Ahli di Sidang MKD DPR: Manipulasi dan Disinformasi Jadi Akar Kesalahpahaman terhadap Sahroni

Gelombang opini negatif terhadap DPR, termasuk Ahmad Sahroni, ternyata tidak muncul secara alami. Sebaliknya, itu merupakan hasil dari disinformasi dan manipulasi narasi yang terstruktur di media sosial.

Ahli analisis perilaku menilai, informasi yang diselewengkan bisa membentuk persepsi publik yang keliru. "Zaman sekarang perang bukan lagi dengan senjata api, tapi dengan informasi yang diselewengkan," ujar pakar tersebut. Sesudah itu, teknologi digital forensik berbasis kecerdasan buatan (AI) bisa digunakan untuk menelusuri siapa yang pertama kali menggulirkan narasi-narasi disinformasi.

Pernyataan ahli ini memperkuat pandangan bahwa gelombang opini negatif terhadap DPR, termasuk Ahmad Sahroni, tidak muncul secara alami. Malah itu merupakan hasil dari disinformasi dan manipulasi narasi yang terstruktur di media sosial.
 
Saya rasanya kayaknya kabar ini bikin kita jadi ingat kapan lagi kita berbicara dengan orang lain yang benar-benar punya pendapat sendiri? Sekarang kayaknya semua orang hanya sekedar mengikuti cerita yang dibuat oleh orang lain di media sosial. Saya pernah nonton video tentang cara membuat konten viral di YouTube, ternyata itu kayaknya cuma beberapa tetap menekuni strategi yang sama, misalnya dengan menggunakan hashtag yang tepat atau memanfaatkan emosi orang lain. Saya rasa kita harus lebih berhati-hati saat kita berbagi opini, karena siapa tahu orang lain bisa jadi sudah dipengaruhi oleh disinformasi... 😒
 
Kalau ini siapa tahu aja, informasi yang diselewengkan punya efek jangka panjang seperti apa? Kalau orang tidak percaya lagi pada sumber informasi apa pun, itu berarti semua yang kita lihat di media sosial tidak asli. Itu bisa membuat masyarakat menjadi lebih kritis, tapi siapa tahu itu juga bisa membuat masyarakat menjadi lebih parah karena takut salah. Saya rasa ini sama sekali tidak solusi untuk mencari kebenaran, tapi justru membuat kita menjadi semakin terperangkap dalam lingkaran palsu informasi.
 
Maksudnya kalau kita nggak peduli dengan sumber informasinya, aku pun ikut salah kesimpulan. Kalau benar-benar kita bisa melihat siapa yang pertama kali mengirimkan informasi palsu, mungkin kita bisa tidak terlalu cepat membuat opini. Tapi kalau media sosial kayak ini, informasi bisa bergerak dengan sangat cepat, jadi aku pun rasa perlu hati-hati juga. Saya pikir lebih baik kita fokus pada memahami cerita itu sendiri, daripada langsung menuduh siapa-siap orang.
 
Kadang nggak percaya kayaknya informasi yang dibuat-buat di media sosial bisa membawa perubahan besar pada opini masyarakat. Nah, kalau benar-benar ada 'disinformasi' yang menyebabkan banyak orang benci DPR dan Ahmad Sahroni, itu artinya kita harus lebih waspada dalam mencari sumber informasi yang akurat. Nggak bisa terus percaya dengan sesuatu yang dibuat-buat di internet 😒. Dan kalau teknologi digital forensik bisa digunakan untuk menelusuri siapa yang 'mencurigakan' membuat disinformasi itu, itu artinya kita harus lebih bijak dalam menggunakan teknologi, bukan sembarangan aja 🤔.
 
"Kebijaksanaan bukan dari tempat kita tinggal, tapi dari cara kita berpikir 🤔"

Aku pikir kalau di Indonesia banyak orang yang sudah bosan dengan sistem politik ini, tapi siapa yang mengatakan bahwa tidak ada cara untuk mengubahnya? Mungkin saja dengan menggunakan teknologi seperti digital forensik dan AI, kita bisa menemukan siapa yang memanipulasi informasi dan berusaha mengubah opini publik.
 
Gampang banget caranya orang-orang dipaksa pikir salah tentang siapa yang salah, gini punya efeknya. Nah kalau kita lihat lagi, bukan karena ada kesalahan dari siapa yang ada di DPR, tapi karena ada yang berusaha manipulasi informasi. Kita harus lebih waspada saat kita tertarik dengan sesuatu yang bikin kita marah, dan cari tahu terlebih dahulu apakah itu benar atau tidak. Dan kalau ada yang salah, kita harus siap mengakui kesalahan kita sendiri. Dengan begitu, kita bisa lebih bijak dalam memilih informasi yang kita konsumsi.
 
Gue pikir siapa yang ngerasa perlu bercerita tentang bagaimana cara menghalangi disinformasi ni? Gue rasa media sosial ni tempat yang sangat aman buat ngobrol cerita, tapi juga bisa jadi sumber disinformasi. Nanti gue sih pikir opini negatif terhadap DPR dan Ahmad Sahroni itu tidak ada masalah sama sekali.
 
itu aja kalau orang-orang nggak bisa membaca pikiran, kan? mereka akan terjebak di dalam kisah-kisah yang dibuat orang lain. gimana caranya kita bisa percaya pada sesuatu yang kita lihat di media sosial jika bukan karena ada sumber yang cukup? saya selalu bilang kalau harusnya ada bukti, tidak boleh hanya berdasar onlin dan foto yang dipake sebagai prove. toh gini cara kerja manusia ya, belajar dari kesalahan kita sendiri 😊
 
hehe ini benar banget kaya 🤦‍♀️! siapa tahu informasinya yang nggak jujur di media sosial bisa membuat kita jatuh ke dalam sesuatu yang salah 😒 tapi sekarang dengan teknologi digital forensik, kita bisa mengetahui siapa yang bilang apa dan dari mana 🤔 aku bangga dengar kalau Indonesia punya teknologi yang canggih seperti itu 🙌
 
Kalau gak salah, si gelombang negatif terhadap DPR itu cakap jadi sesuatu yang nggak asli, ya? Kadang-kadang aku pikir, si netizen malah terlalu mudah kira-kira aja, tanpa perlu nyari kebenaran dulu. 😊

Aku pikir ini bisajadi karena teknologi makin canggih banget, tapi juga nggak sabar kita untuk membawa informasi yang bener ke permukaan. Kita harus belajar untuk berhati-hati saat kita ngomong di media sosial, ya? 😐
 
kembali
Top