Akui Ada Anggota LGBT, Polri Langsung Dipecat

Polri Mengakui Adanya Anggota LGBT, Diberikan Pemberhentian Tidak Hormat

Pihak Polri mengakui ada anggota yang memiliki identitas seksual yang tidak konformasikan dengan norma sosial, yaitu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Anggota tersebut langsung diberikan sanksi pemberhentian tidak hormat (PTDH) atau dipecat.

Hal ini disampaikan Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia Polri Irjen Anwar dalam diskusi yang bertema "Rekonstruksi Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara untuk Mewujudkan Polri Sadar Berkarakter". Diskusi ini disiarkan secara daring melalui akun YouTube Divisi Humas Polri.

Irjen Anwar mengatakan bahwa polisi masih mencari alat untuk mendeteksi apakah seseorang terlibat dengan LGBT atau tidak. Namun, hingga saat ini belum ditemukan alatnya. Solusinya, kata Anwar, saat ini menelusuri ke jejak digital sosial, lingkungan, dan lainnya.

"Sampai sekarang belum ketemu formulanya. Yaitu rekrutmen anggota Polri untuk bisa menilai keterlibatan yang akhir-akhir ini sedang menjalar, LGBT. Kita sudah tahu semua," kata Anwar dalam sambutannya.

Polri tetap tidak menoleransi LGBT. Bila kedapatan, diproses dan di-PTDH. Namun, Irjen Anwar mengakui bahwa polisi masih memerlukan alat untuk mendeteksi apakah seseorang terlibat dengan LGBT atau tidak.
 
Gue pikir ini masalah yang serius banget, tapi juga waktunya kita bicara tentang hal ini. Polri harus bisa menerima keanekaragaman kita, termasuk identitas seksual. Ini bukan tentang memuji atau menentang, tapi tentang memberikan kesempatan bagi semua orang untuk bebas.

Kalau mau dibayangkan, kita punya anggota yang ada di dalamnya LGBT, tapi kalau ada yang melihat kejelekannya, pasti gue dan banyak orang lain juga akan bingung. Kita harus bisa memahami bahwa ini adalah bagian dari kita sebagai manusia.

Polri harus fokus pada keterampilan dan integritas, bukan tentang identitas seksual. Jadi, jangan paksa orang untuk memberitahu apa yang tersembunyi di dalam hati mereka.
 
Pemberhentian PTHD gue pikir ini sama kayak caranya nggak mau menerima adat budaya lokal. Apalagi kalau kita di Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang luas 😊. Yang penting adalah semua orang tetap bisa bebas dari diskriminasi dan disabilitas seksual.
 
Saya pikir ini salah, Polri harus lebih bijaksana dalam menangani isu ini. Mereka harus fokus pada pekerjaan dan kinerjanya bukan tentang identitas seksual seseorang. Kalau memang ada anggota yang memiliki identitas LGBT, maka mereka juga berhak mendapatkan hak-hak sama seperti orang lain. Tidak perlu diproses dengan cara seperti ini πŸ€¦β€β™‚οΈ.
 
Lmao, apa yang diharapkan dari Polri sih? Mereka harus paham bahwa setiap orang memiliki haknya untuk berbeda-beda πŸ€ͺ. Sanksi PTHD karena gay? itu nggak adu-adu aja, kalau ingin mencari alat deteksi LGBT sih, tolong cari di tempat yang lebih profesional, bukan di Polri πŸ˜‚. Dan apa dengan jejak digital sosial? itu nggak akan sampai ke tempat yang salah juga, kan? πŸ€”
 
AYO GUEKSSSS! KIATA NIMPAH POLRI MENGAKUI ADA ANGOTA LGBT, LUAR JADI APA KAU PAPAN? SAYA PILIH YANG SAMA SELURUHNYA, POLRI BILA TAK BERKARAT, MARENG ANGGA KENAPA? SEWA KAU PASTI AKAN PELUANG, PADAHAL JIKA KAJU MENGAKUI DAN MELULUSKAH, KAMU BUAT BIAYA KAU sendiri! πŸ€¦β€β™‚οΈπŸ’β€β™‚οΈ
 
Aku pikir ini sangat buruk banget, siapa nanya yang punya identitas seksualnya sendiri kayak gini tapi dipecat? itu bukan cara kerja yang tepat. Polri harus fokus lebih pada tugasnya sendiri bukan mencari alat untuk mendeteksi siapa-siapa yang punya identitas LGBT. Apalagi kalau ini bisa menjadi contoh bagi anak-anak kita untuk tidak percaya diri dan menjadi korban. Aku rasa polri harus mulai berubah dari pandangannya sendiri, bukan lagi seperti ini...
 
