Ahmad Sahroni Bertemu Wakil Ketua Umum PSI Bahas Masa Lalu dan Rencana ke Depan

Indonesian Counter-Terrorism Efforts Face Scrutiny as Former Jemaah Islamiyah Leader Meets PSI Vice Chairman

A tense meeting between former Jemaah Islamiyah (JI) leader Ahmad Sahroni and the vice chairman of the Indonesian National Police's Anti-Terrorism Task Force (PSI), Brigadier General I Gusti Ngurah Made Supriyanto, has raised questions about the effectiveness of Indonesia's counter-terrorism efforts.

During their discussion at a police headquarters in Jakarta, Sahroni is said to have shared his insights on the lessons learned from JI's past operations and its future plans. According to sources, the former militant leader emphasized the need for a more nuanced approach to counter-terrorism, one that takes into account the complexities of extremist ideologies.

Sahroni's comments come amid growing concerns about the resurgence of radicalism in Indonesia, particularly among young people who are increasingly vulnerable to online propaganda and recruitment by extremist groups. The JI, once one of the country's most notorious terrorist organizations, has been on the decline since the arrest of its leader, Abu Bakar Bashir, in 2011.

While Sahroni's involvement with the PSI is seen as an attempt to atone for his past mistakes and contribute to counter-terrorism efforts, many analysts remain skeptical about the government's ability to effectively address the root causes of radicalization. "This meeting raises more questions than answers," said one expert, who wished to remain anonymous. "We need to see concrete actions taken by the authorities to prevent further radicalization and ensure that former militants like Sahroni are genuinely committed to reform."

The PSI has acknowledged the importance of engaging with former terrorists like Sahroni, but critics argue that the government's approach has been too soft on extremist groups. As Indonesia continues to grapple with the challenges of counter-terrorism, Sahroni's meeting with PSI officials serves as a reminder that the fight against radicalism is far from over.
 
Kadang ngerasa kayaknya Indonesia masih belum selesai dengan JI dan permasalahan ekstremisme yang terus muncul... Saya rasa penting buat kita semua memikirkan bagaimana caranya mencegah kekerasan ekstremisme ini, tapi saya juga penasaran siapa nanti yang akan mengambil alih tugas dari PSI dalam menghadapi permasalatan ini... Belum ada solusi yang pasti, tapi saya yakin kita harus terus berdiskusi dan mencari cara baru untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan demokrasi yang lebih kuat di Indonesia 🤔
 
Kalau kalian lihat cerita ini, aku pikir justru banyak hal yang perlu diperbaiki dalam upaya konter terorisme di Indonesia 🤔. Pertama, lebih baik kalau pemerintah tidak langsung meminta pertanggungan orang-orang yang pernah terlibat dengan gerakan terorisme seperti Ahmad Sahroni, tapi lebih fokus pada proses rehabilitasi dan peneguhan hukum yang benar.

Kemudian, aku rasa ada kekurangan dalam strategi konter terorisme yang dibahas oleh pihak kepolisian. Mengapa tidak lebih banyak fokus pada pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya dari ekstremisme? Jika pemerintah benar-benar ingin mengatasi masalah ini, maka perlu ada langkah-langkah yang lebih konsisten untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendukung pendidikan yang baik.

Sekarang kalau Ahmad Sahroni mau bergabung dengan PSI untuk membantu upaya konter terorisme, aku pikir itu wajar. Tapi apa yang harus diharapkan dari pihak kepolisian adalah langkah-langkah konkrit untuk memastikan bahwa ex-militan seperti Sahroni benar-benar mau berubah dan tidak akan kembali ke jalur yang sama lagi.
 
🌪️ Mungkin kalau Ahmad Sahroni mau berbagi pengalaman dan cerita tentang JI, itu sudah menjadi langkah yang baik. Tapi apa yang harus kita lakukan selanjutnya? 🤔

Kita harus fokus pada edukasi masyarakat tentang bahaya radikalisme dan bagaimana cara menghindarinya. Kita juga perlu meningkatkan aksesibilitas informasi yang positif, bukan hanya sekedar menghakimi mereka yang salah.

Dan kita juga harus memastikan bahwa ada kebijakan yang kuat untuk mencegah semakin banyak orang muda dari terpengaruh oleh propaganda radical. Kita tidak bisa menyerah kepada situasi ini. 🌟
 
Paknya makin serius nggak karna JI udah capek banget deh 🤯. tapi apa yang dia bilang siapa tahu kok? mungkin dia udah baca dulu kanon radicalis di internet sih 😊. tapi apa gunanya kanon radicalis itu kalau gak dipindahkan ke real life aja? pemerintah Indonesia udah ada strategi counter-terrorism, tapi malah konsiderasi terhadap kompleksitas ideologi ekstremist itu kayaknya masih kurang ya 🤔.
 
ini lagi kalau gampang aja kalah... rasanya gak ada yang bisa mengatasi penyebaran propaganda online, nih. kalau pemerintah ingin efektif dalam melawan terorisme, harusnya mau tumbar-tumbarna di sirkel sosial media dan internet, bukan cuma ngajak mantan teroris ke kantor polri aja 🤔💡
 
ini salah satu poin yang perlu diwasiatkan, apakah pengakuan Ahmad Sahroni tentang pentingnya pendekatan yang lebih nuansa dalam menghadapi terorisme benar-benar akan berubah bagaimana cara Indonesia melaksanakan kebijakan tersebut. karna jika sudah punya pengalaman dan ilmu yang cukup besar tentang terorisme, maka tentu dia bisa memberikan kontribusi yang lebih signifikan daripada sebelumnya 🤔
 
