Carlo Acutis, remaja Italia yang menjadi santo milenial pertama di Gereja Katolik. Ia lahir pada 3 Mei 1991 di London, Inggris, dan meninggalkan jejak besar dalam sejarah Gereja Katolik hingga usia 15 tahun.
Carlo Acutis adalah anak yang suka main game dan coding, tapi ia juga menunjukkan bahwa kekudusan bukan hanya untuk orang suci saja. Ia ikut Misa setiap hari dan berdoa Rosario sejak usia tujuh tahun, dan ibunya mulai ikut ke gereja setelah bertemu dengan Carlo.
Di sekolah Jesuit di Milan, Carlo Acutis unggul dalam pelajaran komputer dan membuat website tentang mukjizat Ekaristi. Ia juga suka bantu orang miskin dan rawat hewan peliharaannya.
Namun, Carlo Acutis tidak bisa menikmati kebahagiaan panjang waktu karena ia didiagnosis leukemia akut pada Oktober 2006. Meski sakit parah, ia tawarkan penderitaannya untuk Paus Benediktus XVI dan Gereja, dan meninggal di Monza, Italia.
Proses menjadi santo dimulai setelah dua mukjizat diakui, yaitu penyembuhan seorang anak Brasil dari pankreatitis usus buntu dan seorang gadis Italia dari trauma kepala berat. Ini membuat Carlo Acutis dibuat sebagai santo pada 2020 dan canonized pada 7 September 2025 oleh Paus Leo XIV.
Kisah Carlo Acutis menjadi inspirasi bagi banyak orang, termasuk teman-temannya yang bilang ia anak biasa tapi penuh kasih. Ia ajarkan kita bahwa teknologi bisa jadi alat Tuhan dan bahwa iman bisa dicapai di zaman sekarang dengan cinta pada Ekaristi dan sesama.
Fakta menarik lain tentang Carlo Acutis adalah bahwa ia lahir di London, bisa bicara Inggris, memiliki empat anjing dan dua kucing, suka makan Nutella dan nonton kartun, membantu orang India konversi ke Katolik lewat teladannya, dan makamnya di Assisi tarik ribuan peziarah setiap tahun.
Carlo Acutis adalah anak yang suka main game dan coding, tapi ia juga menunjukkan bahwa kekudusan bukan hanya untuk orang suci saja. Ia ikut Misa setiap hari dan berdoa Rosario sejak usia tujuh tahun, dan ibunya mulai ikut ke gereja setelah bertemu dengan Carlo.
Di sekolah Jesuit di Milan, Carlo Acutis unggul dalam pelajaran komputer dan membuat website tentang mukjizat Ekaristi. Ia juga suka bantu orang miskin dan rawat hewan peliharaannya.
Namun, Carlo Acutis tidak bisa menikmati kebahagiaan panjang waktu karena ia didiagnosis leukemia akut pada Oktober 2006. Meski sakit parah, ia tawarkan penderitaannya untuk Paus Benediktus XVI dan Gereja, dan meninggal di Monza, Italia.
Proses menjadi santo dimulai setelah dua mukjizat diakui, yaitu penyembuhan seorang anak Brasil dari pankreatitis usus buntu dan seorang gadis Italia dari trauma kepala berat. Ini membuat Carlo Acutis dibuat sebagai santo pada 2020 dan canonized pada 7 September 2025 oleh Paus Leo XIV.
Kisah Carlo Acutis menjadi inspirasi bagi banyak orang, termasuk teman-temannya yang bilang ia anak biasa tapi penuh kasih. Ia ajarkan kita bahwa teknologi bisa jadi alat Tuhan dan bahwa iman bisa dicapai di zaman sekarang dengan cinta pada Ekaristi dan sesama.
Fakta menarik lain tentang Carlo Acutis adalah bahwa ia lahir di London, bisa bicara Inggris, memiliki empat anjing dan dua kucing, suka makan Nutella dan nonton kartun, membantu orang India konversi ke Katolik lewat teladannya, dan makamnya di Assisi tarik ribuan peziarah setiap tahun.