BRIN Sebut Peneliti RI Jadi Penulis Utama Temuan Rafflesia Hasseltii

Peneliti Indonesia akan menjadi penulis utama dalam publikasi ilmiah Oxford University tentang temuan Rafflesia hasseltii. Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Arif Satria, menyatakan ini dalam merespons tidak tercantumnya peneliti Indonesia dalam publikasi tersebut.

"Kemarin, @thorogoodchris1 dari Oxford Botanic Garden's menjadi bagian dari tim yang menjelajahi hutan hujan Sumatra (sebuah pulau di Indonesia) yang dijaga harimau siang dan malam untuk menemukan Rafflesia hasseltii," tulis akun @University of Oxford, dilihat Senin (24/11).

Namun, terdapat kesalahpahaman dalam pengumuman temuan tersebut. Mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan menyebutkan bahwa peneliti asal Indonesia juga terlibat dalam ekspedisi tersebut dan meminta Oxford University untuk menyebutkan nama mereka dalam pengumuman tersebut.

"Kepada @UniofOxford, para peneliti Indonesia kita - Joko Witono, Septi Andriki, dan Iswandi - bukanlah NPC. Sebutkan juga nama mereka," tulis Anies.

Arif Satria mengatakan bahwa publikasi ilmiah yang sedang dipersiapkan akan menjadi rujukan bagi ilmuwan dunia. "Publikasi internasional tentunya yang menyertakan semua periset, baik luar maupun dalam, dan peneliti BRIN menjadi penulis utama," ucapnya.

Penemuan tanaman langka Rafflesia hasseltii di Sijunjung, Sumatera Barat belakangan mendapatkan sorotan dunia. Penemuan itu merupakan kolaborasi The University of Oxford Botanic Garden and Arboretum dan Program RIIM Ekspedisi.
 
πŸ€” Kalau nggak salah, peneliti Indonesia seperti Joko Witono, Septi Andriki, dan Iswandi memang terlibat dalam ekspedisi menemukan Rafflesia hasseltii di Sumatera Barat. Tapi apa yang bikin kesalahpahaman, sih? Mereka tidak bisa langsung dipuji sebagai penulis utama publikasi Oxford karena ada kesepakatan tim penelitian yang tertulis sebelumnya. Kalau peneliti Indonesia mau terlibat dalam ekspedisi itu, pasti harus mau menyerah nama mereka di awal.

Saya pikir ini perlu diingatkan, sih. Jika peneliti asal Indonesia ingin diakui sebagai penulis utama, maka harus ada kemampuan dan kualitas kerja yang sama dengan orang lain di tim. Kalau tidak, maka kita harus menghargai peran mereka sebagai pelopor dan inspirasi bagi generasi selanjutnya.
 
Aku sedang nggak sabar untuk mencoba makan sate kelinci yang baru kubeli di pasar, nih... aku suka banget! Rafflesia hasseltii itu kayaknya tanaman yang unik banget, tapi aku malah ingat kalau aku pernah lihat video tentang ikan yang bisa hidup dalam air mancur, kayak gini... dan bagaimana caranya mereka bisa bertahan hidup? aku penasaran banget!
 
aku rasa peneliti Indonesia yang terlibat dalam ekspedisi itu patut diakui, tapi perlu dicatat bahwa ada kesalahpahaman tentang pengumuman temuan itu. kalau benar-benar mereka adalah bagian dari tim yang menjelajahi hutan Sumatra, maka harusnya mereka disebutkan dalam publikasi Oxford University. tapi aku rasa ada kejadian yang tidak jelas, seperti siapa yang meminta Oxford University untuk menyebutkan nama mereka? kalau Anies Baswedan benar-benar ingin membantu, maka lebih baik dia tidak menghakimi aja dan langsung berbicara dengan tim Oxford University tentang hal ini. sekarang publikasi itu jadi semakin penting, tapi aku khawatir ada kesalahpahaman yang besar lagi... πŸ€”
 
heh, kalau peneliti Indonesia sih jadi penulis utama di Oxford University nih, kemudian tidak mau menyebutkan nama mereka kan? kayaknya ada kesalahpahaman deh... aku pikir ini juga kisah yang sama dengan kasus penemuan Merapi baru-baru ini, lho kalau asal usulnya sih dari peneliti Indonesia tapi ternyata tidak banyak yang tahu sih πŸ˜’
 