Gue rasa ini salah paham banget. Gue pikir apa yang penting adalah kita bisa menerima orang lain seperti diri mereka sendiri, bukan memecat karena identitas seksual mereka. Gue ingat keseharian saya di SMA, kita tidak pernah mengejar orang karena gaya gayunya atau identitas seksualnya. Kita fokus untuk belajar dan menjadi lebih baik. Saya rasa Polri harus fokus pada itu juga, bukan memecat orang yang berbeda. Kita Indonesia yang terkenal dengan toleransi dan kebaikan hati, jangan kita lupa itu! πŸ€·β€β™‚οΈ
 
πŸ€” Pada dasarnya pemberhentian orang karena gaya hidup mereka ini tidak masuk akal. Polri harus fokus pada pekerjaan, bukan tentang perbedaan kepribadian seseorang 🚫 Aku rasa kalau polisi itu mau fokus pada hal lain seperti kejahatan yang sebenarnya di luar sana, jangan buat konflik yang tidak perlu dengan hal yang sifatnya pribadi 😐
 
Gue pernah ke Bali nih, padahal gue ga suka beach... tapi di sana terdapat pemandangan yang sangat asyik banget, kayaknya bisa menenangkan pikiran. Gue nyobain makanan khas Bali, yaitu lawar. Rasanya tergoda, kayaknya perlu mencoba lagi. Gue juga melihat ada penggilingan batu di desa-desa. Mungkin bisa jadi obat tradisional untuk masalah kulit yang sensitif...
 
Saya penasaran sih apa formula di mana Polri cari... kalau mereka punya cara yang tepat untuk mendeteksi gay anggota, kenapa harus menelusuri ke jejak digital dan lingkungan? Apa tidak bisa lebih transparan? Saya rasa ini semua masih jadi teka-teki. Dan apa sih artinya menolak LGBT secara umum? Apakah mereka pikir ini hanya tentang 'norma sosial' aja? Saya pikir ini adalah masalah kebebasan orang dan hak asasi manusia.
 
πŸ€” Wah, makanya Polri juga harus serius dalam mencari cara untuk mendeteksi siapa yang mau atau tidak mau terlibat dengan LGBT, kan? πŸ™„ Tapi, kalau kita pikirkan, itu seperti cari pasir di pantai, sih... 🌊 Apalagi karena mereka sudah ada banyak alat untuk mendeteksi ini dan itu, kan? πŸ€– Jadi, apa yang kudu dicari lagi? πŸ€” Nah, tapi, aku rasa polisi harus lebih bijak dalam menghadapi ini, tidak sembarangan aja... πŸ’‘ Mungkin bisa buat kurikulum pendidikan yang lebih baik untuk mereka, sehingga mereka tahu bagaimana cara berperilaku dengan sopan dan tidak terlibat dengan LGBT. πŸ“š Tapi, aku juga rasa itu masih terlalu kompleks, kita perlu cari solusi yang lebih sederhana... πŸ€” Dan, makanya aku pikir, kita harus lebih fokus pada membantu mereka yang sudah terkena dampak dari hal ini... 🀝 Kita harus memberikan mereka yang sedang merasa tidak nyaman atau diperlakukan tidak adil... πŸ™
 
