Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Tapanuli Tengah, Warga Dipinggirkan
Kabupaten Tapanuli Tengah di Sumatera Utara dipukul oleh bencana banjir dan tanah longsor yang berkekuatan besar. Bencana ini memangsa 20 kecamatan di kabupaten tersebut dan membuat jutaan warga terpaksa mengungsi.
Mengenai korban jiwa, hingga Jumat (28/11) dilaporkan ada 34 orang meninggal dunia, sementara ada 33 warga yang masih dinyatakan hilang. Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, melalui keterangan tertulis menginformasikan hal ini.
Seluruh wilayah Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah dikabul kekurangan listrik total. Perangkat komunikasi juga mengalami kesulitan sehingga membuat koordinasi dan komunikasi menjadi tidak efektif. Jaringan telepon pun rusak, sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan warga-warga yang terdampak.
Akses darat menuju Tapanuli Tengah terputus total. Jalur Lintas Sumatera dari arah Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan mengalami kerusakan akibat longsor, sehingga jembatan dan jalan rusak parah.
Saat ini, akses kapal laut dan udara diatur sebagai jalur pengungsi. Di Pelabuhan Sibolga, warga yang terdampak dipisahkan dengan menggunakan kapal laut. Di sisi lain, akses udara melalui Bandara Pinangsori juga disediakan.
Saat ini ditemukan 347 orang yang harus mengungsi di Posko Pengungsian GOR Pandan. Pada saat itu ada 89 pria dewasa, 96 perempuan dewasa, 109 anak-anak, 43 bayi, dan 10 lansia yang duduk dalam posko tersebut.
Selain korban jiwa dan warga yang hilang, proses evakuasi untuk warga-warga yang terisolir masih berlangsung. Terutama di daerah Kelurahan Hutanabolon dan Desa Saormanggita di mana sebanyak 90 keluarga memiliki anggota keluarga yang hilang.
Di Desa Haloban Bair, Kecamatan Tapian Nauli, dilaporkan telah ada 35 keluarga yang mengungsi. Di sisi lain, 7 orang dari desa tersebut masih memilih untuk tetap tinggal di tempat kejadian karena takut meninggalkan barang milik mereka.
Di Desa S. Kalangan II terdapat 250 keluarga yang ditemukan belum dilakukan evakuasi. Hal ini disebabkan keterbatasan akses dan kemudahan dalam proses evakuasi.
Kabupaten Tapanuli Tengah di Sumatera Utara dipukul oleh bencana banjir dan tanah longsor yang berkekuatan besar. Bencana ini memangsa 20 kecamatan di kabupaten tersebut dan membuat jutaan warga terpaksa mengungsi.
Mengenai korban jiwa, hingga Jumat (28/11) dilaporkan ada 34 orang meninggal dunia, sementara ada 33 warga yang masih dinyatakan hilang. Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, melalui keterangan tertulis menginformasikan hal ini.
Seluruh wilayah Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah dikabul kekurangan listrik total. Perangkat komunikasi juga mengalami kesulitan sehingga membuat koordinasi dan komunikasi menjadi tidak efektif. Jaringan telepon pun rusak, sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan warga-warga yang terdampak.
Akses darat menuju Tapanuli Tengah terputus total. Jalur Lintas Sumatera dari arah Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan mengalami kerusakan akibat longsor, sehingga jembatan dan jalan rusak parah.
Saat ini, akses kapal laut dan udara diatur sebagai jalur pengungsi. Di Pelabuhan Sibolga, warga yang terdampak dipisahkan dengan menggunakan kapal laut. Di sisi lain, akses udara melalui Bandara Pinangsori juga disediakan.
Saat ini ditemukan 347 orang yang harus mengungsi di Posko Pengungsian GOR Pandan. Pada saat itu ada 89 pria dewasa, 96 perempuan dewasa, 109 anak-anak, 43 bayi, dan 10 lansia yang duduk dalam posko tersebut.
Selain korban jiwa dan warga yang hilang, proses evakuasi untuk warga-warga yang terisolir masih berlangsung. Terutama di daerah Kelurahan Hutanabolon dan Desa Saormanggita di mana sebanyak 90 keluarga memiliki anggota keluarga yang hilang.
Di Desa Haloban Bair, Kecamatan Tapian Nauli, dilaporkan telah ada 35 keluarga yang mengungsi. Di sisi lain, 7 orang dari desa tersebut masih memilih untuk tetap tinggal di tempat kejadian karena takut meninggalkan barang milik mereka.
Di Desa S. Kalangan II terdapat 250 keluarga yang ditemukan belum dilakukan evakuasi. Hal ini disebabkan keterbatasan akses dan kemudahan dalam proses evakuasi.