Apa Itu Yati Waluh Kukus Viral di Twitter, Diadaptasi Jadi Film?

Tentu saja, kini kita mendengar cerita tentang waluh kukus yang viral di Twitter beberapa tahun lalu. Cerita tersebut membawa kita ke dalam keluarga miskin di mana ibu dan ayah kabur dari rumah. Ibu kemudian menjadi buruh serabutan sementara anak-anaknya sangat kesulitan untuk memiliki makanan yang cukup. Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, ibu memberikan waluh kukus kepada anak-anaknya sebagai takjil. Namun, di tengah-tengah situasi tersebut, anak perempuan bernama Yati menolak makan waluh kukus karena merasa tidak enak dan menurutnya mirip kotoran.

Pembaca utas cerita ini dianggap sangat menguras emosi, walaupun diadaptasi menjadi film, namun masih menarik perhatian banyak orang. Yati pun memutuskan untuk tidak pernah makan waluh kukus lagi sementara saat itu dia jatuh dan tumpah kembali ke tanah. Pada akhirnya, ia menyampaikan rasa syukur kepada ibunya karena makanan yang dibuat nanti bisa habis tak tersisa.
 
Oke kaya, cerita waluh kukus viral itu memang bikin kita emosi, tapi aku rasanya ceritanya terlalu dramatis kan? Bayangkan aja anak kecil yang miskin banget dan harus makan waluh kukus buat takjil, tapi malah menolak karena tidak enak. Aku pikir itu bukan cerita soal kesulitan hidup, melainkan tentang anak yang tidak peduli dengan kebutuhan keluarganya. Dan siapa tahu waluh kukus itu memang tidak enak, tapi bisa jadi ibu sudah mencoba cari cara lain nih? Aku lebih suka dengerin cerita soal ibu yang berjuang dan anaknya yang masih bisa syukuri apa adanya.
 
Aku pikir cerita ini sangat ngemotifkan banget! Aku lihat di filmnya, kenapa Yati menolak makan waluh kukus tapi nanti dia jatuh dan tumpah kembali ke tanah. Maksudnya, sebenarnya waluh kukus itu enak banget! Aku pikir banyak orang yang tidak suka makan hal yang belum pernah mereka coba, tapi kalau mereka mencobanya, mereka akan menyesali. Aku rasa ibu Yati itu sangat berhati-hati dan peduli dengan keluarganya, karena dia selalu mencari cara untuk membuat anak-anaknya senang dan memiliki makanan yang cukup. Aku setuju dengan Yati, tapi aku juga merasa syukur kepada ibunya karena dia selalu mencoba memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya 🤗
 
waluh kukus memang enak, tapi kalau anak-anaknya enggak suka, apa sih tujuan ngomong-ngomong di media sosial? orang lain pasti ngerasa bosan dan marah banget. toh kan cerita tentang keluarga miskin itu sengaja dibagikan untuk membuat pembaca sedih, tapi ternyata anak perempuan Yati yang menolak makan waluh kukus itu malah jadi sorotan. aku pikir ini kalau tidak ngomong-ngomong bisa dihindari aja 😐
 
Wah, cerita tentang waluh kukus ini benar-benar bikin ngiler. Tapi gini, bagaimana kalau di masa lalu kita juga masih pakai waluh kukus sebagai makanan? Kira-kira kangenin ya? Waluh kukus itu sebenarnya enak banget! Kenapa jadi viraal cerita ini? Dan Yati yang menolak makan waluh kukus itu, apa dia lama kayak gini? Moga-moga ceritanya juga bikin kita berpikir kaya aja.
 
waaahhh... cerita ni begitu mengharukan! aku pikir si Yati banyak lemah banget klo menolak makan waluh kukus apa lagi dengerin dia jatuh dan tumpah lagi di tanah 🤦‍♀️. tapi aku setuju dengan Yati, waluh kukus gak enak banget! tapi gini juga, ibunya bekerja keras sementara anak-anaknya kesulitan makan... aku pikir ibu itu sangat banget 🙏. sih, aku rasa cerita ini mengingatkan kita untuk selalu berterima kasih kepada orang tua kita yang telah memberikan kita segalanya 😊.
 