Wah, kan kabar ini kaget banget! Polri benar-benar memang tidak mengerti apa itu LGBT, kan? Mereka punya alat untuk deteksi siapa yang LGBTQ+ dan bisa dipecat, tapi masih belum ketemu formula yang tepat... πŸ˜‚ Saya tahu, mereka udah mencoba cari di jejak digital sosial dan lingkungan, tapi masih belum ada yang pasti. Apalagi karena tidak semua orang yang LGBTQ+ akan postingan di internet, kan? 🀣 Selain itu, saya pikir ini bukan masalah utama Polri, apa lagi kalau mereka udah memaafkan diri dan mau belajar lebih banyak tentang keanekaragaman budaya. Saya harap satu-satunya yang akan dipecat adalah orang yang benar-benar melakukan tindakan yang salah, bukan karena mereka LGBTQ+. 😊
 
gini sih apa yang dibicarakan oleh Irjen Anwar? siapa bilang bahwa ada alat untuk mendeteksi seseorang terlibat dengan LGBT? gimana caranya pula deteksi itu bisa diterapkan? seriusnya, apakah mereka pikir ada orang yang bisa diprediksi sih kalau mau atau tidak jadi gay/bi/tra? kenapa polri masih memakai metode ini? kapan mereka akan mengakui bahwa mereka sudah salah? dan siapa bilang bahwa polri harus bebas dari LGBT?
 
ini masalah besar banget deh... apa artinya kita lagi dibuang keluar karena sifat kita sendiri aja... LGBT bukan hantu atau monster, tapi manusia yang sama seperti kita semua. dan bagaimana caranya kita harus menilai siapa yang terlibat dengan LGBT? itu kayak mencari bayangan di dinding, tidak mungkin deh...

polri harus fokus bukan pada sifat seseorang, melainkan pada tindakannya. jika seseorang melakukan kesalahan, tapi bukan karena sifatnya, maka harus ada proses yang lebih matang untuk menilai dan mengatasinya.

maksudnya apa kalau kita lagi membasmi orang dengan metode yang sama kayak perang melawan kejahatan lain, tapi tidak ada konsekuensi? itu bukan solusi, itu hanya membuat masalah semakin parah...
 
Aku rasa ini salah, apa salahnya kalo orang itu punya identitas seksual yang beda? Polri harus bisa menerima dan menghormati semua orang, bukan hanya orang yang mempunyai identitas seksual konformasikan dengan norma sosial. Kalau tidak, itu sama kayak polri memilih kawan-kawannya berdasarkan jenis kelamin atau orientasi seksual. Aku pikir ini salah strategi, polri harus bisa mengadopsi dan menerima perubahan, bukan menolaknya.
 
Gue rasa ini kayak ngomong gila banget! Polri sudah serius banget dalam menangkap anggota yang gay dan lesbian, tapi apa artinya? Kita udah tahu bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup sesuai dengan identitasnya, apa kebanyakan orang ngerti banget?

Makasih Polri udah mengakui ada anggota LGBT, tapi masih banyak hal yang harus diperbaiki. Gue rasa polisi harus fokus utama dalam menjaga keselamatan dan keseimbangan masyarakat, bukan hanya menangkap orang-orang yang berbeda.

Sampai sekarang, kita udah punya teknologi yang canggih untuk mendeteksi apa pun hal yang dilakukan di internet. Maka dari itu, Polri harus fokus dalam mengembangkan alat dan sistem yang tepat untuk mendeteksi hal ini. Yang penting adalah menjaga keselamatan dan keseimbangan masyarakat. πŸ€”πŸ’»
 
Kira-kira nggak masuk akal kan kalau Polri masih menggunakan cara seperti itu? Mereka harus bisa lebih bijak dalam menangani masalah ini, nggak boleh hanya memandang dari sudut pandang yang sempit. Nah, kalau mau tahu sih, banyak orang dari berbagai kalangan yang udah terlibat dengan komunitas LGBT dan nggak ada yang salah dengan itu πŸ€—. Polri harus fokus untuk meningkatkan karir-nya bukan hanya memandang siapa yang dianggap "baik" atau "tidak baik".
 
Saya penasaran apa yang membuat kita bisa selamat dari identitas seksual kita sendiri, tapi kita bisa menangkap siapa pun dari identitas seksual lainnya πŸ€”. Saya pikir ini karena kita butuh lebih banyak waktu untuk memahami dan menerima diri sendiri terlebih dahulu sebelum bisa menerima orang lain. Jika kita bisa melakukannya, saya yakin kita bisa menjadi lebih sabar dan mengerti dengan seseorang yang berbeda dari kita 🀝.
 
kembali
Top