Gelombang opini negatif terhadap DPR, termasuk Ahmad Sahroni, ternyata tidak muncul secara alami. Sebaliknya, itu merupakan hasil dari disinformasi dan manipulasi narasi yang terstruktur di media sosial.
Ahli analisis perilaku menilai, informasi yang diselewengkan bisa membentuk persepsi publik yang keliru. "Zaman sekarang perang bukan lagi dengan senjata api, tapi dengan informasi yang diselewengkan," ujar pakar tersebut. Sesudah itu, teknologi digital forensik berbasis kecerdasan buatan (AI) bisa digunakan untuk menelusuri siapa yang pertama kali menggulirkan narasi-narasi disinformasi.
Pernyataan ahli ini memperkuat pandangan bahwa gelombang opini negatif terhadap DPR, termasuk Ahmad Sahroni, tidak muncul secara alami. Malah itu merupakan hasil dari disinformasi dan manipulasi narasi yang terstruktur di media sosial.
Ahli analisis perilaku menilai, informasi yang diselewengkan bisa membentuk persepsi publik yang keliru. "Zaman sekarang perang bukan lagi dengan senjata api, tapi dengan informasi yang diselewengkan," ujar pakar tersebut. Sesudah itu, teknologi digital forensik berbasis kecerdasan buatan (AI) bisa digunakan untuk menelusuri siapa yang pertama kali menggulirkan narasi-narasi disinformasi.
Pernyataan ahli ini memperkuat pandangan bahwa gelombang opini negatif terhadap DPR, termasuk Ahmad Sahroni, tidak muncul secara alami. Malah itu merupakan hasil dari disinformasi dan manipulasi narasi yang terstruktur di media sosial.