Makasih banget gue udah mendengar cerita tentang waluh kukus ibu perempuan itu 😊. Gue pikirnya, anak kecil Yati memang kaget deh dengan rasa waluh kukusnya, tapi sepertinya dia salah paham aja. Waluh kukus jangan cuma makanan sejuk aja, tapi ada kandungan gizi yang cukup bagus. Gue udah coba buat sendiri di rumah dan rasanya beda banget dengan resep lainnya 🤔. Mungkin kalau Yati mencoba lagi dengerin ibunya atau mencari resep lain, dia bisa terkejutnya rasa waluh kukus tidak cuma kotoran aja 😂.
 
Haha, kan cerita tentang waluh kukus itu keren banget! Saya ingat saat masih kecil, kita di rumah juga pernah memiliki masalah dengan makanan yang kurang banyak. Tapi gini aja, ibu membuat apa saja dengan apa yang ada di tangan, kayaknya walaupun kurang banyak, tapi tetap enak banget! Saya penasaran sih, bagaimana rasanya waluh kukus itu? Tapi ya, anak perempuan Yati itu jelas2 tidak suka makan makanan yang tidak enak. Haha, kan cerita ini benar-benar menguras emosi!
 
Kalau nggak salah, cerita tentang waluh kukus itu jadi inspirasi buat banyak orang kayak aku. Saya rasanya cerita ini nggak hanya tentang waluh kukus aja, tapi tentang cinta dan rasa syukur ibu terhadap anaknya. Bayangin dulu, ibu yang miskin harus memilih antara makan sendiri atau berikan makanan untuk anaknya. Sangat empati banget kan? Tapi apa yang paling aku suka dari cerita ini adalah bagaimana Yati akhirnya menyampaikan rasa syukurnya kepada ibunya, bukan karena dia tidak suka makan waluh kukus lagi, tapi karena dia tahu ibunya akan kekurangan nanti. Saya pikir itu contoh nyata bahwa cinta dan rasa syukur tidak harus dalam bentuk sesuatu yang enak atau hargainya, tapi lebih kepada perasaan di dalam hati 😊.
 
Aku pikir cerita tentang waluh kukus itu benar-benar memperkenalkan kita pada kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh banyak orang di Indonesia. Mereka yang suka mengutuk kemiskinan dan ketidakseimbangan distribusi sumber daya tidak akan pernah menyadari betapa parahnya situasi itu. Ibu itu hanya ingin memberikan apa yang bisa dia miliki untuk anak-anaknya, tapi masih ada banyak orang yang tidak mau mendengar cerita seperti ini. Aku rasa kita harus lebih peduli dengan mereka yang sedang menghadapi kesulitan seperti itu dan tidak pernah membanting-batinkan diri sendiri hanya karena situasi mereka tidak nyaman untuk dikatakan. 🤝💕
 
Wah, sih kalau aku dibilang, cerita Yati nggak cuma bikin emosi kayak banget aja 🤯! Aku suka banget aja cara ibunya yang sabar dan kasih sayang padanya. Padahal, ibu itu harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tapi apa yang paling aku suka lagi ya, bagaimana Yati nanti jatuh dan tumpah kembali ke tanah, tapi akhirnya dia menyadari bahwa makanan yang dibuat oleh ibunya itu tidak semata-mata sekadar takjil aja, tapi juga simbol cinta dan kasih sayang dari ibu. Aku pikir itu sangat inspiratif! 🙌
 
Makasih aja cerita ini, tapi aku pikir wajar banget kalau Yati menolak makan waluh kukus. Aku sendiri pernah nyeselin es teler di SMA, kalau tidak ada bahan-bahan yang tepat, rasanya cuma air lemon aja 😂. Dan waluh kukus itu memang bukan masakan yang enak. Saya rasa cerita ini lebih tentang cinta ibu terhadap anaknya daripada keberhasilan waluh kukus sebagai takjil. Aku juga curiga kalau ada yang manipulasi cerita ini untuk menarik perhatian, tapi ya, aku tidak punya bukti apa-apa... mungkin aja aku hanya teks-skeptic lagi 😏.
 
kembali
Top