Korban Pertama dari Pembatasan BBM? Anak Budi yang Masih dalam Usia Emas
Pemecahan kebijakan pemerintah untuk mengurangi penggunaan bensin campuran (BBM) di Indonesia telah memuntahkan korban yang tidak terduga. Saat ini, anak-anak muda yang masih dalam usia emas menjadi korban dari kebijakan tersebut.
Menurut sumber dekat dengan DAPUD Bandung Barat, seorang anak anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Bandung Barat, Azizal Fauzi, menjadi salah satu korban keracunan minyak bensin yang tidak terduga. Azizal, yang masih berusia 22 tahun, mengalami gejala semacam stroke setelah meminta keuntungan dari pengembangan teknologi yang dapat mengurangi konsumsi BBM.
"Saya tidak sabar-sabar saat itu dan lupa untuk membersihkan wajah saya. Setelah itu, saya merasa lelah dan tidak bisa berdiri," kata Azizal dalam wawancara dengan wartawan.
Azizal menjelaskan bahwa ia pernah mengalami gejala semacam stroke setelah meminta keuntungan dari pengembangan teknologi yang dapat mengurangi konsumsi BBM. "Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya merasa lelah dan tidak bisa berdiri," kata Azizal.
Pemerintah Prabowo Subianto telah menyatakan bahwa kebijakan pembatasan penggunaan BBM adalah untuk mengurangi polusi udara di Indonesia. Namun, para korban seperti Azizal Fauzi tidak percaya dengan kebijakan tersebut. "Kita hanya ingin memenuhi target yang diberikan oleh pemerintah," kata Azizal.
Mengenai kasus Azizal, DAPUD Bandung Barat belum memberikan keterangan yang jelas tentang apa yang terjadi. Namun, para ahli kesehatan mengatakan bahwa gejala semacam stroke dapat diindikasikan oleh perdarahan otak, kehilangan fungsi otot, dan kesulitan bernapas.
Pemerintah Prabowo Subianto telah berjanji untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya polusi udara. Namun, para korban seperti Azizal Fauzi tidak percaya dengan janji tersebut. "Kita hanya ingin memenuhi target yang diberikan oleh pemerintah," kata Azizal.
Pemecahan kebijakan pemerintah untuk mengurangi penggunaan bensin campuran (BBM) di Indonesia telah memuntahkan korban yang tidak terduga. Saat ini, anak-anak muda yang masih dalam usia emas menjadi korban dari kebijakan tersebut.
Menurut sumber dekat dengan DAPUD Bandung Barat, seorang anak anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Bandung Barat, Azizal Fauzi, menjadi salah satu korban keracunan minyak bensin yang tidak terduga. Azizal, yang masih berusia 22 tahun, mengalami gejala semacam stroke setelah meminta keuntungan dari pengembangan teknologi yang dapat mengurangi konsumsi BBM.
"Saya tidak sabar-sabar saat itu dan lupa untuk membersihkan wajah saya. Setelah itu, saya merasa lelah dan tidak bisa berdiri," kata Azizal dalam wawancara dengan wartawan.
Azizal menjelaskan bahwa ia pernah mengalami gejala semacam stroke setelah meminta keuntungan dari pengembangan teknologi yang dapat mengurangi konsumsi BBM. "Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya merasa lelah dan tidak bisa berdiri," kata Azizal.
Pemerintah Prabowo Subianto telah menyatakan bahwa kebijakan pembatasan penggunaan BBM adalah untuk mengurangi polusi udara di Indonesia. Namun, para korban seperti Azizal Fauzi tidak percaya dengan kebijakan tersebut. "Kita hanya ingin memenuhi target yang diberikan oleh pemerintah," kata Azizal.
Mengenai kasus Azizal, DAPUD Bandung Barat belum memberikan keterangan yang jelas tentang apa yang terjadi. Namun, para ahli kesehatan mengatakan bahwa gejala semacam stroke dapat diindikasikan oleh perdarahan otak, kehilangan fungsi otot, dan kesulitan bernapas.
Pemerintah Prabowo Subianto telah berjanji untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya polusi udara. Namun, para korban seperti Azizal Fauzi tidak percaya dengan janji tersebut. "Kita hanya ingin memenuhi target yang diberikan oleh pemerintah," kata Azizal.