Tahun 2025 Tergelar sebagai Puncak Panas Kedua Sejarah, Menyusul 2023
Tahun 2025 diperkirakan akan menjadi tahun kedua puncak panas sejak berdirinya Era Industri pada abad ke-19, dengan global average suhu mencapai 1.54 derajat Celsius di atas tingkat pre-industri, menurut European Union's Copernicus Climate Change Service (C3S). Menjelang akhir tahun ini, 2025 akan menjadi salah satu tahun panas tertinggi sejak berdirinya Era Industri.
Menurut C3S, pencapaian suhu global ini merupakan pertanda bahwa keadaan iklim di Bumi semakin cepat berubah. Suhu global telah melewati batas 1.5 derajat Celsius selama tiga tahun berturut-turut sejak Era Industri dimulai pada abad ke-19. Pencapaian ini menunjukkan tantangan yang besar dalam mencapai tujuan tujuan iklim internasional.
Keadaan panas semakin cepat berubah, kata Samantha Burgess, strategic lead for climate at C3S. Menurut dia, hanya cara yang efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah dengan mempercepat upaya reduksi emisi CO2. "Kita harus bekerja lebih keras untuk mengurangi emisi CO2 agar suhu global tidak terus meningkat," kata Burgess.
Pada bulan November lalu, negara-negara gagal mencapai kesepakatan yang signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca di COP30 climate summit di Brasil. Namun, beberapa negara seperti Amerika Serikat dan perantara lain sudah menurunkan upaya mereka dalam mengurangi emisi CO2.
Bulan November lalu mencatatkan suhu rata-rata global 14,02 derajat Celsius, membuatnya menjadi puncak panas tertinggi kedua sejak berdirinya Era Industri. Suhu ini 1,54 derajat di atas tingkat pre-industri dan sangat melebihi rata-rata suhu pada abad ke-20, yaitu sekitar 13,7 derajat Celsius. Perkiraan ini mendukung adanya perubahan iklim yang terjadi di Bumi.
Tahun 2025 diperkirakan akan menjadi tahun kedua puncak panas sejak berdirinya Era Industri pada abad ke-19, dengan global average suhu mencapai 1.54 derajat Celsius di atas tingkat pre-industri, menurut European Union's Copernicus Climate Change Service (C3S). Menjelang akhir tahun ini, 2025 akan menjadi salah satu tahun panas tertinggi sejak berdirinya Era Industri.
Menurut C3S, pencapaian suhu global ini merupakan pertanda bahwa keadaan iklim di Bumi semakin cepat berubah. Suhu global telah melewati batas 1.5 derajat Celsius selama tiga tahun berturut-turut sejak Era Industri dimulai pada abad ke-19. Pencapaian ini menunjukkan tantangan yang besar dalam mencapai tujuan tujuan iklim internasional.
Keadaan panas semakin cepat berubah, kata Samantha Burgess, strategic lead for climate at C3S. Menurut dia, hanya cara yang efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah dengan mempercepat upaya reduksi emisi CO2. "Kita harus bekerja lebih keras untuk mengurangi emisi CO2 agar suhu global tidak terus meningkat," kata Burgess.
Pada bulan November lalu, negara-negara gagal mencapai kesepakatan yang signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca di COP30 climate summit di Brasil. Namun, beberapa negara seperti Amerika Serikat dan perantara lain sudah menurunkan upaya mereka dalam mengurangi emisi CO2.
Bulan November lalu mencatatkan suhu rata-rata global 14,02 derajat Celsius, membuatnya menjadi puncak panas tertinggi kedua sejak berdirinya Era Industri. Suhu ini 1,54 derajat di atas tingkat pre-industri dan sangat melebihi rata-rata suhu pada abad ke-20, yaitu sekitar 13,7 derajat Celsius. Perkiraan ini mendukung adanya perubahan iklim yang terjadi di Bumi.