Kondisi cuaca di Jawa Tengah bagian selatan akhirnya terungkap. BMKG memberikan peringatan awal bagi masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi hujan lebat dan petir pada 2-4 November.
Hal ini dikabarkan oleh Ketua Tim Kerja Pelayanan Data dan Diseminasi Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo. Ia menyatakan bahwa kondisi atmosfer saat ini menunjukkan dinamika yang cukup aktif akibat faktor skala regional dan lokal.
Indeks Dipole Mode (DMI) berada pada nilai negatif 1,61, jauh di bawah kondisi normal yang seharusnya ada pada kisaran 0,4. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas konvektif di wilayah Indonesia bagian barat, yang berdampak pada tingginya potensi pertumbuhan awan hujan di Jawa, Sumatera, dan sebagian Kalimantan.
Saat ini, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) terjadi pada fase lima (Maritime Continent), yang mendukung pembentukan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jateng bagian selatan. Faktor lain yang memperkuat peluang hujan adalah adanya daerah konvergensi dan belokan angin di wilayah tersebut.
Suhu muka laut di perairan selatan Jawa, Samudra Hindia barat Sumatra, hingga Laut Jawa tercatat anomali hangat dengan kisaran 0,5 hingga 3,4 derajat Celcius. Kondisi tersebut meningkatkan penguapan dan menambah pasokan uap air yang dapat membentuk awan hujan.
Teguh Wardoyo mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, kilat atau petir, serta angin kencang yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. BMKG akan terus memantau perkembangan cuaca dan menyampaikan informasi peringatan dini melalui kanal resmi agar masyarakat dapat melakukan langkah antisipasi lebih dulu.
Hal ini dikabarkan oleh Ketua Tim Kerja Pelayanan Data dan Diseminasi Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo. Ia menyatakan bahwa kondisi atmosfer saat ini menunjukkan dinamika yang cukup aktif akibat faktor skala regional dan lokal.
Indeks Dipole Mode (DMI) berada pada nilai negatif 1,61, jauh di bawah kondisi normal yang seharusnya ada pada kisaran 0,4. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas konvektif di wilayah Indonesia bagian barat, yang berdampak pada tingginya potensi pertumbuhan awan hujan di Jawa, Sumatera, dan sebagian Kalimantan.
Saat ini, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) terjadi pada fase lima (Maritime Continent), yang mendukung pembentukan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jateng bagian selatan. Faktor lain yang memperkuat peluang hujan adalah adanya daerah konvergensi dan belokan angin di wilayah tersebut.
Suhu muka laut di perairan selatan Jawa, Samudra Hindia barat Sumatra, hingga Laut Jawa tercatat anomali hangat dengan kisaran 0,5 hingga 3,4 derajat Celcius. Kondisi tersebut meningkatkan penguapan dan menambah pasokan uap air yang dapat membentuk awan hujan.
Teguh Wardoyo mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, kilat atau petir, serta angin kencang yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. BMKG akan terus memantau perkembangan cuaca dan menyampaikan informasi peringatan dini melalui kanal resmi agar masyarakat dapat melakukan langkah antisipasi lebih dulu.