Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa rendahnya imbal hasil surat utang pemerintah justru menjadi bukti kepercayaan investor. Saat ini imbal hasil surat utang pemerintah 10 tahun tercatat di level 5,9 persen, yang merupakan puncak rendahnya sepanjang 20 tahun terakhir.
Menurut Purbaya, rendahnya imbal hasil surat utang ini menunjukkan bahwa investor percaya dengan fondasi ekonomi Indonesia ke depan. "Kalau kita rendah, kan berarti kita bagus. Orang lain percaya sama kita, domestik sama asing," ujarnya.
Data yang dihimpun oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia menunjukkan bahwa imbal hasil surat utang SBN Indonesia lebih kompetitif dibandingkan negara tetangga. Misalnya, Filipina sebesar -93,3 bps, Singapura -103,8 bps, Afrika Selatan -124 bps, dan Meksiko -167,8 bps.
Namun, Indonesia masih lebih rendah dibandingkan Thailand sebesar -75,2 bps, Amerika Serikat (AS) -53,7 bps, Saudi Arabia -39,2 bps, Malaysia -34,1 bps, India -23,7 bps. Bahkan, beberapa negara mencetak imbal hasil surat utang hingga -6 bps seperti Italia dan Kanada.
Selain itu, spread atau selisih antara SBN dengan obligasi dari surat berharga AS US Treasury kian menyempit, menunjukkan risiko kurs dan negara yang terkelola. Imbal hasil surat utang 10 tahun turun menjadi 6,09 persen pada Oktober 2025, sebelumnya sebesar 6,97 persen pada Januari 2025.
"Itu menunjukkan orang percaya dengan fondasi ekonomi kita ke depan. Kalau enggak, enggak akan bisa seperti itu," pungkas Purbaya.
Menurut Purbaya, rendahnya imbal hasil surat utang ini menunjukkan bahwa investor percaya dengan fondasi ekonomi Indonesia ke depan. "Kalau kita rendah, kan berarti kita bagus. Orang lain percaya sama kita, domestik sama asing," ujarnya.
Data yang dihimpun oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia menunjukkan bahwa imbal hasil surat utang SBN Indonesia lebih kompetitif dibandingkan negara tetangga. Misalnya, Filipina sebesar -93,3 bps, Singapura -103,8 bps, Afrika Selatan -124 bps, dan Meksiko -167,8 bps.
Namun, Indonesia masih lebih rendah dibandingkan Thailand sebesar -75,2 bps, Amerika Serikat (AS) -53,7 bps, Saudi Arabia -39,2 bps, Malaysia -34,1 bps, India -23,7 bps. Bahkan, beberapa negara mencetak imbal hasil surat utang hingga -6 bps seperti Italia dan Kanada.
Selain itu, spread atau selisih antara SBN dengan obligasi dari surat berharga AS US Treasury kian menyempit, menunjukkan risiko kurs dan negara yang terkelola. Imbal hasil surat utang 10 tahun turun menjadi 6,09 persen pada Oktober 2025, sebelumnya sebesar 6,97 persen pada Januari 2025.
"Itu menunjukkan orang percaya dengan fondasi ekonomi kita ke depan. Kalau enggak, enggak akan bisa seperti itu," pungkas Purbaya.