Gelar kebangsawanan di Jawa yang muncul setelah perpecahan Mataram Islam pada abad ke-18, seperti Hamengkubuwana, Pakubuwono, Mangkunegara, dan Paku Alam. Sebenarnya beda antara keduanya adalah bagaimana cara memecahkan pemerintahan yang sama menjadi dua kekuasaan dengan identitas masing-masing.
Perpecahan itu lahir dari konflik keluarga istana dan politik "devide et impera" yang diterapkan oleh Belanda. Kemudian, di mana pun kekuasaan berakhir itu terbagi menjadi empat wilayah yang masing-masing memiliki struktur kepemimpinan tersendiri. Semua gelar ini adalah simbol kebangsawanan dan kekuasaan di dua pusat kebudayaan Jawa yaitu Yogyakarta dan Surakarta.
Kesultanan Ngayogyakarta dengan penguasa yang disandangnya Sri Sultan Hamengkubuwono memiliki kedudukan tertinggi dibanding dua wilayah lain. Perjuangan kebebasan kemerdekaan Kesultanan Ngayogyakarta terus dijalankan, meski Belanda mengajukan serangkaian upaya penekanan politik dan militer untuk menguasai alam semesta Indonesia.
Sementara itu, di Surakarta terdapat dua gelar kebangsawanan yaitu Pakubuwono dan Mangkunegara. Pada awalnya, kedua wilayah ini memiliki kedudukan yang sama tetapi kemudian berubah menjadi status yang lebih rendah dibanding Kesultanan Ngayogyakarta.
Kesultanan Surakarta (Keraton Kasunanan) dengan penguasa yang disandangnya Sri Susuhunan Pakubuwono tetap merupakan pusat kebudayaan Jawa. Di sini terdapat istana yang terkenal dengan arsitektur indah dan memiliki koleksi berbagai hiasan dan karya seni rara.
Gelar Mangkunegara dipertahankan oleh para penguasa Kadipaten Praja Mangkunegaran di Surakarta. Sejak masa kolonial, puro ini dikenal aktif dalam pelestarian budaya dan sastra Indonesia.
Perpecahan itu lahir dari konflik keluarga istana dan politik "devide et impera" yang diterapkan oleh Belanda. Kemudian, di mana pun kekuasaan berakhir itu terbagi menjadi empat wilayah yang masing-masing memiliki struktur kepemimpinan tersendiri. Semua gelar ini adalah simbol kebangsawanan dan kekuasaan di dua pusat kebudayaan Jawa yaitu Yogyakarta dan Surakarta.
Kesultanan Ngayogyakarta dengan penguasa yang disandangnya Sri Sultan Hamengkubuwono memiliki kedudukan tertinggi dibanding dua wilayah lain. Perjuangan kebebasan kemerdekaan Kesultanan Ngayogyakarta terus dijalankan, meski Belanda mengajukan serangkaian upaya penekanan politik dan militer untuk menguasai alam semesta Indonesia.
Sementara itu, di Surakarta terdapat dua gelar kebangsawanan yaitu Pakubuwono dan Mangkunegara. Pada awalnya, kedua wilayah ini memiliki kedudukan yang sama tetapi kemudian berubah menjadi status yang lebih rendah dibanding Kesultanan Ngayogyakarta.
Kesultanan Surakarta (Keraton Kasunanan) dengan penguasa yang disandangnya Sri Susuhunan Pakubuwono tetap merupakan pusat kebudayaan Jawa. Di sini terdapat istana yang terkenal dengan arsitektur indah dan memiliki koleksi berbagai hiasan dan karya seni rara.
Gelar Mangkunegara dipertahankan oleh para penguasa Kadipaten Praja Mangkunegaran di Surakarta. Sejak masa kolonial, puro ini dikenal aktif dalam pelestarian budaya dan sastra Indonesia.