Wihaji Sebut Penuntasan Kemiskinan dan Stunting Harus Diakselerasi

Pemerintah Wihaji mengangkat kembali komitmen untuk menuntaskan masalah kemiskinan dan stunting di Indonesia melalui pendekatan kolaboratif yang lebih efektif. Menurutnya, isu ini tidak bisa diselesaikan secara parsial dan memerlukan kerja sama antara berbagai pihak.

Kemiskinan dan stunting adalah dua sisi mata uang yang sama yang harus diatasi bersama. Wihaji menekankan bahwa kolaborasi ini harus dilakukan dengan serius dan tidak hanya sekedar diskusi. "Kolaborasi ini tidak harus selesai di sini, di atas meja. Problem kemiskinan dan problem stunting tidak hanya didiskusikan, tapi harus dikerjakan, ditindaklanjuti, tidak hanya diobrolkan," ujarnya.

Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, juga menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menuntaskan dua persoalan besar di NTT. Ia menyebutkan bahwa Presiden Prabowo telah menugaskan agar penanganan stunting difokuskan di dua provinsi contoh, yakni NTT dan Jawa Barat.

Pemprov NTT telah menyiapkan langkah nyata untuk mengatasi masalah tersebut melalui Program Genting, yaitu Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting. Program ini akan melibatkan seluruh kepala daerah di 22 kabupaten/kota di NTT.

Penanganan stunting sangat penting untuk melibatkan para tokoh adat dan tokoh agama, karena mereka memiliki pengaruh besar dan lebih didengar masyarakat, khususnya dalam urusan keluarga yang menjadi inti masalah stunting. Berbeda dengan urusan pembangunan yang menjadi ranah pemerintah, masalah keluarga memerlukan pendekatan dari tokoh-tokoh yang dihormati seperti pendeta, pastor, kiai, dan tokoh lainnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada contoh kasus penurunan stunting di Kota Kupang melalui program 10 gereja di daerah pesisir pantai yang bekerja sama dengan UNICEF. Pendeta Samuel Benyamin Pandie menyatakan bahwa dalam waktu enam bulan mereka berhasil menurunkan angka stunting di Kota Kupang karena kegembiraan makan bersama dengan anak-anak.

Percepatan penanggulangan kemiskinan dan stunting memerlukan kekuatan kolektif dan pendekatan kultural, tidak hanya kebijakan. Sinergi antara pemerintah dan tokoh adat/agama sangat penting agar program Genting dan konsorsium ini segera menciptakan generasi Indonesia yang sehat, bebas stunting, dan kemiskinan.
 
omg bro, kalau gini terus kita dengar, kemiskinan & stunting sama-sama diatasi aja, tapi tidak ada langkah nyata apa lagi. kapan-kapan pemerintah bilang dia mau kerjasama, tapi apa yang dilakukan? sih belum ada jawaban ๐Ÿค”. kalau Presiden bilang fokus di NTT dan Jawa Barat, itu gak berarti semuanya bisa selesai aja, harus dikerjakan juga.

program Genting itu keren, tapi butuh kekuatan kolektif & pendekatan kultural, bukan hanya kebijakan aja ๐Ÿค. kalau ada contoh kasus seperti di Kota Kupang, itu gak bisa dipisahkan, harus menjadi model untuk semua daerah. jadi, biar generasi Indonesia yang sehat & bebas stunting, kita butuh kerja sama yang lebih serius & tidak hanya diskusi ๐Ÿ˜Š.
 
Kalau nggak salah informasinya, kaya gini, Pemerintah Jawa Barat mau kerja sama dengan UNICEF buat mengatasi masalah stunting di daerah mereka ๐Ÿค. Tapi, gimana kalau NTT bisa nggak? Kalau aku duduk di Jakarta, aku rasa stunting dan kemiskinan itu gampang diselesaikan, tapi kalau di daerah ngeletaknya jadi masalah, lho! ๐Ÿ™„. Aku pikir program Genting di NTT itu bakalan beresolusi, asalkan mereka ko kerja sama dengan tokoh adat dan agama di daerahnya. Tokoh-tokoh itu punya pengaruh yang besar, jadi aku yakin program ini bakalan sukses! ๐Ÿ’ช.
 
Gak ngerti kenapa belia-belia orang di sini masih terus-menerus bicara soal stunting, tapi tidak lakuin apa-apa ๐Ÿ˜. Saya bayangkan kalau program Genting ini benar-benar berjalan dengan baik, maka stunting akan semakin jarang ditemukan di Indonesia. Kita harus fokus pada implementasinya, bukan hanya diskusi-diskusi aja ๐Ÿ’ก
 
Jangan lupa kan? Stunting memang masalah yang serius banget! Kalau kita gini, kemiskinan juga tidak bisa dipandang lepas. Kita harus kolaborasi lebih efektif agar bisa menyelesaikan masalah ini bersama-sama. Program Genting itu nanti bagus banget! Kita perlu serius dan tidak hanya diskusi, tapi aksi yang nyata! ๐Ÿค๐Ÿ’ช
 
Pokoknya, semuanya terlalu kompleks kayak gini ๐Ÿคฏ. Kolaborasi punya arti apa? Aku pikir pemerintah harus fokus utama memperbaiki infrastruktur aja kayak jalan raya, listrik, dan air bersih. Kemiskinan itu sekarang berantai di mana-mana, kalau tidak ditatas, semua yang ada akan gak beres ๐Ÿ™…โ€โ™‚๏ธ. Stunting itu serius banget, tapi bagaimana caranya membuat program Genting itu nyata? Coba-lah aku terima kasih, tapi aku masih ragu ๐Ÿค”
 
Gue bayangkan kalau kita bisa mengubah NTT menjadi Provinsi yang utuh tanpa stunting! Itu kalau kita semua bekerja sama dengan serius ๐Ÿ’ช. Tapi apa pun yang dijadi, ini adalah langkah positif dari Pemerintah Wihaji dan kami harus mendukungnya ๐Ÿ™Œ. Kita harus percaya bahwa jika kerja sama antara pemerintah dan tokoh adat/agama bisa membawa hasil, maka semua masalah akan dapat diselesaikan ๐Ÿ’•. Membayangkan anak-anak NTT yang gembira bermain bersama, tanpa stunting, itu adalah impianku ๐ŸŒŸ!
 
๐Ÿคฏ Aku rasa program Genting ini kayaknya terlalu fokus pada pengaruh tokoh adat/agama aja, padahal kemiskinan dan stunting memang banyak dijakarta juga ๐Ÿ˜’. Mungkin gak ada solusi jika kita tidak mau bekerja sama dengan pemerintah. Tapi aku rasa kalau program ini bisa jadi efektif jika diintegrasikan dengan program-program lain seperti Pemulihan Ekonomi Daerah (PED) dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat (PKM). Aku pikir kita harus mencari solusi yang lebih komprehensif, bukan hanya fokus pada satu aspek saja. ๐Ÿ˜Š
 
Gue pikir kalau program Genting itu nggak cukup, lu harus lihat bagaimana pelaksanaan aja nanti, apakah nyambung atau ngalampui targetnya ๐Ÿค”. Kalau mau benar-benar melawan stunting dan kemiskinan, mesti ada konseptualitas yang lebih dalam lagi daripada hanya kooperasi antara pemerintah dan tokoh adat/agama. Mungkin lu harus nambahin aspek ekonomi atau pendidikan juga, jadi program Genting nggak hanya fokus pada keluarga aja, tapi juga terangkat ke level masyarakat luuh ๐ŸŒ.
 
kembali
Top