Eh, ini gampang aja... peneliti Indonesia harus dicantumkan di publikasi ilmiah yang penting seperti itu! Kenapa harus ada kesalahpahaman seperti ini? Mereka (peneliti asal Indonesia) memang terlibat dalam ekspedisi tersebut, kan? Kalau tidak, bagaimana caranya kita bisa jadi penulis utama di Oxford University? πŸ€”
 
Aku pikir ini sedang keongstriman ya... Rafflesia hasseltii deh, tanaman langka banget! Kenapa peneliti Indonesia lagi dipikirkan tidak penting? Siapa yang bilang itu Rafflesia ini asal dari kota, tapi sebenarnya hutan Sumatera sih yang menjadi rahasia. Dan siapa yang bilang kita tidak bisa bekerja sama dengan luar? Kita perlu bekerja sama buat menambah ilmu dan teknologi kita juga! Jadi, kenapa peneliti Indonesia lagi dikecewakan? Aku pikir ini harus dipertimbangkan jadi bagian dari publikasi tersebut ya...
 
Maksudnya apa sih? Kenapa peneliti Indonesia tidak dijadikan utama dalam publikasi tersebut? Lihatlah diagram perkembangan Rafflesia hasseltii, 10 tahun terakhir penelitian hanya sebanyak 3,4 juta dana... dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai Rp14,8 triliun. Jadi siapa-siapa yang bertanggung jawab atas kekurangan data kalau sih? πŸ€”πŸ’‘
 
Gue tahu kalau Rafflesia hasseltii itu tanaman langka banget! Merekalah yang paling langka di dunia 🌟. Gue senang sekali baca bahwa peneliti Indonesia bisa jadi penulis utama publikasi ilmiah tentang temuan ini, tapi gue juga sedikit kesal karena peneliti Indonesia itu tidak ditampilkan dalam pengumuman awal πŸ€”. Gue rasa ini perlu di atur agar kita nggak kehilangan kreditnya πŸ™. Tapi secara umum, gue senang sekali bahwa temuan ini bisa membantu kita mengenal lebih lanjut tentang tanaman langka ini 🌿.
 
Oleh-oleh apa? Makasih Oxford University meminta peneliti Indonesia join ekspedisi cari Rafflesia hasseltii, tapi siapa yang tahu siapa yang benar-benar ada di sana? Jadi, kenapa mereka tidak cerita kalau peneliti kita nggak bisa jelas ngumpul sama Oxford botanic garden? Semoga nama-nama peneliti kita seperti Joko Witono, Septi Andriki, dan Iswandi nantinya tertera di publikasi Oxford University.
 
gak sabar aja kenapa peneliti Indonesia gak dipikirkan dulu? nggak usah ngomong, apa yang penting adalah hasilnya. tapi kalau kita lihat dari perspektif lain, ini menunjukkan bahwa kita masih banyak yang bisa belajar dari orang lain. tapi apa yang salah dengan kita? mungkin kita harus lebih percaya diri dan ngomong dulu sebelum hasilnya keluar. kalo kita ngomong nanya, itu artinya kita already know jawabannya. jadi, bagaimana kita bisa berubah agar tidak ada kesalahpahaman seperti ini lagi? πŸ€”
 
ini penelitian tentang Rafflesia hasseltii kayaknya gampang2 di luar negeri kan? tapi kita harus senang juga karena peneliti Indonesia jadi penulis utama di Oxford University, itu bisa dijadikan contoh untuk inspirasi kita anak muda yang suka ilmu pengetahuan. kalau dulu kita belum punya kemampuan teknologi dan sumber daya yang cukup, sekarang ini kita sudah bisa bersaing dengan negara-negara lain, itu sangat positif! 🀩
 
Gue nyeselin aja, siapa penulis utama publikasi ilmiah itu bisa gue tahu sih kalau tidak ada orang Indonesia yang terlibat dalam ekspedisi yang mencari Rafflesia hasseltii πŸ€“. Tapi sayangnya hanya peneliti asing yang diutamakan dalam publikasi tersebut 😐. Gue harap gue dapat membaca naskah publikasi tersebut kalau diizinkan oleh para penulis utama, ya! πŸ‘
 
