Kasunanan Surakarta, simbol budaya Jawa yang telah berdiri sejak 1745. Raja-raja ini pernah menjadi pusat kebudayaan dan warisan penting di Jawa. Dari Pakubuwono II sampai Pakubuwono VII, setiap raja memiliki potongan warisan budaya Jawa yang unik, seperti pengaruh mereka terhadap seni, nilai-nilai luhur Jawa, dan permasalahan politik yang harus diatasi.
Pakubuwono II memimpin Kasunanan Surakarta setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1749. Wafatnya berawang-awangan kekuasaan Mataram dan membuka jalan bagi perbudakan dan penjajahan Belanda di masa depan.
Pakubuwono III terkenal sebagai raja Jawa pertama yang secara resmi dilantik oleh VOC melalui wakil mereka. Masa pemerintahannya berlangsung selama 39 tahun, tetapi ia harus menghadapi tekanan dari perjanjian yang dibuat.
Pakubuwono IV dikenal sebagai raja yang memiliki ambisi kuat untuk memperkuat posisi keraton Surakarta dan memelihara tradisi keagamaan serta budaya Jawa. Namun, kesuksesannya pun menyebabkan konflik.
Pakubuwon V adalah sosok yang mendukung budaya Jawa dan kesenian. Ia dikenal memiliki reputasi sebagai pemimpin yang menjaga kedamaian dan memberantas korupsi di lingkungan keraton, tetapi masa pemerintahannya berlangsung sangat singkat.
Pakubuwono VI terkenal dengan julukan "Sinuhun Bangun Tapa" karena kegemarannya melakukan tapa brata. Ia juga dikenal sebagai pemimpin yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajahan pada 1825-1830.
Pakubuwono VII adalah raja yang memerintah di masa yang relatif tenang bagi keraton dan fokus utama berubah dari konflik ke pengembangan budaya dan kesejahteraan rakyat.
Pakubuwono II memimpin Kasunanan Surakarta setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1749. Wafatnya berawang-awangan kekuasaan Mataram dan membuka jalan bagi perbudakan dan penjajahan Belanda di masa depan.
Pakubuwono III terkenal sebagai raja Jawa pertama yang secara resmi dilantik oleh VOC melalui wakil mereka. Masa pemerintahannya berlangsung selama 39 tahun, tetapi ia harus menghadapi tekanan dari perjanjian yang dibuat.
Pakubuwono IV dikenal sebagai raja yang memiliki ambisi kuat untuk memperkuat posisi keraton Surakarta dan memelihara tradisi keagamaan serta budaya Jawa. Namun, kesuksesannya pun menyebabkan konflik.
Pakubuwon V adalah sosok yang mendukung budaya Jawa dan kesenian. Ia dikenal memiliki reputasi sebagai pemimpin yang menjaga kedamaian dan memberantas korupsi di lingkungan keraton, tetapi masa pemerintahannya berlangsung sangat singkat.
Pakubuwono VI terkenal dengan julukan "Sinuhun Bangun Tapa" karena kegemarannya melakukan tapa brata. Ia juga dikenal sebagai pemimpin yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajahan pada 1825-1830.
Pakubuwono VII adalah raja yang memerintah di masa yang relatif tenang bagi keraton dan fokus utama berubah dari konflik ke pengembangan budaya dan kesejahteraan rakyat.