Kita selalu bertanya-tanya, apa yang membuat kita memilih makanan untuk disantap? Apakah karena rasa, kesehatan, familiaritas atau beberapa hal lainnya? Sebagaimana kata Anthony Bourdain, "Makanan adalah segalanya bagi kita." Tetapi, betapa ribet otak kita untuk sekedar menentukan itu.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di California Institute of Technology (Caltech) telah membantah hipotesis bahwa informasi tentang rasa muncul terlebih dahulu dibandingkan dengan aspek kesehatan. Mereka memeriksa bagaimana otak kita proses informasi saat memilih makanan dan menemukan bahwa semua atribut itu diproses secara paralel dalam waktu sekitar 200 milidetik.
Penelitian ini melibatkan 117 partisipan yang diperlihatkan foto-foto 120 jenis makanan, masing-masing tampil selama dua detik. Setiap melihat gambar, peserta harus menjawab pertanyaan tentang kesehatan, rasa, dan familiaritas makanan tersebut. Kemudian, para peneliti merekam aktivitas sinyal-sinyal listrik di otak dari partisipan selama proses berlangsung.
Hasilnya menunjukkan bahwa informasi tentang rasa diproses sekitar 195 milidetik lebih cepat daripada aspek kesehatan. Namun, penelitian terbaru ini yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Melbourne dan Western Sydney University membantah temuan tersebut.
Mereka menemukan bahwa informasi tentang rasa, wujud, aspek kesehatan, familiaritas, dan lain-lain terhadap makanan diproses secara paralel dalam kurun lebih kurang 200 milidetik. Hal ini berarti bahwa otak kita tidak memproses satu-satunya faktor yang kita pilih, melainkan adu kuat sinyal dari tiap atribut.
Dengan demikian, kita tidak dapat mengatakan bahwa informasi tentang rasa adalah satu-satunya alasan kita memilih makanan. Faktor lain seperti familiaritas juga turut berpengaruh pada keputusan akhir kita dalam memilih makanan yang akan disantap.
Dalam kata lain, pertanyaan "Mau makan apa?" sejatinya memang pertanyaan yang ribet!
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di California Institute of Technology (Caltech) telah membantah hipotesis bahwa informasi tentang rasa muncul terlebih dahulu dibandingkan dengan aspek kesehatan. Mereka memeriksa bagaimana otak kita proses informasi saat memilih makanan dan menemukan bahwa semua atribut itu diproses secara paralel dalam waktu sekitar 200 milidetik.
Penelitian ini melibatkan 117 partisipan yang diperlihatkan foto-foto 120 jenis makanan, masing-masing tampil selama dua detik. Setiap melihat gambar, peserta harus menjawab pertanyaan tentang kesehatan, rasa, dan familiaritas makanan tersebut. Kemudian, para peneliti merekam aktivitas sinyal-sinyal listrik di otak dari partisipan selama proses berlangsung.
Hasilnya menunjukkan bahwa informasi tentang rasa diproses sekitar 195 milidetik lebih cepat daripada aspek kesehatan. Namun, penelitian terbaru ini yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Melbourne dan Western Sydney University membantah temuan tersebut.
Mereka menemukan bahwa informasi tentang rasa, wujud, aspek kesehatan, familiaritas, dan lain-lain terhadap makanan diproses secara paralel dalam kurun lebih kurang 200 milidetik. Hal ini berarti bahwa otak kita tidak memproses satu-satunya faktor yang kita pilih, melainkan adu kuat sinyal dari tiap atribut.
Dengan demikian, kita tidak dapat mengatakan bahwa informasi tentang rasa adalah satu-satunya alasan kita memilih makanan. Faktor lain seperti familiaritas juga turut berpengaruh pada keputusan akhir kita dalam memilih makanan yang akan disantap.
Dalam kata lain, pertanyaan "Mau makan apa?" sejatinya memang pertanyaan yang ribet!