Pemerintahan Prabowo Subianto yang mengusung agenda efisiensi ternyata gagal menjalankan kebijakan tersebut. Menurut data Center of Economic and Law Studies (Celios), 140 pejabat publik di Indonesia mengalami lonjakan kekayaan hingga mencapai Rp30 triliun dalam setahun terakhir. Sementara itu, masyarakat paling bawah masih menghadapi kemiskinan yang semakin jelas terlihat dari maraknya pinjaman online dan surat penagihan utang.
Peneliti Celios, Galau D Muhammad, menolak kontras antara narasi penghematan yang disuarakan oleh pejabat dengan data yang sebenarnya dihadapi masyarakat. "Kita menemukan ada kontras yang sangat jelas yang membedaikan antara apa yang diucapkan pejabat hari ini dan apa yang dirasakan masyarakat paling bawah," ujarnya.
Data Celios juga mengungkap bahwa 50 orang terkaya Indonesia mengalami sentralisasi kekayaan, peningkatannya sangat signifikan. Sementara itu, masyarakat biasa justru menghadapi beban ekonomi yang semakin berat. "50 orang terkaya itu mengalami sentralisasi kekayaan, peningkatannya sangat signifikan. Bahkan pejabat publik. Faktanya kekayaan mereka yang melampaui kekayaan republik secara keseluruhan,β ujarnya.
Galau juga menyoroti ketidakadilan dalam kebijakan pemerintah. Di satu sisi, masyarakat diminta bersabar menunggu perbaikan ekonomi, namun di sisi lain tidak ada kompensasi negara bagi mereka yang kehilangan pekerjaan. "Ketika publik diminta untuk tunggu, pemerintah butuh waktu, tapi tidak pernah ada kompensasi negara atas waktu-waktu pekerjaan yang diputus dari hubungan kontraknya," tegasnya.
Celios menilai pemerintah menggunakan berbagai narasi baru sebagai pengalihan dari masalah pokok ekonomi. Mulai dari Kopdes Merah Putih, ketahanan pangan, food estate, hingga Makan Bergizi Gratis (MBG), dianggap sebagai upaya membenturkan masyarakat dengan isu-isu yang tidak esensial.
Peneliti Celios, Galau D Muhammad, menolak kontras antara narasi penghematan yang disuarakan oleh pejabat dengan data yang sebenarnya dihadapi masyarakat. "Kita menemukan ada kontras yang sangat jelas yang membedaikan antara apa yang diucapkan pejabat hari ini dan apa yang dirasakan masyarakat paling bawah," ujarnya.
Data Celios juga mengungkap bahwa 50 orang terkaya Indonesia mengalami sentralisasi kekayaan, peningkatannya sangat signifikan. Sementara itu, masyarakat biasa justru menghadapi beban ekonomi yang semakin berat. "50 orang terkaya itu mengalami sentralisasi kekayaan, peningkatannya sangat signifikan. Bahkan pejabat publik. Faktanya kekayaan mereka yang melampaui kekayaan republik secara keseluruhan,β ujarnya.
Galau juga menyoroti ketidakadilan dalam kebijakan pemerintah. Di satu sisi, masyarakat diminta bersabar menunggu perbaikan ekonomi, namun di sisi lain tidak ada kompensasi negara bagi mereka yang kehilangan pekerjaan. "Ketika publik diminta untuk tunggu, pemerintah butuh waktu, tapi tidak pernah ada kompensasi negara atas waktu-waktu pekerjaan yang diputus dari hubungan kontraknya," tegasnya.
Celios menilai pemerintah menggunakan berbagai narasi baru sebagai pengalihan dari masalah pokok ekonomi. Mulai dari Kopdes Merah Putih, ketahanan pangan, food estate, hingga Makan Bergizi Gratis (MBG), dianggap sebagai upaya membenturkan masyarakat dengan isu-isu yang tidak esensial.