Contoh paradigma fakta sosial memang seringkali dilewatkan oleh masyarakat, tetapi sebenarnya ini merupakan aspek penting dalam memahami kehidupan sosial kita. Banyak perilaku yang kita lakukan secara otomatis, seperti mengikuti aturan sekolah atau jam kerja, sebenarnya merupakan contoh paradigma fakta sosial.
Contoh pertama: Aturan Sekolah
Mengikuti aturan sekolah adalah contoh paradigma fakta sosial. Siswa sekolah harus mengikuti aturan mengikat seragam merah putih dan tidak boleh berisik ketika mengikuti pelajaran, karena ini merupakan bagian dari kenyataan sosial yang diwajarkan oleh pendidikan.
Contoh kedua: Mengikuti Pemilu
Mengikuti pemilu adalah contoh paradigma fakta sosial. Kebijakan pemerintah menjadi salah satu contoh paradigma fakta sosial material yang berwujud tulisan, dan ini harus diikuti oleh semua warga negara Indonesia.
Contoh ketiga: Tenang saat Khotbah
Ketika khatib menyampaikan khotbah dalam ibadah salat Jumat, terdapat contoh paradigma fakta sosial nonmaterial berupa norma yang mengharuskan jemaah tidak berbicara, mengobrol, dan berisik. Dengan demikian, individu tersebut menaati kenyataan.
Contoh keempat: Pakaian Beribadah
Ritus ibadah haji adalah contoh paradigma fakta sosial dari segi agama. Mereka akan mematuhi aturan berpakaian yang sesuai dengan syariat dan tidak bisa seenaknya memakai pakaian lain.
Contoh kelima: Jam Kerja
Dalam standar operasional prosedur (SOP) pegawai negeri sipil, ada norma yang mengatur jam kerja, ketentuan izin, dan lain sebagainya. Dengan demikian, seorang pegawai tidak bisa seenaknya masuk di luar jam yang sudah ditentukan.
Contoh keenam: Aturan Harus Heningnya Rumah Sakit
Suasana di rumah sakit hening dan tenang karena pihak terkait sudah menetapkan aturan tidak boleh berisik agar pasien tidak terganggu. Dengan demikian, pengunjung yang datang menjenguk akan mengikuti aturan tersebut.
Contoh ketujuh: Pemberlakuan Memakai Masker saat Masa Pandemi
Contoh kasus paradigma fakta sosial ini memberlakukan penggunaan masker saat terjadi polusi tingkat tinggi atau pandemi. Semua orang akan mengikuti kewajiban tersebut ketika beraktivitas di luar ruangan.
Contoh kedelapan: Mengantre di Loket
Kegiatan mengantre di loket tertentu menjadi salah satu contoh paradigma fakta sosial yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Aturan antre ini bisa menggunakan wujud ataupun tak berwujud, tetapi sama-sama tidak boleh dilanggar.
Contoh keeninega: Bangunan di Perumahan dan Adat
Pembangunan suatu rumah di perumahan dengan tipe sama akan menghasilkan produk-produk serupa dan tidak boleh berlebihan sendirian. Begitu pula dengan rumah adat yang memiliki standar pendirian tertentu.
Contoh kesepuluh: Hukum Pidana dan Perdata
Indonesia merupakan negara hukum sehingga masyarakatnya tidak boleh melanggar aturan hukum pidana dan perdata. Pelanggar hukum akan mendapatkan sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Contoh kesepuluh satu: Pandangan Liberal
Liberalisme merupakan pandangan hidup yang menjunjung tinggi kebebasan seorang individu. Ideologi ini termasuk sebagai contoh paradigma fakta sosial, seperti berbagai ideologi lainnya.
Contoh kesepuluh dua: Pantangan dalam Tradisi
Masyarakat lokal di suatu daerah tertentu kerap memiliki pantangan-pantangan dalam menjalankan kehidupan. Kendati tidak tertulis, masyarakat memilih untuk tidak melanggar pantangan tersebut.
Contoh kesepuluh tiga: Penggunaan Uang
Negara telah menetapkan uang sebagai alat tukar yang sah dalam kegiatan perekonomian. Masyarakat pun sepakat untuk memanfaatkan benda berwujud ini untuk jual-beli barang atau jasa.
Contoh kesepuluh empat: Memberikan Salam saat Berkunjung
Mengucapkan salam ketika mengunjungi rumah orang lain merupakan salah satu aturan tak tertulis. Individu yang tidak menerapkan contoh perilaku paradigma fakta sosial ini akan dianggap tidak sopan.
Contoh kesepuluh lima: Menaati Peraturan Lalu Lintas
Contoh paradigma fakta sosial yang terakhir adalah menaati peraturan lalu lintas. Masyarakat mengikuti aturan demi keamanan dan kenyamanan, misalnya tidak melawan arah, memiliki surat izin, dan lain-lain.
