Jakarta, VIVA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru-baru ini mengungkap bahwa air hujan yang turun di ibu kota ini mengandung partikel mikroplastik. Penelitian yang dilakukan sejak 2022 itu menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di Jakarta.
Ahli kesehatan lingkungan dan peneliti Global Health, dr. Dicky Budiman mengungkap bahwa temuan BRIN soal air hujan yang mengandung mikroplastik adalah sinyal serius tentang tingkat pencemaran lingkungan yang semakin meluas.
"Temuan BRIN tentang air hujan yang mengandung mikroplastik adalah sinyal serius tentang tingkat pencemaran lingkungan yang tidak lagi terbatas pada laut atau tanah, tapi juga sudah mencapai atmosfer dan siklus air yang kita hirup setiap hari," kata dia.
Tidak hanya itu, Dicky juga mengungkap bahwa mikroplastik dapat menyebabkan dampak kesehatan yang berpotensi merugikan di masa depan. Risiko peradangan kronis, gangguan hormon, dan masalah kesehatan jantung atau kardiovaskular adalah beberapa dampak yang berpotensi terjadi.
"Yang harus diwaspadai adalah dampak kesehatan jangka panjang yang berpotensi merugikan. Indikasi dari penelitian saat ini menunjukkan adanya potensi peradangan kronis pada saluran nafas, usus, dan gangguan hormon karena bahan kimia aditif seperti BPA," sambung dia.
Selain itu, mikroplastik juga meningkatkan risiko masalah kesehatan jantung atau kardiovaskular. Paparan mikroplastik terhadap manusia bisa memperburuk kondisi kesehatan mereka.
"Kemudian risiko kardiovaskuler dan stres oksiadatif dari partikel mikro yang bersifat toksik karena mikroplastik dapat faktor bagi logam berat dan mikropatogen sehingga memperbesar berdampak besar pada kesehatan," kata dia.
Dijelaskan Dicky, penting bagi pemerintah untuk mulai melakukan pengelolaan limbah air kotor. Langkah pencegahan yang perlu dilakukan adalah mengurangi sumber plastik di hulu, batasi penggunaan plastik sekali pakai, dan memperkuat pengelolaan sampah dan air hujan dengan sistem filtrasi air.
"Perlu juga pemda perlu mengembangkan mengelola sistem pengelolaan air hujan dan limbah yang ramah lingkungan supaya mikroplastik tidak terus bersikulasi," kata dia.
Ahli kesehatan lingkungan dan peneliti Global Health, dr. Dicky Budiman mengungkap bahwa temuan BRIN soal air hujan yang mengandung mikroplastik adalah sinyal serius tentang tingkat pencemaran lingkungan yang semakin meluas.
"Temuan BRIN tentang air hujan yang mengandung mikroplastik adalah sinyal serius tentang tingkat pencemaran lingkungan yang tidak lagi terbatas pada laut atau tanah, tapi juga sudah mencapai atmosfer dan siklus air yang kita hirup setiap hari," kata dia.
Tidak hanya itu, Dicky juga mengungkap bahwa mikroplastik dapat menyebabkan dampak kesehatan yang berpotensi merugikan di masa depan. Risiko peradangan kronis, gangguan hormon, dan masalah kesehatan jantung atau kardiovaskular adalah beberapa dampak yang berpotensi terjadi.
"Yang harus diwaspadai adalah dampak kesehatan jangka panjang yang berpotensi merugikan. Indikasi dari penelitian saat ini menunjukkan adanya potensi peradangan kronis pada saluran nafas, usus, dan gangguan hormon karena bahan kimia aditif seperti BPA," sambung dia.
Selain itu, mikroplastik juga meningkatkan risiko masalah kesehatan jantung atau kardiovaskular. Paparan mikroplastik terhadap manusia bisa memperburuk kondisi kesehatan mereka.
"Kemudian risiko kardiovaskuler dan stres oksiadatif dari partikel mikro yang bersifat toksik karena mikroplastik dapat faktor bagi logam berat dan mikropatogen sehingga memperbesar berdampak besar pada kesehatan," kata dia.
Dijelaskan Dicky, penting bagi pemerintah untuk mulai melakukan pengelolaan limbah air kotor. Langkah pencegahan yang perlu dilakukan adalah mengurangi sumber plastik di hulu, batasi penggunaan plastik sekali pakai, dan memperkuat pengelolaan sampah dan air hujan dengan sistem filtrasi air.
"Perlu juga pemda perlu mengembangkan mengelola sistem pengelolaan air hujan dan limbah yang ramah lingkungan supaya mikroplastik tidak terus bersikulasi," kata dia.