"Indonesia Harus Bisa 'Ciptakan Manusia' Dalam Membangun Jaringan 5G"
Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sarwoto Atmosutarno, menginginkan penerapan teknologi 5G di Indonesia mencapai 10 persen atau lebih. Menurutnya, ini akan memberikan peluang bagi negara kita untuk bersaing dengan negara-negara lain.
Sarwoto juga menekankan bahwa 5G memiliki kecepatan yang sangat cepat dan dapat digunakan untuk menjalankan program machine to machine berbasis kecerdasan buatan. Hal ini akan membantu meningkatkan ekonomi digital dan nasional.
"Bonus demografi Indonesia sangat potensial," kata Sarwoto. "Oleh karena itu, dirinya mengajak generasi muda yang kreatif untuk bersama-sama mendukung transformasi digital."
Sementara itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menekankan perlu adanya kolaborasi lintas pemangku kepentingan di industri telekomunikasi dalam upaya memperluas jangkauan koneksi 5G di Tanah Air.
"Kecepatan internet masih harus ditingkatkan, memang belum sampai kepada 100 Mbps," ungkap Nezar Patria.
Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sarwoto Atmosutarno, menginginkan penerapan teknologi 5G di Indonesia mencapai 10 persen atau lebih. Menurutnya, ini akan memberikan peluang bagi negara kita untuk bersaing dengan negara-negara lain.
Sarwoto juga menekankan bahwa 5G memiliki kecepatan yang sangat cepat dan dapat digunakan untuk menjalankan program machine to machine berbasis kecerdasan buatan. Hal ini akan membantu meningkatkan ekonomi digital dan nasional.
"Bonus demografi Indonesia sangat potensial," kata Sarwoto. "Oleh karena itu, dirinya mengajak generasi muda yang kreatif untuk bersama-sama mendukung transformasi digital."
Sementara itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menekankan perlu adanya kolaborasi lintas pemangku kepentingan di industri telekomunikasi dalam upaya memperluas jangkauan koneksi 5G di Tanah Air.
"Kecepatan internet masih harus ditingkatkan, memang belum sampai kepada 100 Mbps," ungkap Nezar Patria.