Kolaborasi Regional BI Pilih Jalan Keluar untuk Menghadapi Ketidakpastian Global
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, saat menekankan pentingnya kolaborasi regional dalam mencegah ketidakstabilan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Dalam diskusi penyelenggaraan South East Asian Central Banks (SEACEN) Governors' Conference ke-61 di Bali, Perry mengemukakan bahwa saat ini adalah waktunya negara-negara kawasan bertindak bersama untuk memperkuat ketahanan ekonomi.
"Kita sedang menghadapi tantangan besar. Karena itu, kolaborasi regional dan penguatan kapasitas kelembagaan menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan dan ketahanan ekonomi kawasan," kata Perry dalam keterangan resmi.
Dalam upaya mewarnai ketidakpastian global, Bank Indonesia telah mengembangkan lima langkah utama untuk merespons dinamika dan tantangan. Pertama, memperkuat kerangka bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran agar berjalan terpadu. Kedua, memperkuat pengawasan sistemik, termasuk pendalaman pasar uang dan pengawasan terhadap lembaga keuangan non-bank.
Keempat, mempercepat konektivitas pembayaran digital lintas negara, baik ritel maupun wholesale. Kelima, memperkuat kapasitas kelembagaan guna menjaga independensi bank sentral sekaligus memastikan sinergi dengan pemerintah dan sektor riil.
Pengakuan dari Direktur Eksekutif SEACEN, Cyn-Young Park, juga mendukung pendekatan ini. Ia menyatakan bahwa kerja sama ekonomi bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk membuka potensi pertumbuhan dan mendorong inovasi.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Ricky P Gozali menutup konferensi dengan mengatakan bahwa dunia saat ini tengah menghadapi dinamika geoekonomi global yang bergerak sangat cepat, mengubah arah perdagangan, investasi, dan arus teknologi.
"Dalam konteks ini, pendalaman integrasi keuangan di Asia bukan sekadar tujuan, tetapi menjadi kebutuhan strategis untuk menjaga stabilitas dan memperkuat ketahanan ekonomi kawasan," ujar Ricky.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, saat menekankan pentingnya kolaborasi regional dalam mencegah ketidakstabilan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Dalam diskusi penyelenggaraan South East Asian Central Banks (SEACEN) Governors' Conference ke-61 di Bali, Perry mengemukakan bahwa saat ini adalah waktunya negara-negara kawasan bertindak bersama untuk memperkuat ketahanan ekonomi.
"Kita sedang menghadapi tantangan besar. Karena itu, kolaborasi regional dan penguatan kapasitas kelembagaan menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan dan ketahanan ekonomi kawasan," kata Perry dalam keterangan resmi.
Dalam upaya mewarnai ketidakpastian global, Bank Indonesia telah mengembangkan lima langkah utama untuk merespons dinamika dan tantangan. Pertama, memperkuat kerangka bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran agar berjalan terpadu. Kedua, memperkuat pengawasan sistemik, termasuk pendalaman pasar uang dan pengawasan terhadap lembaga keuangan non-bank.
Keempat, mempercepat konektivitas pembayaran digital lintas negara, baik ritel maupun wholesale. Kelima, memperkuat kapasitas kelembagaan guna menjaga independensi bank sentral sekaligus memastikan sinergi dengan pemerintah dan sektor riil.
Pengakuan dari Direktur Eksekutif SEACEN, Cyn-Young Park, juga mendukung pendekatan ini. Ia menyatakan bahwa kerja sama ekonomi bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk membuka potensi pertumbuhan dan mendorong inovasi.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Ricky P Gozali menutup konferensi dengan mengatakan bahwa dunia saat ini tengah menghadapi dinamika geoekonomi global yang bergerak sangat cepat, mengubah arah perdagangan, investasi, dan arus teknologi.
"Dalam konteks ini, pendalaman integrasi keuangan di Asia bukan sekadar tujuan, tetapi menjadi kebutuhan strategis untuk menjaga stabilitas dan memperkuat ketahanan ekonomi kawasan," ujar Ricky.