Desa sebagai satuan masyarakat hukum dengan wilayah dan wewenang sendiri, memang menjadi salah satu konsep penting dalam pembangunan desa di Indonesia. Ada tiga kategori utama yang digunakan untuk mengelompokkan desa, yaitu Desa Swadaya, Desa Swakarya, dan Desa Swasembada.
Dari ketiga kategori tersebut, ada beberapa contoh desa yang menunjukkan ciri-cirinya. Berikut adalah beberapa contoh dari setiap kategori:
Desa Swadaya: Contoh-contoh desa swadaya di Indonesia meliputi Desa Kanekes di Lebak Banten, Desa Sugihwaras di Nganjuk Jawa Timur, Kampung Bena di Nusa Tenggara Timur, Desa Jangkang Lama di Barito Utara Kalimantan Tengah, dan Desa Sarimukti di Bandung Barat. Ciri-cirinya antara lain: terletak di daerah terpencil atau jauh dari pusat kota, penduduk sedikit dan tersebar, mata pencaharian mayoritas bersifat agraris atau tradisional, masyarakat menjaga adat istiadat dan nilai-nilai tradisional dengan ketat, tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk relatif rendah, fasilitas umum dan sarana infrastruktur minim atau terbatas, lembaga sosial formal sederhana, kehidupan sangat bergantung pada kondisi alam dan lingkungan sekitar, interaksi dengan dunia luar terbatas, solidaritas dan hubungan antarwarga sangat erat seperti keluarga besar.
Desa Swakarya: Contoh-contoh desa swakarya di Indonesia meliputi Desa Gunung Rajak di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, Desa Sukarara di Jonggat Nusa Tenggara Barat, Desa Rensing di Sakra Barat Nusa Tenggara Barat, Desa Bungtiang di Sakra Barat Nusa Tenggara Barat, dan Desa Sukamaju di Banjar Margo Lampung. Ciri-cirinya antara lain: kebiasaan lama mulai longgar, terbuka terhadap pengaruh luar, mata pencaharian beragam, perekonomian semakin produktif, pemerintahan desa aktif, sarana dan prasarana memadai, masyarakat melek teknologi, kesadaran pendidikan tinggi.
Desa Swasembada: Contoh-contoh desa swasembada di Indonesia meliputi Desa Wotsogo di Jatirogo Tuban Jawa Timur, Desa Hanura di Teluk Pandan Pesawaran Lampung, Desa Tamansari di Licin Banyuwangi Jawa Timur, Desa Pujon Kidul di Pujon Kota Malang Jawa Barat, dan Desa Seigentung di Gunung Kidul Yogyakarta. Ciri-cirinya antara lain: kebutuhan pokok terpenuhi secara mandiri, perekonomian kuat dan beragam, fasilitas dan prasarana memadai, pendidikan dan keterampilan penduduk tinggi, penggunaan teknologi dan modernisasi, administrasi dan kelembagaan berjalan baik, hubungan dengan daerah lain lancar, masyarakat berpola pikir modern dan dinamis.
Dari ketiga contoh tersebut, dapat dilihat bahwa desa swadaya masih banyak yang terdampak oleh keterbatasan infrastruktur, akses, dan kemampuan ekonomi. Sedangkan desa swakarya menunjukkan transformasi kehidupan masyarakat yang lebih modern dan berorientasi pada perekonomian. Desa swasembada adalah contoh desa yang telah mampu mengembangkan seluruh potensinya secara optimal, dengan lokasi dekat dengan perkotaan.
Dari ketiga kategori tersebut, ada beberapa contoh desa yang menunjukkan ciri-cirinya. Berikut adalah beberapa contoh dari setiap kategori:
Desa Swadaya: Contoh-contoh desa swadaya di Indonesia meliputi Desa Kanekes di Lebak Banten, Desa Sugihwaras di Nganjuk Jawa Timur, Kampung Bena di Nusa Tenggara Timur, Desa Jangkang Lama di Barito Utara Kalimantan Tengah, dan Desa Sarimukti di Bandung Barat. Ciri-cirinya antara lain: terletak di daerah terpencil atau jauh dari pusat kota, penduduk sedikit dan tersebar, mata pencaharian mayoritas bersifat agraris atau tradisional, masyarakat menjaga adat istiadat dan nilai-nilai tradisional dengan ketat, tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk relatif rendah, fasilitas umum dan sarana infrastruktur minim atau terbatas, lembaga sosial formal sederhana, kehidupan sangat bergantung pada kondisi alam dan lingkungan sekitar, interaksi dengan dunia luar terbatas, solidaritas dan hubungan antarwarga sangat erat seperti keluarga besar.
Desa Swakarya: Contoh-contoh desa swakarya di Indonesia meliputi Desa Gunung Rajak di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, Desa Sukarara di Jonggat Nusa Tenggara Barat, Desa Rensing di Sakra Barat Nusa Tenggara Barat, Desa Bungtiang di Sakra Barat Nusa Tenggara Barat, dan Desa Sukamaju di Banjar Margo Lampung. Ciri-cirinya antara lain: kebiasaan lama mulai longgar, terbuka terhadap pengaruh luar, mata pencaharian beragam, perekonomian semakin produktif, pemerintahan desa aktif, sarana dan prasarana memadai, masyarakat melek teknologi, kesadaran pendidikan tinggi.
Desa Swasembada: Contoh-contoh desa swasembada di Indonesia meliputi Desa Wotsogo di Jatirogo Tuban Jawa Timur, Desa Hanura di Teluk Pandan Pesawaran Lampung, Desa Tamansari di Licin Banyuwangi Jawa Timur, Desa Pujon Kidul di Pujon Kota Malang Jawa Barat, dan Desa Seigentung di Gunung Kidul Yogyakarta. Ciri-cirinya antara lain: kebutuhan pokok terpenuhi secara mandiri, perekonomian kuat dan beragam, fasilitas dan prasarana memadai, pendidikan dan keterampilan penduduk tinggi, penggunaan teknologi dan modernisasi, administrasi dan kelembagaan berjalan baik, hubungan dengan daerah lain lancar, masyarakat berpola pikir modern dan dinamis.
Dari ketiga contoh tersebut, dapat dilihat bahwa desa swadaya masih banyak yang terdampak oleh keterbatasan infrastruktur, akses, dan kemampuan ekonomi. Sedangkan desa swakarya menunjukkan transformasi kehidupan masyarakat yang lebih modern dan berorientasi pada perekonomian. Desa swasembada adalah contoh desa yang telah mampu mengembangkan seluruh potensinya secara optimal, dengan lokasi dekat dengan perkotaan.