Gue rasa siapa yang mau duduk meja dengan mantan leader JI itu kayak gak ada logika! Kalau dia mau ditemui PSO, tapi bukannya dia sama sekali tidak mau ditemuini kepolisian saat masih aktif? Siapa nanti yang terluka? 😒

Gue tahu kalau Sahroni mau bergabung dengan PSI itu untuk alasan apa? Mungkin agar gak terkena hukum lagi sih... Tapi, apakah ini benar-benar ada perubahan hatinya? Atau masih hanya cerita palsu kayak yang dibuat kaki kaki PSO itu? 😒

Gue rasa apa yang harus dilakukan sekarang adalah buat perubahan dari dalam. Kalau ingin mencegah terjadinya radicalisasi, maka kita harus fokus pada pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat, bukan hanya sekedar bergabung dengan PSO aja! 🤔
 
🤔 apa yang bisa dipikirkan dari pertemuan antara Ahmad Sahroni dan Brigadier General I Gusti Ngurah Made Supriyanto? kalau mereka nggak bisa berdiskusi tentang kebenaran, bagaimana kalau kita percaya bahwa ada yang mau ganti pikiran dan jadi pengembang pendidikan anti radikalisme di kampus? tapi perlu diperhatikan siapa yang membagi, siapa yang mengontrol apa yang mereka bawakan. di mana terpunculkan kepercayaan itu? siapa nanti yang dipercaya untuk melakukan perubahan sejati?
 
ini kejadian yang bikin aku penasaran, kenapa mantan jemaitah bisa bertemu dengan pejabat kepolisian? apa yang mau di diskusikan sih? kalau mau atuh terorisme, kenapa jangan langsung dibawa ke pengadilan? dan kok ada orang yang masih ingin bertanya-tanya, gini gimana caranya buat pemerintah bisa mengatasi kasus-kasus radikalisme di Indonesia?
 
Maksudnya siapa lagi yang mau 'membakar' JI lagi? Beliau sendiri sudah pernah bikin gusiran di Maluku, sekarang beliau mau 'mendamaikan' dengan pihak kepolisian? Kamu pikirkah kalau begitu kan bisa menghilangkan rahasia operasi-nya? Wah, kalau demikian, toh saya rasa PSI udah makin lemah lagi 🙄.
 
ini kalau di sini kita harus memikirkan apa yang bisa dilakukan gampangnya untuk mencegah terjadinya terorisme... tapi kayaknya gampang banget, kan? kayaknya kerjasama antara pemerintah dan komunitas masyarakat bisa menjadi salah satu solusinya. sih, kita harus lebih fokus pada pendidikan dan pemahaman yang lebih baik tentang islam, sehingga orang bisa tidak terjebak dengan ideologi yang salah... dan juga kita harus lebih berhati-hati dalam hal pemerian online, sih, karena itu bisa menjadi saluran terbesar bagi propagandanya.
 
ini bikin kekhawatiran, siapa nih yang mau percaya kalau Ahmad Sahroni mau berubah? tapi mungkin dia benar-benar ingin membantu, kita harus lihat buktinya aja... apalagi kalian yang sibuk banget dengan rapat dan meeting, gimana kalau kalian fokus banget pada hal ini? mending kita bantu guru-guru SD jadi lebih baik agar mereka bisa bantu mencegah radicalisasi di masa depan 🤔
 
Gue rasa ini bikin kerugian utamanya adalah siapa nih yang bener-benar mau berubah dari cara hidup yang salah? Ahmad Sahroni udah lama tidak aktif lagi, tapi apakah dia benar-benar mau berubah atau hanya main-main aja?

Gue pikir lebih pentingnya lihat bagaimana aksi-aksi nyata yang diambil oleh pemerintah daripada sekedar pernyataan yang sering kalah dari kenyataan. Apakah pemerintah benar-benar mau mengatasi root cause radikalisme atau hanya mau ngewang-wangi dulu?
 
Pengamat UMKM yang aku jadi, rasanya penasaran dengan keberanian Ahmad Sahroni untuk hadir di acara tersebut. Aku pikir baik buruknya, tapi yang penting dia mau berbagi pengalunya agar kita bisa belajar dari kesalahan masa lalu. Tapi, apa artinya itu jika lagi banyak orang muda yang terjebak dengan ajaran ekstremis? Perlu disadari bahwa online propagation adalah hal yang sangat sulit untuk diatasi hanya dengan penanggulangan keamanan saja... 🤔💡
 
🤔 aku pikir ini kalau jadi serial anime gak bakar! mantan pemimpin ji itu punya cerita sih yang seru banget, tapi apa yang di lakukan pemerintah sekarang? tapi aja-aja kira-kira apa yang bisa dilakukan PSI untuk mencegah peristiwa2 radikalisme di Indonesia nanti. aku rasa kalau harusnya ada konflik antara para tokoh utama, tapi gak ada juga sih. aku penasaran banget bagaimana jalan keluar dari ini. 🤯
 
kembali
Top