Bibit siklon tropis 97S terbentuk di Selatan NTB, BMKG minta waspadai cuaca ekstrem
BMKG mengeluarkan peringatan tentang kemunculan bibit siklon tropis 97S yang terbentuk di Samudra Hindia barat daya Nusa Tenggara Barat (NTB). Stasiun Meteorologi El Tari Kupang melaporkan pembentukan sirkulasi ini, yang merupakan perkembangan dari sirkulasi siklonik yang sudah terpantau sejak beberapa hari terakhir di selatan Bali dan NTB.
Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, Sti Nenot'ek, mengatakan bahwa sistem ini memiliki pusat sirkulasi di 10.9°LS dan 117.0°BT dengan kecepatan angin maksimum sekitar 15 knot atau 28 kilometer per jam dan tekanan minimum 1009 hPa. Peluang pembentukan siklon tropis dalam 24-72 jam ke depan masih berada pada kategori rendah, tetapi dapat mempengaruhi cuaca di NTT.
Meskipun tidak berpotensi menjadi siklon kuat dalam waktu dekat, Sti Nenot'ek menegaskan bahwa bibit siklon tropis 97S tetap memberikan dampak tidak langsung berupa cuaca ekstrem di wilayah NTT. Dampak tersebut dapat berupa hujan sedang hingga sangat lebat, petir, angin kencang, serta gelombang tinggi di beberapa wilayah NTT.
BMKG memprediksi bahwa potensi gelombang laut mencapai 2,5-4 meter di Samudra Hindia selatan NTT dan 1,25-2,5 meter berpotensi terjadi di perairan selatan Jawa Timur hingga Bali, selatan NTB, serta Selat Bali dan Selat Sumba bagian barat.
Menanggapi kekhawatiran masyarakat, Sti Nenot'ek menegaskan bahwa kondisi saat ini tidak sebanding dengan kejadian Siklon Tropis Seroja pada 2021. "Tidak perlu panik. Sistem ini tidak seintens Siklon Tropis Seroja. Dampaknya jauh lebih kecil dan posisinya juga berada cukup jauh dari Pulau Rote dan Timor," tegasnya.
BMKG meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, meskipun tidak berpotensi menjadi siklon kuat dalam waktu dekat.
BMKG mengeluarkan peringatan tentang kemunculan bibit siklon tropis 97S yang terbentuk di Samudra Hindia barat daya Nusa Tenggara Barat (NTB). Stasiun Meteorologi El Tari Kupang melaporkan pembentukan sirkulasi ini, yang merupakan perkembangan dari sirkulasi siklonik yang sudah terpantau sejak beberapa hari terakhir di selatan Bali dan NTB.
Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, Sti Nenot'ek, mengatakan bahwa sistem ini memiliki pusat sirkulasi di 10.9°LS dan 117.0°BT dengan kecepatan angin maksimum sekitar 15 knot atau 28 kilometer per jam dan tekanan minimum 1009 hPa. Peluang pembentukan siklon tropis dalam 24-72 jam ke depan masih berada pada kategori rendah, tetapi dapat mempengaruhi cuaca di NTT.
Meskipun tidak berpotensi menjadi siklon kuat dalam waktu dekat, Sti Nenot'ek menegaskan bahwa bibit siklon tropis 97S tetap memberikan dampak tidak langsung berupa cuaca ekstrem di wilayah NTT. Dampak tersebut dapat berupa hujan sedang hingga sangat lebat, petir, angin kencang, serta gelombang tinggi di beberapa wilayah NTT.
BMKG memprediksi bahwa potensi gelombang laut mencapai 2,5-4 meter di Samudra Hindia selatan NTT dan 1,25-2,5 meter berpotensi terjadi di perairan selatan Jawa Timur hingga Bali, selatan NTB, serta Selat Bali dan Selat Sumba bagian barat.
Menanggapi kekhawatiran masyarakat, Sti Nenot'ek menegaskan bahwa kondisi saat ini tidak sebanding dengan kejadian Siklon Tropis Seroja pada 2021. "Tidak perlu panik. Sistem ini tidak seintens Siklon Tropis Seroja. Dampaknya jauh lebih kecil dan posisinya juga berada cukup jauh dari Pulau Rote dan Timor," tegasnya.
BMKG meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, meskipun tidak berpotensi menjadi siklon kuat dalam waktu dekat.