Selama ini, kita telah mendengar bahwa kelapa sawit di Indonesia telah menjadi salah satu komoditas strategis bagi negara ini. Namun, apa yang sebenarnya membuat raksasa sawit ini berhasil?
Menurut laporan terbaru dari CNBC Indonesia Research, penguasaan lahan adalah faktor fundamental yang menentukan plafon produksi, skala ekonomi, dan kekuatan pasar sebuah perusahaan di industri perkebunan. Dan siapa-siapa yang menguasai lahan sawit terluas di Indonesia?
Berdasarkan data teranyar, gelar penguasa lahan sawit terluas di Indonesia kini dipegang oleh subholding PalmCo, dengan estimasi total lahan mencapai 586.000 hektar. Yup, kamu membaca itu benar, lebih dari 500 ribu hektar.
PalmCo, merupakan hasil konsolidasi masif dari PTPN Group yang digagas Kementerian BUMN. Langkah strategis ini tidak hanya menciptakan entitas perkebunan sawit terbesar di Indonesia, tetapi juga salah satu yang terbesar di dunia.
Sementara itu, di posisi kedua adalah Golden Agri-Resources (GAR), pilar agribisnis dari Sinar Mas Group. Emiten ini mengelola lahan seluas 536.000 hektar di Indonesia. Selanjutnya, di posisi ketiga adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sebagai bagian dari konglomerat Astra Group.
Menariknya, data menunjukkan bahwa banyak dari "raja lahan" Indonesia justru "berkantor pusat" di Singapura, setidaknya secara pencatatan saham. Selain GAR, tiga pemain besar lainnya juga terdaftar di SGX, seperti First Resources Ltd (EB5), Wilmar International (F34), dan Bumitama Agri Ltd (P8Z).
Analisis ini menunjukkan bahwa penguasaan lahan adalah aset paling berharga bagi perusahaan-perusahaan ini. Masa depan industri sawit tidak lagi terletak pada ekspansi, melainkan pada intensifikasi. Oleh karena itu, investor harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti yield (produktivitas tanaman), age profile (profil usia pohon), dan kemampuan hilirisasi untuk menciptakan nilai tambah.
Ke-10 raksasa ini, dengan total penguasaan lahan kolektif yang mencapai lebih dari 2,7 juta hektar, tidak hanya akan mendikte pasar CPO domestik tetapi juga memainkan peran sentral dalam rantai pasok pangan dan energi global di masa mendatang.
Jadi, siapa-siapa yang ingin menjadi "raja lahan" sawit Indonesia harus siap untuk berinvestasi dalam aset ini. Dan yang tidak bisa disangkal lagi adalah bahwa penguasaan lahan adalah kunci untuk kesuksesan di industri perkebunan sawit.
Menurut laporan terbaru dari CNBC Indonesia Research, penguasaan lahan adalah faktor fundamental yang menentukan plafon produksi, skala ekonomi, dan kekuatan pasar sebuah perusahaan di industri perkebunan. Dan siapa-siapa yang menguasai lahan sawit terluas di Indonesia?
Berdasarkan data teranyar, gelar penguasa lahan sawit terluas di Indonesia kini dipegang oleh subholding PalmCo, dengan estimasi total lahan mencapai 586.000 hektar. Yup, kamu membaca itu benar, lebih dari 500 ribu hektar.
PalmCo, merupakan hasil konsolidasi masif dari PTPN Group yang digagas Kementerian BUMN. Langkah strategis ini tidak hanya menciptakan entitas perkebunan sawit terbesar di Indonesia, tetapi juga salah satu yang terbesar di dunia.
Sementara itu, di posisi kedua adalah Golden Agri-Resources (GAR), pilar agribisnis dari Sinar Mas Group. Emiten ini mengelola lahan seluas 536.000 hektar di Indonesia. Selanjutnya, di posisi ketiga adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sebagai bagian dari konglomerat Astra Group.
Menariknya, data menunjukkan bahwa banyak dari "raja lahan" Indonesia justru "berkantor pusat" di Singapura, setidaknya secara pencatatan saham. Selain GAR, tiga pemain besar lainnya juga terdaftar di SGX, seperti First Resources Ltd (EB5), Wilmar International (F34), dan Bumitama Agri Ltd (P8Z).
Analisis ini menunjukkan bahwa penguasaan lahan adalah aset paling berharga bagi perusahaan-perusahaan ini. Masa depan industri sawit tidak lagi terletak pada ekspansi, melainkan pada intensifikasi. Oleh karena itu, investor harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti yield (produktivitas tanaman), age profile (profil usia pohon), dan kemampuan hilirisasi untuk menciptakan nilai tambah.
Ke-10 raksasa ini, dengan total penguasaan lahan kolektif yang mencapai lebih dari 2,7 juta hektar, tidak hanya akan mendikte pasar CPO domestik tetapi juga memainkan peran sentral dalam rantai pasok pangan dan energi global di masa mendatang.
Jadi, siapa-siapa yang ingin menjadi "raja lahan" sawit Indonesia harus siap untuk berinvestasi dalam aset ini. Dan yang tidak bisa disangkal lagi adalah bahwa penguasaan lahan adalah kunci untuk kesuksesan di industri perkebunan sawit.