Jawaban Akhir Keracunan Makanan di Dapur MBG Menipis, Coba UGM
Pemerintah setempat memang telah melakukan berbagai upaya untuk menghindari keracunan makanan yang sering terjadi di daerah-daerah dengan program "Makan Bergizi Gratis" (MBG). Namun, sumber daya yang dimiliki masih tidak mencukupi sehingga membuat pengelolaan makanan dalam skala besar pun menjadi berisiko tinggi.
Menurut Direktur Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), Citra Indriani, pengelolaan makanan di daerah-daerah seperti MBG memang memiliki risiko keracunan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kekurangan standar operasional proses (SOP) yang efektif.
Selain itu, kekurangan pengetahuan dan pelatihan di lapangan juga menjadi salah satu penyebab utama yang menyebabkan keracunan makanan. Selain itu, pengelolaan sumber daya juga memang perlu diperbaiki agar program MBG dapat terlaksana dengan efektif.
Mengenai hal ini, Citra mengatakan bahwa adanya kesenjangan dalam penerapan kaidah HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) sangatlah penting untuk mencegah keracunan. Namun, di lapangan masih banyak yang belum memahami dan menyelesaikan hal ini.
Jika hal ini terus berlanjut, maka Citra menekankan bahwa program MBG tidak akan dapat menghasilkan manfaat yang optimal bagi anak-anak sekolah. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi yang menyeluruh untuk meningkatkan kualitas dan keamanan makanan di daerah-daerah tersebut.
Dalam upaya ini, Citra menyarankan beberapa langkah yang dapat diterapkan. Pertama, standarisasi fasilitas dan kapasitas SPPG harus diperbaiki. Kedua, asesmen awal untuk menilai kelayakan produksi massal harus dilakukan. Ketiga, penerapan SOP berbasis HACCP harus dijalankan mulai dari bahan baku hingga konsumsi siswa.
Selain itu, Citra juga menekankan pentingnya pengawasan yang efektif dan meningkatkan pengetahuan pelaksana di lapangan. Dengan demikian, anak-anak sekolah dapat menikmati manfaat program MBG tanpa terpapar risiko keracunan pangan.
Sementara itu, PKT UGM juga menyimpulkan bahwa perlunya evaluasi yang menyeluruh untuk meningkatkan kualitas dan keamanan makanan di daerah-daerah tersebut.
Pemerintah setempat memang telah melakukan berbagai upaya untuk menghindari keracunan makanan yang sering terjadi di daerah-daerah dengan program "Makan Bergizi Gratis" (MBG). Namun, sumber daya yang dimiliki masih tidak mencukupi sehingga membuat pengelolaan makanan dalam skala besar pun menjadi berisiko tinggi.
Menurut Direktur Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), Citra Indriani, pengelolaan makanan di daerah-daerah seperti MBG memang memiliki risiko keracunan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kekurangan standar operasional proses (SOP) yang efektif.
Selain itu, kekurangan pengetahuan dan pelatihan di lapangan juga menjadi salah satu penyebab utama yang menyebabkan keracunan makanan. Selain itu, pengelolaan sumber daya juga memang perlu diperbaiki agar program MBG dapat terlaksana dengan efektif.
Mengenai hal ini, Citra mengatakan bahwa adanya kesenjangan dalam penerapan kaidah HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) sangatlah penting untuk mencegah keracunan. Namun, di lapangan masih banyak yang belum memahami dan menyelesaikan hal ini.
Jika hal ini terus berlanjut, maka Citra menekankan bahwa program MBG tidak akan dapat menghasilkan manfaat yang optimal bagi anak-anak sekolah. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi yang menyeluruh untuk meningkatkan kualitas dan keamanan makanan di daerah-daerah tersebut.
Dalam upaya ini, Citra menyarankan beberapa langkah yang dapat diterapkan. Pertama, standarisasi fasilitas dan kapasitas SPPG harus diperbaiki. Kedua, asesmen awal untuk menilai kelayakan produksi massal harus dilakukan. Ketiga, penerapan SOP berbasis HACCP harus dijalankan mulai dari bahan baku hingga konsumsi siswa.
Selain itu, Citra juga menekankan pentingnya pengawasan yang efektif dan meningkatkan pengetahuan pelaksana di lapangan. Dengan demikian, anak-anak sekolah dapat menikmati manfaat program MBG tanpa terpapar risiko keracunan pangan.
Sementara itu, PKT UGM juga menyimpulkan bahwa perlunya evaluasi yang menyeluruh untuk meningkatkan kualitas dan keamanan makanan di daerah-daerah tersebut.