Bulan misterius, rahasia abadi bagi manusia. Sejak ratusan tahun lalu, fenomena ini telah menyita perhatian para ilmuwan. Transient Lunar Phenomenon (TLP), atau kilatan bulan, adalah perubahan singkat pada tampilan sebagian permukaan bulan yang bisa berlangsung dari milidetik hingga berjam-jam.
Peristiwa pertama tentang TLP tercatat oleh astronom William Herschel pada malam 19 April 1787. Ia mengamati cahaya terang selama beberapa jam di area bulan yang gelap, seterang Nebula Orion. Peristiwa tersebut diyakini sebagai salah satu TLP pertama yang tercatat dalam sejarah.
TLP sering kali muncul dalam bentuk kilatan cahaya, bercak kemerahan atau ungu, hingga titik-titik kabur di permukaan bulan. Selama dua ribu tahun terakhir, lebih dari 3.000 TLP telah terdokumentasi oleh para pengamat di seluruh dunia.
Namun, penyebab pasti TLP masih belum dapat dipastikan. Para ilmuwan menjelaskan bahwa durasi cahaya dapat memberikan petunjuk mengenai sumbernya. Menurut Masahisa Yanagisawa, profesor emeritus di University of Electro-Communications, Jepang, kilatan yang hanya berlangsung kurang dari satu menit biasanya disebabkan oleh tumbukan meteoroid di permukaan bulan.
Fenomena ini baru dapat dipastikan pada 1990-an, setelah teknologi kamera berkecepatan tinggi memungkinkan pengamatan secara akurat. Sejak itu, ratusan LIF telah teridentifikasi oleh berbagai lembaga, termasuk program NELIOTA (Near-Earth Object Lunar Impacts and Optical Transients) yang didanai Badan Antariksa Eropa (ESA).
Namun, peneliti utama NELIOTA, Alexios Liakos dari National Observatory of Athens, menilai pola tersebut belum tentu menggambarkan kondisi sebenarnya. "Bulan kemungkinan besar dihantam meteoroid secara merata di seluruh permukaannya," kata Liakos.
Sementara itu, beberapa fenomena yang lebih lama, seperti yang disaksikan Herschel, bisa berlangsung hingga berjam-jam. Studi tahun 2012 menyebutkan, angin matahari yang mengionisasi debu bulan bisa menimbulkan awan besar setinggi 100 kilometer. Awan ini memantulkan cahaya dari bintang atau objek terang lain di dekat bulan, sehingga tampak seperti sumber cahaya dari permukaan.
Meski begitu, tidak semua peneliti sepakat tentang keberadaan TLP berdurasi panjang. Liakos meragukan keberadaan TLP berdurasi panjang. Satu-satunya peristiwa yang agak lama yang pernah saya lihat hanyalah satelit yang melintas di depan cakram bulan.
Tantangan yang dihadapi para ilmuwan adalah menjawab pertanyaan apa sebenarnya penyebab TLP. Jika suatu malam terlihat cahaya misterius di permukaan bulan, bisa jadi itu bukan sekadar ilusi optik, melainkan fenomena alam langka yang masih menyimpan misteri besar bagi sains modern.
Peristiwa pertama tentang TLP tercatat oleh astronom William Herschel pada malam 19 April 1787. Ia mengamati cahaya terang selama beberapa jam di area bulan yang gelap, seterang Nebula Orion. Peristiwa tersebut diyakini sebagai salah satu TLP pertama yang tercatat dalam sejarah.
TLP sering kali muncul dalam bentuk kilatan cahaya, bercak kemerahan atau ungu, hingga titik-titik kabur di permukaan bulan. Selama dua ribu tahun terakhir, lebih dari 3.000 TLP telah terdokumentasi oleh para pengamat di seluruh dunia.
Namun, penyebab pasti TLP masih belum dapat dipastikan. Para ilmuwan menjelaskan bahwa durasi cahaya dapat memberikan petunjuk mengenai sumbernya. Menurut Masahisa Yanagisawa, profesor emeritus di University of Electro-Communications, Jepang, kilatan yang hanya berlangsung kurang dari satu menit biasanya disebabkan oleh tumbukan meteoroid di permukaan bulan.
Fenomena ini baru dapat dipastikan pada 1990-an, setelah teknologi kamera berkecepatan tinggi memungkinkan pengamatan secara akurat. Sejak itu, ratusan LIF telah teridentifikasi oleh berbagai lembaga, termasuk program NELIOTA (Near-Earth Object Lunar Impacts and Optical Transients) yang didanai Badan Antariksa Eropa (ESA).
Namun, peneliti utama NELIOTA, Alexios Liakos dari National Observatory of Athens, menilai pola tersebut belum tentu menggambarkan kondisi sebenarnya. "Bulan kemungkinan besar dihantam meteoroid secara merata di seluruh permukaannya," kata Liakos.
Sementara itu, beberapa fenomena yang lebih lama, seperti yang disaksikan Herschel, bisa berlangsung hingga berjam-jam. Studi tahun 2012 menyebutkan, angin matahari yang mengionisasi debu bulan bisa menimbulkan awan besar setinggi 100 kilometer. Awan ini memantulkan cahaya dari bintang atau objek terang lain di dekat bulan, sehingga tampak seperti sumber cahaya dari permukaan.
Meski begitu, tidak semua peneliti sepakat tentang keberadaan TLP berdurasi panjang. Liakos meragukan keberadaan TLP berdurasi panjang. Satu-satunya peristiwa yang agak lama yang pernah saya lihat hanyalah satelit yang melintas di depan cakram bulan.
Tantangan yang dihadapi para ilmuwan adalah menjawab pertanyaan apa sebenarnya penyebab TLP. Jika suatu malam terlihat cahaya misterius di permukaan bulan, bisa jadi itu bukan sekadar ilusi optik, melainkan fenomena alam langka yang masih menyimpan misteri besar bagi sains modern.