Kita semua tahu bahwa makanan adalah bagian dari kita sebagai manusia, tapi betapa kompleksnya itu! Menurut Anthony Bourdain, makanan bukan hanya tentang rasa dan kesehatan, melainkan tentang bagaimana kita dibesarkan, asal-usul kita, dan apa yang kita santap sejak kecil dulu. Tetapi, jika kita mempertimbangkan preferensi makanan individu itu sendiri, bagaimana bisa seseorang memiliki selera berbeda dengan saudara yang sama usia? Apakah hanya tentang faktor lingkungan saja?
Ternyata, jawabannya adalah tidak hanya soal lingkungan. Menurut penelitian baru dari University of Melbourne dan Western Sydney University, informasi yang diproses oleh otak kita saat melihat makanan itu diproses secara paralel, bukan berurutan. Semua atribut seperti rasa, wujud, aspek kesehatan, dan familiaritas terhadap makanan diproses dalam waktu kurang dari 200 milidetik.
Penelitian ini menggunakan EEG untuk merekam aktivitas otak sambil peserta melihat foto-foto makanan. Hasilnya menunjukkan bahwa otak mulai memproses banyak atribut sekaligus ketika gambar makanan muncul di layar, bukan hanya soal enak atau tidak enak saja. Informasi tentang rasa jelas berpengaruh, tetapi ia bukan satu-satunya faktor yang ditimbang oleh otak. Ada aspek-aspek lain seperti familiaritas.
Maka, pertanyaan "makan apa?" sejatinya memang ribet! Yang memengaruhi keputusan kita memilih makanan ternyata banyak sekali. Rasa memang berpengaruh, tetapi ia bukan satu-satunya yang diusahakan oleh otak kita. Kita harus mengerti bahwa makanan itu adalah bagian dari kita sebagai individu, dan setiap orang memiliki kebebasan untuk menilai apa yang enak atau tidak enak bagi dirinya sendiri.
Ternyata, jawabannya adalah tidak hanya soal lingkungan. Menurut penelitian baru dari University of Melbourne dan Western Sydney University, informasi yang diproses oleh otak kita saat melihat makanan itu diproses secara paralel, bukan berurutan. Semua atribut seperti rasa, wujud, aspek kesehatan, dan familiaritas terhadap makanan diproses dalam waktu kurang dari 200 milidetik.
Penelitian ini menggunakan EEG untuk merekam aktivitas otak sambil peserta melihat foto-foto makanan. Hasilnya menunjukkan bahwa otak mulai memproses banyak atribut sekaligus ketika gambar makanan muncul di layar, bukan hanya soal enak atau tidak enak saja. Informasi tentang rasa jelas berpengaruh, tetapi ia bukan satu-satunya faktor yang ditimbang oleh otak. Ada aspek-aspek lain seperti familiaritas.
Maka, pertanyaan "makan apa?" sejatinya memang ribet! Yang memengaruhi keputusan kita memilih makanan ternyata banyak sekali. Rasa memang berpengaruh, tetapi ia bukan satu-satunya yang diusahakan oleh otak kita. Kita harus mengerti bahwa makanan itu adalah bagian dari kita sebagai individu, dan setiap orang memiliki kebebasan untuk menilai apa yang enak atau tidak enak bagi dirinya sendiri.