Kondisi hidup di Aceh Tamiang terus menjadi perdebatan. Mita, seorang warga yang mengalami banjir bandang pada 26 November 2025, berbagi pengalaman pahitnya saat diterjang banjir tersebut. Dia dan keluarganya sempat terjebak banjir selama tiga hari tanpa sumber air bersih.
"Kami udah mulai stok beli roti, mie, minuman dikit. Yang paling terbatas waktu itu minum. Selama tiga hari, satu botol itu," kata Mita saat berbicara dengan Tirto di Mesjid Toha, Pidie Jaya.
Dia bersama suami menyelamatkan diri ke mesjid berlantai dua dan menyaksikan banjir perlahan-lahan menyapu rumah-rumah warga. Meskipun airnya naiknya pelan-pelan, Mita tidak memiliki pilihan lain selain masuk ke masjid.
"Keluarga semua selamat. Kerugian paling harta benda. Keluarga lengkap semuanya," kata Mita.
Mita mengakui bahwa pemerintah terlambat mengirim bantuan dalam bencana kali ini. Dia menyebutkan ada warga yang terpaksa meminum genangan banjir lantaran krisis air bersih. Kondisi itu berlangsung selama sepekan.
"Kami, kan, sering gempa, tsunami, bencana kali ini termasuk paling lambat. Kayak di Tamiang, ada beberapa daerah yang terisolasi. Belum ada bantuan sama sekali. Jadi, warga bertahan dengan apa yang ada. Bahkan ada yang terpaksa minum air genangan banjir," tutur Mita.
Mengenai pengalaman pahitnya, Mita mengakui bahwa dia tidak memiliki pilihan lain selain bertahan dengan sebotol air mineral saja. Dia berharap pemerintah dapat meningkatkan kesadaran dan respons terhadap bencana alam di daerah tersebut.
"Kami udah mulai stok beli roti, mie, minuman dikit. Yang paling terbatas waktu itu minum. Selama tiga hari, satu botol itu," kata Mita saat berbicara dengan Tirto di Mesjid Toha, Pidie Jaya.
Dia bersama suami menyelamatkan diri ke mesjid berlantai dua dan menyaksikan banjir perlahan-lahan menyapu rumah-rumah warga. Meskipun airnya naiknya pelan-pelan, Mita tidak memiliki pilihan lain selain masuk ke masjid.
"Keluarga semua selamat. Kerugian paling harta benda. Keluarga lengkap semuanya," kata Mita.
Mita mengakui bahwa pemerintah terlambat mengirim bantuan dalam bencana kali ini. Dia menyebutkan ada warga yang terpaksa meminum genangan banjir lantaran krisis air bersih. Kondisi itu berlangsung selama sepekan.
"Kami, kan, sering gempa, tsunami, bencana kali ini termasuk paling lambat. Kayak di Tamiang, ada beberapa daerah yang terisolasi. Belum ada bantuan sama sekali. Jadi, warga bertahan dengan apa yang ada. Bahkan ada yang terpaksa minum air genangan banjir," tutur Mita.
Mengenai pengalaman pahitnya, Mita mengakui bahwa dia tidak memiliki pilihan lain selain bertahan dengan sebotol air mineral saja. Dia berharap pemerintah dapat meningkatkan kesadaran dan respons terhadap bencana alam di daerah tersebut.