Hehe, kalau gak salah sih peneliti Indonesia udah jadi penulis utama di Oxford πŸ€”. Tapi, gue rasa nggak bisa dipastikan apa benar gak nih? Karena aku duduk di rumah dan baca di internet aja πŸ“Š. Gue yakin kalau ada kesalahpahaman tentang siapa yang terlibat dalam ekspedisi itu, tapi gue nggak tahu apa kira-kira πŸ€·β€β™‚οΈ. Aku selalu percaya bahwa peneliti Indonesia udah lulus dari banyak proses seleksi dan punya kemampuan yang lebih baik daripada orang lain πŸ™. Tapi, aku juga paham kalau harus ada kesabaran dalam hal ini, karena gue tahu kalau Oxford University adalah tempat yang sangat spesifik dan kompetitif πŸŽ“.
 
gues apa yang happen disitu πŸ€”. kalau peneliti indonesia udah terlibat dalam ekspedisi, kenapa tidak termasuk di publikasi oxford πŸ“š? ini kan bukan cuma tentang Rafflesia hasseltii aja, tapi juga tentang kerja sama antara Indonesia dan Oxford 🌟. gues harusnya ada komunikasi yang baik antara mereka 😊. kalau tidak, udah bisa nanya di forum ya ☹️.
 
Ggk jelas sih apa yang dibicarakan sini... kalau peneliti Indonesia ada di dalam ekspedisi, kenapa gak disebutkan nama mereka? sepertinya ada kesalahan pengumuman dari Oxford University πŸ€”. Nah, jadi Rafflesia hasseltii ditemukan di Sijunjung, Sumatera Barat... itu keren sekali! Tapi apa keberadaan peneliti Indonesia sebenarnya sih? Kalau gak ada yang nulis nama mereka, kenapa kita harus merasa malu? πŸ™„
 
Gue bayangin deh peneliti Indonesia yang terlibat dalam ekspedisi Rafflesia hasseltii, ternyata ada 3 orang ya, Joko Witono, Septi Andriki, dan Iswandi. Kenapa nih Oxford University tidak menyebutkan namanya di publikasi tersebut? Mungkin karena kesalahpahaman aja? Tapi apa sih itu? Ilmuwan Indonesia juga punya kontribusi yang signifikan di sana. Gue harap peneliti-peneliti Indonesia kita bisa menjadi lebih berani untuk menyuarakan diri secara internasional. Kita harus bangga dengan kemampuan kita dalam menemukan hal-hal yang langka seperti Rafflesia hasseltii!
 
Hehe, ini kayaknya gini. Oxford University yang paling suka memuji orang asing aja deh πŸ™„. Tapi apa sih yang salah dengan peneliti Indonesia kita? Mereka udah melakukan ekspedisi dan menemukan Rafflesia hasseltii sendiri! Kenapa harus nyangka-nyangka mereka di publikasi itu? πŸ€” Nah, kayaknya BRIN harus masuk ke dalam proyek ini dulu, jadi peneliti Indonesia bisa menjadi penulis utama. Atau mungkin Oxford University harus belajar berbagi porsi dengan peneliti kita πŸ΄πŸ‘.
 
Saya pikir ini pengejaran yang gila, kalau kita sudah menemukan Rafflesia hasseltii di Sumatera Barat, kenapa kita harus serius-serius lagi tentang siapa yang terlibat dalam ekspedisi itu? Ada yang salah dengan cara berkomunikasi Oxford University? πŸ€”

Saya pikir ini akan membuat peneliti Indonesia sedih, kalau mereka tidak bisa menjadi penulis utama di publikasi ilmiah Oxford University. Tapi, siapa tahu kalau ada kesalahan komunikasi yang dilakukan oleh Oxford University, tapi ada juga orang lain yang salah. πŸ€·β€β™‚οΈ

Saya ingin tahu, bagaimana caranya kita bisa memastikan bahwa peneliti Indonesia tidak terlupakan dalam publikasi ilmiah tersebut? Mungkin kita perlu membuat kantor penelitian yang lebih baik atau memperbaiki kemampuan kita. πŸ“š
 
kembali
Top