Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah memecahkan tatanan penyelewengan bantuan traktor gratis kepada petani. Penyelidikan menemukan 99 titik lokasi di seluruh Indonesia, di mana petani dipaksa membayar Rp50-Rp100 juta untuk tiap traktor yang seharusnya diberikan gratis oleh pemerintah.
Sejumlah pelaku terlibat dalam kasus ini telah diseret tangan. Salah satunya adalah pegawai Kementerian Pertanian yang berstatus staf biasa, namun saat melakukan kunjungan ke lapangan mengaku sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan.
"Mereka staff, tapi mereka mengaku Dirjen kalau ke lapangan. Saya lihat mukanya, ini kayaknya nggak pernah saya lantik ini. Saya bolak balik, mukanya, fotonya dari tiga sisi. Dia mengaku dirjen," ujarnya Amran.
Tindakan tersebut telah memicu kemarahan Amran yang menuntut penyelewengan harus dihentikan segera. "Saya sudah bilang, jangan macam-macam. Aku dapat, pasti saya pecat. Nggak boleh,” ucapnya.
Kasus ini merupakan bagian dari temuan penyelewengan traktor yang telah ditemukan melalui program Lapor Pak Amran yang telah menerima 2.890 laporan dalam seminggu. Sebanyak 500 laporan telah ditindaklanjuti, termasuk kasus staf yang memalsukan identitas dan melakukan pemalakan terhadap petani.
Amran menyatakan komitmennya untuk membersihkan institusinya dari praktik penyelewengan. "Nggak boleh nipu-nipu petani. Traktor diambil, suruh bayar Rp100 juta, Rp50 juta. Satu alat, satu traktor," ucapnya.
Kasus ini menunjukkan bahwa ada banyak titik lokasi di seluruh Indonesia yang masih mengalami penyelewengan, dan Amran berjanji untuk membersihkan praktik tersebut segera.
Sejumlah pelaku terlibat dalam kasus ini telah diseret tangan. Salah satunya adalah pegawai Kementerian Pertanian yang berstatus staf biasa, namun saat melakukan kunjungan ke lapangan mengaku sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan.
"Mereka staff, tapi mereka mengaku Dirjen kalau ke lapangan. Saya lihat mukanya, ini kayaknya nggak pernah saya lantik ini. Saya bolak balik, mukanya, fotonya dari tiga sisi. Dia mengaku dirjen," ujarnya Amran.
Tindakan tersebut telah memicu kemarahan Amran yang menuntut penyelewengan harus dihentikan segera. "Saya sudah bilang, jangan macam-macam. Aku dapat, pasti saya pecat. Nggak boleh,” ucapnya.
Kasus ini merupakan bagian dari temuan penyelewengan traktor yang telah ditemukan melalui program Lapor Pak Amran yang telah menerima 2.890 laporan dalam seminggu. Sebanyak 500 laporan telah ditindaklanjuti, termasuk kasus staf yang memalsukan identitas dan melakukan pemalakan terhadap petani.
Amran menyatakan komitmennya untuk membersihkan institusinya dari praktik penyelewengan. "Nggak boleh nipu-nipu petani. Traktor diambil, suruh bayar Rp100 juta, Rp50 juta. Satu alat, satu traktor," ucapnya.
Kasus ini menunjukkan bahwa ada banyak titik lokasi di seluruh Indonesia yang masih mengalami penyelewengan, dan Amran berjanji untuk membersihkan praktik tersebut segera.