Bunuh Diri: Faktor Tekanan Finansial yang Mengkhawatirkan di kalang Warga Korea Selatan Berusia 40-an
Bunuh diri telah menjadi penyebab kematian tertinggi di kalangan warga Korea Selatan berusia 40-an. Menurut data terbaru, sepanjang tahun lalu, tercatat 2.817 kasus bunuh diri di kelompok usia tersebut, yang merupakan angka yang sangat mengkhawatirkan.
Tekanan finansial dan ekspektasi sosial adalah dua faktor utama yang menyebabkan warga Korea Selatan berusia 40-an melakukan bunuh diri. Banyak dari mereka merasa tertekan karena harus menanggung beban sebagai pencari nafkah utama, mendukung orang tua yang sudah tidak bekerja, dan membiayai anak-anak yang masih sekolah.
Penurunan pendapatan dan ketidakpastian ekonomi juga menjadi faktor yang memperparah situasi ini. Rata-rata pendapatan bulanan kepala rumah tangga wiraswasta usia 40-an pada kuartal ketiga tahun lalu hanya 1,07 juta won atau sekitar US$745, turun 13,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, survei platform kerja menunjukkan bahwa 89,3% responden berusia 40-an merasa tidak aman dengan kondisi pekerjaan mereka. Tekanan semakin berat bagi pria usia 40-an, yang secara tradisional dipandang sebagai pencari nafkah utama keluarga.
Upaya penanggulangan bunuh diri harus melampaui pendekatan psikologis semata. Diperlukan kebijakan yang menyentuh akar struktural, seperti dukungan ekonomi, bantuan pekerjaan, serta layanan kesehatan mental yang lebih mudah diakses.
Perlu diketahui bahwa Korea Selatan memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara Asia dan ke-13 di dunia. Kondisi ini menunjukkan bahwa persoalan bunuh diri bukan hanya isu kesehatan mental, tetapi juga mencerminkan tekanan ekonomi dan ketimpangan sosial yang terus meningkat.
Sementara itu, data WHO menunjukkan bahwa Korea Selatan merupakan negara tingkat bunuh diri tertinggi secara keseluruhan pada 2021.
Bunuh diri telah menjadi penyebab kematian tertinggi di kalangan warga Korea Selatan berusia 40-an. Menurut data terbaru, sepanjang tahun lalu, tercatat 2.817 kasus bunuh diri di kelompok usia tersebut, yang merupakan angka yang sangat mengkhawatirkan.
Tekanan finansial dan ekspektasi sosial adalah dua faktor utama yang menyebabkan warga Korea Selatan berusia 40-an melakukan bunuh diri. Banyak dari mereka merasa tertekan karena harus menanggung beban sebagai pencari nafkah utama, mendukung orang tua yang sudah tidak bekerja, dan membiayai anak-anak yang masih sekolah.
Penurunan pendapatan dan ketidakpastian ekonomi juga menjadi faktor yang memperparah situasi ini. Rata-rata pendapatan bulanan kepala rumah tangga wiraswasta usia 40-an pada kuartal ketiga tahun lalu hanya 1,07 juta won atau sekitar US$745, turun 13,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, survei platform kerja menunjukkan bahwa 89,3% responden berusia 40-an merasa tidak aman dengan kondisi pekerjaan mereka. Tekanan semakin berat bagi pria usia 40-an, yang secara tradisional dipandang sebagai pencari nafkah utama keluarga.
Upaya penanggulangan bunuh diri harus melampaui pendekatan psikologis semata. Diperlukan kebijakan yang menyentuh akar struktural, seperti dukungan ekonomi, bantuan pekerjaan, serta layanan kesehatan mental yang lebih mudah diakses.
Perlu diketahui bahwa Korea Selatan memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara Asia dan ke-13 di dunia. Kondisi ini menunjukkan bahwa persoalan bunuh diri bukan hanya isu kesehatan mental, tetapi juga mencerminkan tekanan ekonomi dan ketimpangan sosial yang terus meningkat.
Sementara itu, data WHO menunjukkan bahwa Korea Selatan merupakan negara tingkat bunuh diri tertinggi secara keseluruhan pada 2021.