Biaya Visa H-1B yang Melanggar Batas Ekonomi, Pihak Pengusaha Tolak
Dennis Nixon, CEO International Bank of Commerce Texas, mengungkapkan pahitnya visa kerja H-1B di Amerika Serikat (AS). Menurut dia, tarif visa tersebut sebesar US$100.000 atau Rp 1,6 miliar justru menimbulkan beban bagi ekonomi AS.
"Regulasi ini mengancam dinamika pasar tenaga kerja dan menghambat pertumbuhan bisnis di AS," kata Nixon kepada VIVA. Dia juga menekankan bahwa hanya perusahaan raksasa yang dapat merekrut tenaga kerja asing terbaik karena membiayai visa tersebut.
Sementara itu, pelaku usaha kecil dan menengah akan terkena dampak berat dari kenaikan biaya ini. Menurut Nixon, mereka tidak memiliki kemampuan untuk membiayai biaya yang sangat mahal tersebut.
"Sejak 1990, program visa H-1B menawarkan akses masuk kepada para pekerja dengan gelar sarjana atau lebih tinggi," kata Nixon. Dia juga menjelaskan bahwa pekerja keterampilan tinggi ini mengisi posisi khusus yang melengkapi bukan menggantikan pekerja Amerika.
Namun, Nixon juga menegaskan bahwa imigran tidak hanya tenaga kerja tetapi juga konsumen yang memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Mereka berkontribusi langsung terhadap produk domestik bruto negara dan memiliki anak lalu memulai bisnis sehingga memperluas pasar tenaga kerja dalam negeri.
"Mereka juga lebih sering berada pada usia produktif dan memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi terhadap ekonomi," kata Nixon.
Dennis Nixon, CEO International Bank of Commerce Texas, mengungkapkan pahitnya visa kerja H-1B di Amerika Serikat (AS). Menurut dia, tarif visa tersebut sebesar US$100.000 atau Rp 1,6 miliar justru menimbulkan beban bagi ekonomi AS.
"Regulasi ini mengancam dinamika pasar tenaga kerja dan menghambat pertumbuhan bisnis di AS," kata Nixon kepada VIVA. Dia juga menekankan bahwa hanya perusahaan raksasa yang dapat merekrut tenaga kerja asing terbaik karena membiayai visa tersebut.
Sementara itu, pelaku usaha kecil dan menengah akan terkena dampak berat dari kenaikan biaya ini. Menurut Nixon, mereka tidak memiliki kemampuan untuk membiayai biaya yang sangat mahal tersebut.
"Sejak 1990, program visa H-1B menawarkan akses masuk kepada para pekerja dengan gelar sarjana atau lebih tinggi," kata Nixon. Dia juga menjelaskan bahwa pekerja keterampilan tinggi ini mengisi posisi khusus yang melengkapi bukan menggantikan pekerja Amerika.
Namun, Nixon juga menegaskan bahwa imigran tidak hanya tenaga kerja tetapi juga konsumen yang memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Mereka berkontribusi langsung terhadap produk domestik bruto negara dan memiliki anak lalu memulai bisnis sehingga memperluas pasar tenaga kerja dalam negeri.
"Mereka juga lebih sering berada pada usia produktif dan memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi terhadap ekonomi," kata Nixon.