Dengan memahami contoh-contoh paradigma fakta sosial di atas, kita dapat melihat bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh kenyataan sosial. Kita juga harus menyadari bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan dan harmoni masyarakat.
Contoh pertama: Aturan Sekolah
Mengikuti aturan sekolah adalah contoh paradigma fakta sosial. Siswa sekolah harus mengikuti aturan mengikat seragam merah putih dan tidak boleh berisik ketika mengikuti pelajaran, karena ini merupakan bagian dari kenyataan sosial yang diwajarkan oleh pendidikan.
Contoh kedua: Mengikuti Pemilu
Mengikuti pemilu adalah contoh paradigma fakta sosial. Kebijakan pemerintah menjadi salah satu contoh paradigma fakta sosial material yang berwujud tulisan, dan ini harus diikuti oleh semua warga negara Indonesia.
Contoh ketiga: Tenang saat Khotbah
Ketika khatib menyampaikan khotbah dalam ibadah salat Jumat, terdapat contoh paradigma fakta sosial nonmaterial berupa norma yang mengharuskan jemaah tidak berbicara, mengobrol, dan berisik. Dengan demikian, individu tersebut menaati kenyataan.
Contoh keempat: Pakaian Beribadah
Ritus ibadah haji adalah contoh paradigma fakta sosial dari segi agama. Mereka akan mematuhi aturan berpakaian yang sesuai dengan syariat dan tidak bisa seenaknya memakai pakaian lain.
Contoh kelima: Jam Kerja
Dalam standar operasional prosedur (SOP) pegawai negeri sipil, ada norma yang mengatur jam kerja, ketentuan izin, dan lain sebagainya. Dengan demikian, seorang pegawai tidak bisa seenaknya masuk di luar jam yang sudah ditentukan.
Contoh keenam: Aturan Harus Heningnya Rumah Sakit
Suasana di rumah sakit hening dan tenang karena pihak terkait sudah menetapkan aturan tidak boleh berisik agar pasien tidak terganggu. Dengan demikian, pengunjung yang datang menjenguk akan mengikuti aturan tersebut.
Contoh ketujuh: Pemberlakuan Memakai Masker saat Masa Pandemi
Contoh kasus paradigma fakta sosial ini memberlakukan penggunaan masker saat terjadi polusi tingkat tinggi atau pandemi. Semua orang akan mengikuti kewajiban tersebut ketika beraktivitas di luar ruangan.
Contoh kedelapan: Mengantre di Loket
Kegiatan mengantre di loket tertentu menjadi salah satu contoh paradigma fakta sosial yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Aturan antre ini bisa menggunakan wujud ataupun tak berwujud, tetapi sama-sama tidak boleh dilanggar.
Contoh keeninega: Bangunan di Perumahan dan Adat
Pembangunan suatu rumah di perumahan dengan tipe sama akan menghasilkan produk-produk serupa dan tidak boleh berlebihan sendirian. Begitu pula dengan rumah adat yang memiliki standar pendirian tertentu.
Contoh kesepuluh: Hukum Pidana dan Perdata
Indonesia merupakan negara hukum sehingga masyarakatnya tidak boleh melanggar aturan hukum pidana dan perdata. Pelanggar hukum akan mendapatkan sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Contoh kesepuluh satu: Pandangan Liberal
Liberalisme merupakan pandangan hidup yang menjunjung tinggi kebebasan seorang individu. Ideologi ini termasuk sebagai contoh paradigma fakta sosial, seperti berbagai ideologi lainnya.
Contoh kesepuluh dua: Pantangan dalam Tradisi
Masyarakat lokal di suatu daerah tertentu kerap memiliki pantangan-pantangan dalam menjalankan kehidupan. Kendati tidak tertulis, masyarakat memilih untuk tidak melanggar pantangan tersebut.
Contoh kesepuluh tiga: Penggunaan Uang
Negara telah menetapkan uang sebagai alat tukar yang sah dalam kegiatan perekonomian. Masyarakat pun sepakat untuk memanfaatkan benda berwujud ini untuk jual-beli barang atau jasa.
Contoh kesepuluh empat: Memberikan Salam saat Berkunjung
Mengucapkan salam ketika mengunjungi rumah orang lain merupakan salah satu aturan tak tertulis. Individu yang tidak menerapkan contoh perilaku paradigma fakta sosial ini akan dianggap tidak sopan.
Contoh kesepuluh lima: Menaati Peraturan Lalu Lintas
Contoh paradigma fakta sosial yang terakhir adalah menaati peraturan lalu lintas. Masyarakat mengikuti aturan demi keamanan dan kenyamanan, misalnya tidak melawan arah, memiliki surat izin, dan lain-lain.
Dengan memahami contoh-contoh paradigma fakta sosial di atas, kita dapat melihat bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh kenyataan sosial. Kita juga harus menyadari bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan dan harmoni masyarakat.