Dua tahun setelah Ani Yudhoyono meninggal, keluarganya masih merasakan gelap dan kesedihan yang tak tergantikan. Mereka sendiri menjadi pengalaman paling kecil dari kehilangan seorang ibu yang sangat dihormati dalam masyarakat.
Pada tanggal 1 Juni 2019, Ani Yudhoyono meninggal dunia setelah perjuangannya melawan penyakit kanker darah. Ia meninggalkan belahan jiwanya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang sangat terpukul oleh kehilangan itu.
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), anak sulung Ani, mengatakan bahwa masa-masa setelah kehilangan ibunya sangat gelap dan menyedihkan. Ia merasakan kesedihan yang tak tergantikan dan perasaan kehilangan yang sangat dalam.
Namun, SBY tidak hanya terpukul oleh kehilangan Ani, tetapi juga beliau sendiri mengalami kesedihan yang tak terbatas. Ia memilih untuk berlakukan transformasi dan menemukan sumber kebahagiaan baru melalui aktivitas-aktivitas seperti melukis, puisi, dan menciptakan lagu.
"Kebahagiaan itu harus diperjuangkan. Jangan berharap orang lain membuat kita bahagia, nanti kita bisa kecewa," kata AHY tentang pandangan ayahnya.
Pernyataan AHY tersebut membuktikan bahwa SBY tidak hanya terpukul oleh kehilangan Ani, tetapi juga telah menghadapi kesedihan yang tak tergantikan. Namun, beliau sendiri juga berhasil menemukan sumber kebahagiaan baru dan melakukan perubahan yang signifikan dalam hidupnya.
Mengenai pengalaman masa-masa setelah kehilangan ibunya, AHY mengatakan bahwa Cikeas menjadi gelap dua tahun setelah Ani meninggal. Ia sendiri juga terpukul oleh kesedihan itu, tetapi lebih sedih melihat ayahnya yang sangat terpukul.
Kisah SBY dan keluarganya memberikan petunjuk tentang bagaimana kita harus menghadapi kesedihan dan kehilangan dalam hidup. Meskipun kita akan pernah merasakan kesedihan, tetapi kita juga harus belajar untuk menemukan sumber kebahagiaan baru dan melakukan perubahan yang signifikan dalam hidup kita.
Pada tanggal 1 Juni 2019, Ani Yudhoyono meninggal dunia setelah perjuangannya melawan penyakit kanker darah. Ia meninggalkan belahan jiwanya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang sangat terpukul oleh kehilangan itu.
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), anak sulung Ani, mengatakan bahwa masa-masa setelah kehilangan ibunya sangat gelap dan menyedihkan. Ia merasakan kesedihan yang tak tergantikan dan perasaan kehilangan yang sangat dalam.
Namun, SBY tidak hanya terpukul oleh kehilangan Ani, tetapi juga beliau sendiri mengalami kesedihan yang tak terbatas. Ia memilih untuk berlakukan transformasi dan menemukan sumber kebahagiaan baru melalui aktivitas-aktivitas seperti melukis, puisi, dan menciptakan lagu.
"Kebahagiaan itu harus diperjuangkan. Jangan berharap orang lain membuat kita bahagia, nanti kita bisa kecewa," kata AHY tentang pandangan ayahnya.
Pernyataan AHY tersebut membuktikan bahwa SBY tidak hanya terpukul oleh kehilangan Ani, tetapi juga telah menghadapi kesedihan yang tak tergantikan. Namun, beliau sendiri juga berhasil menemukan sumber kebahagiaan baru dan melakukan perubahan yang signifikan dalam hidupnya.
Mengenai pengalaman masa-masa setelah kehilangan ibunya, AHY mengatakan bahwa Cikeas menjadi gelap dua tahun setelah Ani meninggal. Ia sendiri juga terpukul oleh kesedihan itu, tetapi lebih sedih melihat ayahnya yang sangat terpukul.
Kisah SBY dan keluarganya memberikan petunjuk tentang bagaimana kita harus menghadapi kesedihan dan kehilangan dalam hidup. Meskipun kita akan pernah merasakan kesedihan, tetapi kita juga harus belajar untuk menemukan sumber kebahagiaan baru dan melakukan perubahan yang signifikan dalam hidup kita.