih banyak hal yang tidak terungkapkan dan itu membuat saya merasa tidak puas πŸ€”.
 
Kalau nggak ada transparansi dalam pemerintahan, siapa tahu kalau aksi seperti itu bisa jadi terjadi lagi πŸ€”. Tapi, kenapa gini sih masyarakat harus ikut berpartisipasi? Kita harus fokus pada solusi, bukan semata-mata menyalahkan siapa-siapa... πŸ€·β€β™‚οΈ
 
aku pikir kalau gak ada kriminalitas di Indonesia, gak pernah bakal terjadi aksi penjarahan di rumah anggota DPR dan menteri. tapi apa yang aku lihat sekarang makanya aku kecewa banget. itu bukan hanya tentang perasaan ketidakadilan, tapi juga tentang bagaimana masyarakat Indonesia bisa begitu mudah dipicu oleh informasi yang salah. aku bingung sih bagaimana cara diatasi masalah ini, tapi aku yakin bahwa kita harus fokus pada pendidikan dan kesadaran akan pentingnya menggunakan media sosial dengan bijak. πŸ€”πŸ’‘
 
aku pikir kalau gak ada narrasi yang bikin banyak orang marah, aksi penjarahan itu bakal tidak terjadi. tapi kira-kira siapa yang akan menjadi korban? rumah ahli politik, kan? itu sama aja dengan membiarkan masyarakat marah. siapa yang nggak mau merasa ketidakadilan? kayaknya gak ada satu pun. dan kalau ajakan-ajakan seperti 'kumpul di sini' atau 'bakar Monas' sih cuma pegasan sih, nggak ada yang benar-benar memikirkannya sebelumnya.
 
Aku penasaran sih, bagaimana bisa aksi penjarahan itu jadi pemicu dari perasaan ketidakadilan masyarakat. Dr. Adrianus bilang kalau narasi-narasi yang di media sosial memperkuat perasaan itu, tapi aku masih butuh tahu lebih lanjut sih. Bagaimana sih narasi-narasi itu bikin orang ke marah? Dan siapa yang bilang kalau 'kumpul di sini' atau 'serang Mabes Polri' itu ajakan-ajakan yang benar-benar palsu sih.
 
Kalau kita lihat deh, siapa yang bilang insiden ini itu aksi spontan? Jadi, apa yang terjadi sebenarnya? Orang-orang merasa ketidakadilan dan itu membuat mereka marah, tapi kemarahan itu berubah menjadi tindakan yang lebih keras. Artinya, kita harus lihat di mana kita sendiri memiliki perasaan ketidakadilan di masa lalu, ya? Kita harus sadar bahwa perasaan kita bisa menjadi sumber kekuatan atau kerusakan. Jadi, bagaimana kita akan menghadapinya? Dengan melepaskannya? Tidak, dengan menyelesaikannya!
 
Rumuh gak jelas aja apa nih, insiden penjarahan ini apakah itu bukan aksi spontan? Dr. Adrianus bilang ada perasaan ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat, tapi kemudian berubah menjadi marah dan marah banget! 😱 Saya pikir kalau kita harus tahu apa sumbernya dari perasaan itu, nggak bisa hanya terjebak di narasi-narasi media sosial dan ajakan-ajakan. Kita butuh penelitian yang lebih dalam untuk mengenal faktor-faktornya, cari tahu kenapa insiden ini bisa berubah menjadi marah begitu cepat! πŸ€”
 
iya kayaknya insiden itu bukan hanya karena protes-toreng aja, tapi ada faktor-faktor lain yang bikin rasa ketidakadilan masyarakat. misalnya, kira-kira perasaan rakyat ini jadi lebih parah setelah korban dari tindakan kepolisian terjadi. itu seperti semangat api, membuat orang-orang makin marah dan gusiya. kalau tidak ada itu, kemarahan mungkin tidak bisa pecah. tapi sama-sama, penting untuk memahami apa yang bikin rasa ketidakadilan ini semakin parah, sehingga kita bisa cari solusi yang tepat. πŸ€”
 
ada kayaknya insiden gini, tapi kenapa sih kita tidak pikirkan tentang masalah pariwisata di bali? kayaknya ada banyak sekali tempat wisata di bali yang belum pernah dikunjungi oleh masyarakat, seperti pulau menyerah atau pulau krakatau. mungkin kalau kita fokus pada pariwisata, maka semua masalah ini bisa diatasi aja, dan juga kita bisa mendapatkan keuntungan dari pariwisata, kayaknya lebih baik daripada kerusuhan di kota.
 
Gue nggak percaya kalau insiden penjarahan itu bukan aksi spontan, ya? Dr. Adrianus bilang bahwa perasaan ketidakadilan kolektif masyarakat dan narasi-narasi yang berkembang di media sosial memicu akhirnya aksi berdarah. Gue rasa kalau ini sama seperti apa yang terjadi selama demo akhir Agustus, ya? Semua dipicu oleh ajakan-ajakan sengit dan perasaan marah yang terus-menerus meningkat. Dan gue juga penasaran, siapa yang benar-benar bertanggung jawab atas aksi ini? Gue rasa kalau insiden ini bukan hanya tentang aksi spontan, tapi juga tentang konsekuensi dari peraturan dan kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah.
 
kembali
Top