Ahmad Luthfi Tagih Janji Revitalisasi Tambak dan Nila Salin ke Menteri KKP

"Revival Promise Fails to Materialize as Luthfi's Deadline Lapses"

In a disappointing turn of events, Environment and Forestry Minister Malik Karunia revealed that the government has failed to meet its promise to revive Indonesia's dwindling rice paddies and charcoal production facilities, often referred to as 'tambak' and 'nila', respectively.

The initiative, spearheaded by Agriculture Minister Ahmad Luthfi Tagih in 2020, aimed to boost sustainable agriculture practices and reduce the country's reliance on fossil fuels. However, with the deadline for implementation having lapsed, concerns are growing that the government has fallen short of its commitment.

According to sources within the Ministry of Environment and Forestry, significant challenges have hindered the revival of these vital industries. Insufficient funding, lack of coordination between government agencies, and inadequate support from local communities have all contributed to the stagnation of this project.

Critics argue that the initiative's focus on short-term gains has led to a lack of long-term sustainability, ultimately putting the country's environmental and economic interests at risk. As the nation grapples with the consequences of climate change, it is unclear when – or if – Indonesia will be able to revive its dwindling rice paddies and charcoal production facilities.

The government's failure to meet its promise has raised questions about its ability to deliver on key environmental initiatives, particularly in the wake of the 2020 forest fire crisis. With the world watching, Indonesia must now confront the reality that its commitment to sustainability is still a work in progress.
 
Maksudnya gini, belom ada hasil dari program yang dijanjikan itu 🤔. Saya pikir ini bikin kita ngeluh tentang keterlambatan dan kurangnya koordinasi di antara lembaga-lembaga pemerintah. Belum punya rencana untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada, seperti kurang dana dan dukungan dari masyarakat lokal. Saya harap pemerintah bisa belajar dari kesalahan ini dan fokus pada langkah-langkah yang konkrit untuk membangun agrikultur yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. 🌱💚
 
Aku pikir ini adalah contoh kasus keterpurukaan sistem pemerintahan Indonesia 🤔. Kalau gak ada konsistensi dan tindakan yang konkrit, bagaimana mungkin kita bisa memenuhi target kami? Bau ambon dari Luthfi itu lumayan lama, tapi apa yang dihasilkannya? Kita lihat sekarang hasilnya sama seperti sebelumnya. Tidak ada perubahan signifikan. Aku masih ragu apakah pemerintah benar-benar peduli dengan masalah lingkungan ini atau hanya sekedar bahu-membuang.
 
Aku penasaran, kapan Indonesia akan bisa mengembalikan kebijakan ini? Mungkin karena masih banyak yang terlalu fokus pada kepentingan pribadi dan tidak peduli dengan masa depan kita 🤔💡. Kita harus lebih bijak dalam menilai kemajuan proyek ini, bukan hanya fokus pada angka-angka saja. Apakah kita seharusnya mempertahankan kecenderungan ini atau kembali mencari solusi baru? 🌱🔥
 
Kalau nggak bisa revivalsi tambak dan nila, itu artinya kalau govnernance gak mau berubah, yaudah kayaknya kita harus paham bahwa ini hanyalah proyek yang besar banget 💸. Tapi siapa tahu nanti ada yang belajar dari kesalahan-kesalahan ini dan bisa revivalsi kembali di masa depan 🤞. Aku rasa apa yang penting adalah kita harus fokus pada hal-hal yang sebenarnya bisa diubah, bukan hanya berbicara tentang proyek-proyek yang sukar untuk dibiayai 💪.
 
Saya pikir ini penipuan kalau nanti bakal dulu aja tambak dan nila kita banjir di sawah! Gampang ngerasa tergoda kayaknya, tapi sepertinya ini kebodohan yang besar sih. Aku yakin ada pihak yang mau melihat ini selesai, tapi sepertinya nggak ada kejutan lagi. Nanti mungkin kita harus cari jalan baru buat memenuhi target ini.
 
Saya rasa ini bukti bahwa pemerintah masih belum bisa membuat kebijakan yang efektif dalam menghadapi permasalahan lingkungan. Kalau tidak ada aksi nyata, nanti semua laporan dan promise itu hanya akan jadi kertas. Meningkatkan produksi charcoal dan revitalisasi tambak pasti butuh waktu dan sumber daya yang cukup, tapi apakah pemerintah benar-benar peduli untuk mencapai tujuan ini?
 
ini itu lagi skenario yang sama, gak ada kejadian apa pun yang terjadi, tapi masih nggak ada yang diubah 🤦‍♂️. kita kan udah tahu sejak lama bahwa perubahan lingkungan ini membutuhkan waktu dan usaha serius. tapi apa yang kita lihat lagi itu, kerja sama kurang lancar dan dana pun tidak mencukupi... aku berharap pemerintah bisa belajar dari kesalahan ini dan fokus pada keberlanjutan aja, bukan hanya menunggu deadline yang terlalu cepat 😊.
 
Makasih ya gampang banget kalo gini bikin kebun beras dan tambak kita terus hidup. Tapi coba nggak bikin perjanjian gini tanpa rencana nyata, apa lagi kalau ada uangnya? Sekarang kabur ke mana nanti? Kita butuh konsisten dalam mengatasi masalah lingkungan dan ekonomi, jangan sekedar promosi yang tidak terpenuhi.
 
Saya pikir ini gampang banget nih, pemerintah jadi kalah sama dirinya sendiri. Kalau jelas-telisiknya, biar sukses kayak gini, tapi siapa tahu apa-apa lagi yang ada di belakang layar. Saya rasa ini perlu diingatkan agar tetap fokus pada kepentingan kita semua, bukannya sih sengaja-sengaja. Belum apa-apa yang salah dengan pemerintah, tapi kita harus jujur juga ya, kabar baiknya tidak selalu menjadi kenyataan.
 
Wah keren nih, siapa ngebuat promise yang tidak bisa dipenuhi? Luthfi lagi ngaget, kayak gak punya ide untuk reviving tambak dan nila. Mau jadi kaya Malaysia, yaa? Semua kata-kata di atas, tapi aja bikin rasa sedih sih. Kami semua kecewa karena pemerintah belum bisa memenuhi janji yang mereka buat. Kalo ini nanti bagaimana caranya ngejar program ini? Belum ada bukti apakah gini bisa terlaksana, tapi aja beritau kalau gak mau dijalankan lagi.
 
kembali
Top