"Pajajaran Terluka, Kilat Bangkit: Kilat Pajajaran Sebagai Pengganti Whoosh"
Dalam kesempatan untuk mempercepat mobilitas warga di jalur konvensional, kerajaan provinsi Jawa Barat dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyepakati layanan kereta api strategis 'Kilat Pajajaran'. Tujuan dari ini adalah menenggarkan waktu tempuh penumpang lewat kereta Pajajaran untuk menjadi sekitar satu setengah jam, yang berarti lebih cepat daripada Whoosh dengan waktu tempuh sekitar 46 menit.
Dengan demikian, Kilat Pajajaran akan menjadi kereta tercepat Jakarta-Bandung. Dalam kesempatan di Bandung, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan bahwa kesepakatan ini tertuang dalam kerja sama optimalisasi perkeretaapian yang mencakup penyediaan gerbong khusus logistik pertanian untuk menekan biaya distribusi pangan.
Kilat Pajajaran tidak hanya akan mengurangi waktu tempuh, tetapi juga terhubung dengan Garut, Tasikmalaya, dan Banjar. Langkah ini dianggap strategis untuk memotong rantai pasok yang seringkali terhambat oleh tingginya ongkos logistik darat.
Selain itu, kerja sama ini juga mencakup penataan "Jaka Lalana" sebagai jalur wisata dan percepatan elektrifikasi jalur Padalarang-Cicalengka untuk mendukung mobilitas harian kaum urban Bandung Raya.
Dalam kesempatan untuk mempercepat mobilitas warga di jalur konvensional, kerajaan provinsi Jawa Barat dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyepakati layanan kereta api strategis 'Kilat Pajajaran'. Tujuan dari ini adalah menenggarkan waktu tempuh penumpang lewat kereta Pajajaran untuk menjadi sekitar satu setengah jam, yang berarti lebih cepat daripada Whoosh dengan waktu tempuh sekitar 46 menit.
Dengan demikian, Kilat Pajajaran akan menjadi kereta tercepat Jakarta-Bandung. Dalam kesempatan di Bandung, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan bahwa kesepakatan ini tertuang dalam kerja sama optimalisasi perkeretaapian yang mencakup penyediaan gerbong khusus logistik pertanian untuk menekan biaya distribusi pangan.
Kilat Pajajaran tidak hanya akan mengurangi waktu tempuh, tetapi juga terhubung dengan Garut, Tasikmalaya, dan Banjar. Langkah ini dianggap strategis untuk memotong rantai pasok yang seringkali terhambat oleh tingginya ongkos logistik darat.
Selain itu, kerja sama ini juga mencakup penataan "Jaka Lalana" sebagai jalur wisata dan percepatan elektrifikasi jalur Padalarang-Cicalengka untuk mendukung mobilitas harian kaum urban Bandung Raya.