BGN: Tak Ada Potongan Anggaran per Porsi MBG, Semua At Cost

Dadan Hindayana, kepala Badan Gizi Nasional (BGN), mengakui tidak ada pemotongan anggaran untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Semua biaya terkait program ini dilaksanakan dengan sifat "at cost", yang berarti semua pengeluaran dibayarkan tanpa menambahkan keuntungan.

"Apapun yang kita belanjakan, itu kita bayar," katanya. Namun, ada perbedaan harga bahan bakul di wilayah-wilayah tertentu seperti Papua, sehingga BGN menyesuaikan dengan harga pokok masing-masing wilayah.

Harga bahan baku di Papua kini sekitar Rp26-27 ribu per porsi. Jika satu bahan baku harus dibayar Rp100 ribu, maka bagaimana bisa dipotong?

Selain itu, biaya komponen operasional program ini juga dilaksanakan dengan sifat "at cost".
 
Gak bisa bilang apa-apa sih, kalau kita tidak ambil keuntungan dari program seperti MBG. Tapi, gimana kalau kita bayar Rp26-27 ribu per porsi di Papua? Makanya BGN harus menyesuaikan dengan harga pokok masing-masing wilayah. Nah, kalau kita punya biaya komponen operasional yang sama dengan itu, gak ada cara untuk "potong" keuntungan, ya? Belum lagi, apa yang terjadi dgn pengeluaran lainnya sih? Kita harus nanti kena bayar juga! 🤔
 
Kira-kira pengeluaran anggaran BGN untuk MBG cukup besar, tapi ternyata masih ada yang bisa dioptimalkan, ya! Jika biaya bahan bakul sama di seluruh Indonesia, toh kan tidak masalah jika biaya itu dibayarkan secara "at cost", kan? Tapi, apa yang bisa dipikirkan adalah bagaimana cara menghemat biaya lainnya, misalnya operasional program. Mungkin ada cara untuk menghemati beban, seperti efisiensi pengeluaran atau cara baru untuk mengurangi biaya komponen operasional? Kita harus terus mencari solusi yang inovatif dan cerdas, ya! 🤔💡
 
Pertanyaannya gini, kalau program MBG dianggar 0, itu artinya siapa nanti bayar biayanya? Dan bagaimana cara bisa ngatur harga bahan bakul di Papua yang lebih mahal dari wilayah lainnya? Apakah BGN itu punya kekuatan untuk mengawasi semua hal ini dengan baik?

Saya pikir jika program MBG penting banget, jadi gak boleh hanya kira-kira aja. Mesti ada rencana dan strategi yang lebih matang di baliknya, apa lagi kalau biayanya masih 0? Saya ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana BGN itu bisa ngatur semuanya dengan baik...
 
Mengenai keputusan Datadad yang mengatakan semua pengeluaran untuk program Makan Bergizi Gratis dibayarkan tanpa menambahkan keuntungan... aku rasa itu seperti mencari kemurnian di dalam air kotor. Aku tahu datang dari nafsu baik, tapi sebenarnya apa yang dimaksud dengan 'at cost'? Tidak ada harga untuk bahan bakul di Papua, tapi bagaimana kalau kita lupa bahwa nilai itu bisa berbeda-beda tergantung pada lokasi dan kondisi?

Aku pikir datang dari ide yang baik, tapi harus diterapkan dalam konteks yang tepat. Jika kita ingin membuat perubahan, kita harus siap untuk menghadapi realitas yang kompleks... dan mungkin itu adalah salah satu cara untuk memahami nilai 'at cost' yang diusung oleh Datadad 🤔
 
Gue sengaja periksa berita tentang MBG. Kepala BGN bilang tidak ada pemotongan anggaran, tapi ternyata semua biaya di "at cost" aja. Makanya harga bahan bakul di Papua beda dengan yang lain, bisa jadi karena kebutuhan yang lebih besar di wilayah itu. Gue rasa ini penting banget untuk program MBG, agar bisa berjalan lancar dan efektif. Tapi gue penasaran sih bagaimana kalau ada masalah logistik atau transportasi? Sepertinya BGN harus lebih teliti lagi dalam mengelola anggaran.
 
