Tim SAR Kepolisian Nasional (Polri) di Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Aceh menghadapi kesulitan luar biasa dalam penyelamatan korban banjir dan tanah longsor. Keselamatan tim SAR menjadi prioritas utama, tetapi kelelahan berat menyebabkan banyak petugas harus bekerja tanpa henti di medan licin dan terjal.
Menurut Marsekal Madya TNI Mohammad Syafi'i, kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), operasi penyelamatan ini memerlukan tenaga yang sangat besar. Tim gabungan harus bekerja tanpa henti di wilayah-wilayah terisolasi dengan akses terbatas serta cuaca yang berubah-ubah.
Syafi'i menyatakan bahwa kelelahan berat mulai dialami tim pada hari ketiga operasi. Beberapa personel bahkan bekerja lebih dari 72 jam tanpa jeda ketika banjir dan longsor terjadi bersamaan. Untuk mengatasi situasi tersebut, Basarnas menambah personel dan logistik ke wilayah terdampak.
Operasi penyelamatan di Sumatra Utara terbatas karena banyak desa hanya bisa dijangkau dengan helikopter. Evakuasi udara harus dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk menjangkau seluruh korban. Sementara itu, di Sumatra Barat, fokus operasi diarahkan ke desa-desa yang terisolasi dan lokasi longsor besar yang menghambat akses tim SAR.
Syafi'i menegaskan bahwa keselamatan rescuer tetap menjadi prioritas. Rotasi personel mulai dilakukan secara berkala untuk menjaga kerja operasi SAR dan mencegah kecelakaan pada personel. Dukungan berbagai pihak sangat membantu agar operasi kemanusiaan ini berjalan optimal hingga seluruh korban ditemukan.
Jumlah korban yang terdampak sangat besar, yaitu 33.620 warga di tiga provinsi tersebut. Sebanyak 447 orang meninggal dunia, 399 orang masih hilang, dan 33.173 orang berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat.
Menurut Marsekal Madya TNI Mohammad Syafi'i, kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), operasi penyelamatan ini memerlukan tenaga yang sangat besar. Tim gabungan harus bekerja tanpa henti di wilayah-wilayah terisolasi dengan akses terbatas serta cuaca yang berubah-ubah.
Syafi'i menyatakan bahwa kelelahan berat mulai dialami tim pada hari ketiga operasi. Beberapa personel bahkan bekerja lebih dari 72 jam tanpa jeda ketika banjir dan longsor terjadi bersamaan. Untuk mengatasi situasi tersebut, Basarnas menambah personel dan logistik ke wilayah terdampak.
Operasi penyelamatan di Sumatra Utara terbatas karena banyak desa hanya bisa dijangkau dengan helikopter. Evakuasi udara harus dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk menjangkau seluruh korban. Sementara itu, di Sumatra Barat, fokus operasi diarahkan ke desa-desa yang terisolasi dan lokasi longsor besar yang menghambat akses tim SAR.
Syafi'i menegaskan bahwa keselamatan rescuer tetap menjadi prioritas. Rotasi personel mulai dilakukan secara berkala untuk menjaga kerja operasi SAR dan mencegah kecelakaan pada personel. Dukungan berbagai pihak sangat membantu agar operasi kemanusiaan ini berjalan optimal hingga seluruh korban ditemukan.
Jumlah korban yang terdampak sangat besar, yaitu 33.620 warga di tiga provinsi tersebut. Sebanyak 447 orang meninggal dunia, 399 orang masih hilang, dan 33.173 orang berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat.