Situasi Mencekam di Rio de Janeiro, Ratusan Jenazah Berjejer di Jalanan
Di kota terbesar di Brazil, Rio de Janeiro, situasi mencekam terjadi. Dilaporkan ratusan jenazah berjejer di jalanan akibat operasi besar polisi yang menargetkan bandar narkoba. Dalam operasi tersebut, minimal 132 orang tewas dan korban tidak hanya berasal dari kelompok yang diduga geng narkoba melainkan juga dari kepolisian Brazil.
Operasi besar polisi Rio de Janeiro ini menargetkan kelompok kriminal paling kuat di Rio, yaitu Comando Vermelho. Polisi mengerahkan sekitar 2.500 personelnya di kawasan utara kota, khususnya di kompleks Penha dan Alemao.
Tindakan polisi Rio de Janeiro yang berusaha menghancurkan narkoba dalam operasi tersebut ternyata juga menuai kecaman dari sebagian masyarakat Brazil. Menurut kelompok yang tidak setuju, menyebut bahwa operasi itu bukanlah operasi pemberantasan melainkan operasi pembantaian.
Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dan Menteri Kehakiman Brazil, Ricardo Lewandowski juga turut mengecam operasi tersebut. Presiden Luiz merasa kaget saat mengetahui adanya operasi tersebut apalagi saat korban mencapai ratusan orang.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak pemerintahan Brazil untuk segera membentuk tim untuk mengusut apakah tindakan kepolisian mematuhi hukum dan standar hak asasi manusia internasional.
Gubernur Rio de Janeiro, Claudio Castro, justru mengapresiasi langkah kepolisian Rio de Janeiro tersebut. Ia meyakini bahwa operasi itu adalah langkah nyata yang dilakukan aparat dalam memerangi narkoba dan semua korban tewas adalah kriminal.
Dalam operasi tersebut, polisi dilengkapi dengan senjata berat, kendaraan lapis baja, helikopter, serta drone. Polisi menampik bahwa operasi besar ini dilakukan guna menjaga ketertiban Brazil menjelang event internasional seperti C40 World Mayors Summit yang akan digelar pada 3-5 November 2025 di Rio de Janeiro dan COP30 yang akan diselenggarakan di Belem pada 10-21 November 2025.
Di kota terbesar di Brazil, Rio de Janeiro, situasi mencekam terjadi. Dilaporkan ratusan jenazah berjejer di jalanan akibat operasi besar polisi yang menargetkan bandar narkoba. Dalam operasi tersebut, minimal 132 orang tewas dan korban tidak hanya berasal dari kelompok yang diduga geng narkoba melainkan juga dari kepolisian Brazil.
Operasi besar polisi Rio de Janeiro ini menargetkan kelompok kriminal paling kuat di Rio, yaitu Comando Vermelho. Polisi mengerahkan sekitar 2.500 personelnya di kawasan utara kota, khususnya di kompleks Penha dan Alemao.
Tindakan polisi Rio de Janeiro yang berusaha menghancurkan narkoba dalam operasi tersebut ternyata juga menuai kecaman dari sebagian masyarakat Brazil. Menurut kelompok yang tidak setuju, menyebut bahwa operasi itu bukanlah operasi pemberantasan melainkan operasi pembantaian.
Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dan Menteri Kehakiman Brazil, Ricardo Lewandowski juga turut mengecam operasi tersebut. Presiden Luiz merasa kaget saat mengetahui adanya operasi tersebut apalagi saat korban mencapai ratusan orang.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak pemerintahan Brazil untuk segera membentuk tim untuk mengusut apakah tindakan kepolisian mematuhi hukum dan standar hak asasi manusia internasional.
Gubernur Rio de Janeiro, Claudio Castro, justru mengapresiasi langkah kepolisian Rio de Janeiro tersebut. Ia meyakini bahwa operasi itu adalah langkah nyata yang dilakukan aparat dalam memerangi narkoba dan semua korban tewas adalah kriminal.
Dalam operasi tersebut, polisi dilengkapi dengan senjata berat, kendaraan lapis baja, helikopter, serta drone. Polisi menampik bahwa operasi besar ini dilakukan guna menjaga ketertiban Brazil menjelang event internasional seperti C40 World Mayors Summit yang akan digelar pada 3-5 November 2025 di Rio de Janeiro dan COP30 yang akan diselenggarakan di Belem pada 10-21 November 2025.