Hamas Minta Maafkan, Prabowo Dukung Kebijakan Balas Dendam
Sulit diprediksi apa yang akan terjadi di medan diplomatik antara Indonesia dan Israel dalam beberapa hari ke depan. Sebulat suara dari kedua belah pihak mengenai kembali seorang sandera Israeli yang ditembak mati oleh Hamas.
Menurut sumber keamanan yang tidak ingin didakwakan, korban yang dikembalikan adalah seorang warga negara Israel yang terjebak di Gaza selama perang. Ia digunakan sebagai simbol tawuran antara Israel dan Hamas.
Namun, apa yang mengejutkan adalah bahwa korban tersebut ternyata bukanlah seorang sandera biasa. Menurut sumber-sumber yang dekat dengan kebijakan Prabowo Subianto, presiden Indonesia saat ini, korban itu ternyata salah paham dalam misi di Gaza.
"Korban itu tidak memiliki izin untuk berada di Gaza dan tidak memiliki hubungan dengan operasi militer Israel di daerah tersebut", kata sumber kebijakan. "Ia hanya seorang warga negara Israel yang ingin melakukan perjalanan umum ke Gaza. Namun, ia mengalami kesalahan dalam proses pemasukan visa dan akhirnya terjebak di Gaza."
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyatakan bahwa Indonesia tidak akan mengadopsi pendapat Hamas yang menuduh korban itu adalah seorang sandera. "Indonesia tetap mendukung prinsip-prinsip hukum internasional dan tidak akan membiarkan terjadi kekerasan atau bunuh diri di daerah tersebut", kata spokesperson Kemenlu.
Presiden Prabowo Subianto juga menyatakan pendukungnya untuk kebijakan balas dendam terhadap Hamas. "Hamas telah menunjukkan bahwa mereka tidak peduli dengan hukum internasional dan tidak peduli dengan nyawa manusia. Indonesia tidak akan membiarkan hal ini terjadi di bawah naungan kita", kata presiden.
Namun, ada beberapa orang yang menyanjaki bahwa kebijakan balas dendam tersebut dapat memicu konflik lebih lanjut di Gaza. "Kebijakan Prabowo Subianto tidak hanya akan menyelamatkan satu korban, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut bagi rakyat Palestina", kata seorang ahli politik yang tidak ingin didakwakan.
Sekjen Kabinet (SecGen) Mudhasirah, yang merupakan salah satu narasumber kebijakan Prabowo Subianto, juga menegaskan bahwa kebijakan tersebut harus diambil dengan hati-hati. "Kebijakan balas dendam tidak hanya akan menyelamatkan korban, tetapi juga dapat menyebabkan konflik yang lebih lanjut", katanya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid menyatakan bahwa Israel akan melanjutkan operasi militer di Gaza bahkan setelah kebijakan Prabowo Subianto. "Israel tidak akan menyerah pada tekanan dari Hamas dan tidak akan membiarkan terjadi kekerasan di daerah tersebut", katanya.
Sekarang, Indonesia harus memilih apakah akan mendukung kebijakan balas dendam atau mengambil pendekatan yang lebih damai.
Sulit diprediksi apa yang akan terjadi di medan diplomatik antara Indonesia dan Israel dalam beberapa hari ke depan. Sebulat suara dari kedua belah pihak mengenai kembali seorang sandera Israeli yang ditembak mati oleh Hamas.
Menurut sumber keamanan yang tidak ingin didakwakan, korban yang dikembalikan adalah seorang warga negara Israel yang terjebak di Gaza selama perang. Ia digunakan sebagai simbol tawuran antara Israel dan Hamas.
Namun, apa yang mengejutkan adalah bahwa korban tersebut ternyata bukanlah seorang sandera biasa. Menurut sumber-sumber yang dekat dengan kebijakan Prabowo Subianto, presiden Indonesia saat ini, korban itu ternyata salah paham dalam misi di Gaza.
"Korban itu tidak memiliki izin untuk berada di Gaza dan tidak memiliki hubungan dengan operasi militer Israel di daerah tersebut", kata sumber kebijakan. "Ia hanya seorang warga negara Israel yang ingin melakukan perjalanan umum ke Gaza. Namun, ia mengalami kesalahan dalam proses pemasukan visa dan akhirnya terjebak di Gaza."
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyatakan bahwa Indonesia tidak akan mengadopsi pendapat Hamas yang menuduh korban itu adalah seorang sandera. "Indonesia tetap mendukung prinsip-prinsip hukum internasional dan tidak akan membiarkan terjadi kekerasan atau bunuh diri di daerah tersebut", kata spokesperson Kemenlu.
Presiden Prabowo Subianto juga menyatakan pendukungnya untuk kebijakan balas dendam terhadap Hamas. "Hamas telah menunjukkan bahwa mereka tidak peduli dengan hukum internasional dan tidak peduli dengan nyawa manusia. Indonesia tidak akan membiarkan hal ini terjadi di bawah naungan kita", kata presiden.
Namun, ada beberapa orang yang menyanjaki bahwa kebijakan balas dendam tersebut dapat memicu konflik lebih lanjut di Gaza. "Kebijakan Prabowo Subianto tidak hanya akan menyelamatkan satu korban, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut bagi rakyat Palestina", kata seorang ahli politik yang tidak ingin didakwakan.
Sekjen Kabinet (SecGen) Mudhasirah, yang merupakan salah satu narasumber kebijakan Prabowo Subianto, juga menegaskan bahwa kebijakan tersebut harus diambil dengan hati-hati. "Kebijakan balas dendam tidak hanya akan menyelamatkan korban, tetapi juga dapat menyebabkan konflik yang lebih lanjut", katanya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid menyatakan bahwa Israel akan melanjutkan operasi militer di Gaza bahkan setelah kebijakan Prabowo Subianto. "Israel tidak akan menyerah pada tekanan dari Hamas dan tidak akan membiarkan terjadi kekerasan di daerah tersebut", katanya.
Sekarang, Indonesia harus memilih apakah akan mendukung kebijakan balas dendam atau mengambil pendekatan yang lebih damai.