Aku rasa kayaknya ada kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud "at cost". Mereka bilang semua biaya di bayar tanpa menambah keuntungan, tapi apa itu maksudnya? Tidak ada biaya tambahan lagi, tapi apa ada biaya lain sebelumnya yang tidak ada? Aku pikir itu seperti cerminan diri, kita selalu berusaha mencari biaya yang dapat diturunkan, tapi apa yang sebenarnya ada di balik itu? 🤔

Dan aku rasa ini juga menunjukkan bagaimana kita menghadapi ketergantungan pada bahan bakar. Jika satu bahan bakau harus dibayar Rp100 ribu, dan biaya bahan bakau di Papua sekitar Rp26-27 ribu, maka apa yang akan terjadi jika kita terus bergantung pada bahan bakar tersebut? Aku pikir ini seperti sebuah teka-teki, apa yang harus kita lakukan untuk tidak jatuh ke dalam kesulitan? 🌎
 
Aku pikir ini keterangan yang agak kasar dari Dedan Hindayana kan? Kalau benar tidak ada pemotongan anggaran untuk program MBG, itu artinya biaya semua diambil dari budget lain. Tapi apa sih yang salah dengan itu?

Kalau biaya bahan bakul di Papua lebih mahal, maka BGN harus mempertimbangkan hal ini juga kan? Mungkin mereka bisa mencari cara untuk mengurangi biaya atau cari sponsor yang mau membantu.

Aku pikir program MBG sangat penting bagi anak-anak miskin, tapi kalau tidak ada kemampuan untuk mengelola biaya, maka apa artinya? Semua hanya tentang meminum air putih dan makanan gratis saja.
 
Aku pikir ini artinya, giliran kita sebagai masyarakat Indonesia untuk mempertahankan prioritas terbaik. Kita harus ingat bahwa 'sempurna' tidak ada dalam kehidupan, tapi kita bisa mencoba paling baiknya. Makan bergizi gratis sebenarnya sudah sangat baik, tapi kalau ada cara untuk meningkatkan program ini lagi, misalnya dengan memperluas layanan atau menambah jumlah pengguna, itu akan lebih bagus juga. Jadi, kita harus bebas dari rasa takut 'dipotong' atau 'kurang'.
 
Pernahkah kamu pikirin bagaimana cara kerja BGN ya? Semua pengeluaran mereka bayar tanpa menambah keuntungan, apa kabar dengan untung itu sih? kayaknya lagi-lagi birokrasi yang bikin ngiler. dan nggak bisa dipotong anggaran? sih kayak beli bahan bakul di Papua, harus sesuaikan aja harga pokok di daerah masing-masing. tapi apa salahnya juga kalau di bayar aja sesuai dengan nilai tukarnya? 🤔
 
Maksudnya nggak ada potongan anggaran buat MBG, tapi masih diatur "at cost" kan? Berarti kalau kita bayar Rp26-27 ribu per porsi bahan bakal, kenapa bisa dipotong aja? Kalau di Papua harga itu lebih mahal dan masih diatur "at cost", kemudian kapan seseorang nggak bisa makan gratis lagi? Ata lagi, kalau biaya komponen operasional juga diatur "at cost", itu artinya semua pengeluaran harus dibayarkan, tapi siapa yang bilang kalau tidak ada keuntungan?
 
Wahhkkk! Program MBG masih dijalankan dengan baik deh. Sip, siapa tahu kalau ada yang ingin memotong anggarannya. Tapi, gimana caranya jika kita belum tentu apa lagi yang bisa dihemat? Kalo mau biayanya lebih murah, gak perlu bayar untuk bahan bakul ya. Belum lagi Papua, jadi biayanya lebih mahal deh. Sama-sama aja, BGN udah melakukan sesuaian. Kita just wait dan lihat bagaimana program ini berjalan di masa depan 🤔👍
 
Makasih ya informasinya! Aku pikir ada kekecewan kalau program MBG dipotong anggaran. Kadang aku lihat tulisan-tulisan yang bikin orang merasa salah, tapi aku tahu kalau tidak semua benar. Dadan Hindayana langsung menjawab soal potongan anggaran, dan dia bilang bahwa biaya semua dilaksanakan "at cost". Aku pikir itu cukup jujur, kan? Jika kita belanjakan uang untuk sesuatu, kita harus bayarnya juga. Tapi aku paham kalau ada perbedaan harga bahan bakul di Papua, dan itu logis juga. Aku pikir itu cara yang baik untuk menyesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing. Saya tidak melihat apa-apa yang salah dengan program MBG ini... 😊
 
kembali
Top