Amerika Serikat (AS) dan Australia telah menandatangani kesepakatan untuk meningkatkan pasokan tanah jarang, yang merupakan sumber daya penting bagi banyak produk, termasuk mobil dan semikonduktor. Langkah ini diambil tak lama setelah China melakukan pembatasan ekspor pada mineral-mineral tersebut.
Pembatasan yang dilakukan oleh China bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan tanah jarang pada militer dan sektor sensitif lain. Ini membuat kelompok industri otomotif Barat waspada karena tindakan ini bisa mengacaukan rantai pasokan.
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese telah menandatangani perjanjian untuk meningkatkan pasokan tanah jarang dan mineral penting lain, bernilai US$8,5 miliar atau Rp 141 triliun. Kesepakatan ini merupakan hasil dari kerja sama yang telah lama dinantikan antara kedua negara tersebut.
Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun, keputusan ini adalah hasil pilihan pasar dan perusahaan, bukan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Namun, dia juga menekankan pentingnya negara kaya sumber daya alam berperan proaktif untuk menjaga keamanan dan stabilitas rantai industri dan pasokan.
Sementara itu, manajer portofolio sumber daya alam di perusahaan investasi Ninety One, George Chevely mengatakan bahwa kerja sama ini merupakan kesepakatan yang baik untuk meningkatkan pasokan mineral penting di luar China. Dia juga menekankan bahwa dalam sektor yang dipolitisasi dan di mana uang pemerintah sebagai subsidi, membuatnya berjalan secara ekonomi sulit.
Pembatasan yang dilakukan oleh China bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan tanah jarang pada militer dan sektor sensitif lain. Ini membuat kelompok industri otomotif Barat waspada karena tindakan ini bisa mengacaukan rantai pasokan.
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese telah menandatangani perjanjian untuk meningkatkan pasokan tanah jarang dan mineral penting lain, bernilai US$8,5 miliar atau Rp 141 triliun. Kesepakatan ini merupakan hasil dari kerja sama yang telah lama dinantikan antara kedua negara tersebut.
Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun, keputusan ini adalah hasil pilihan pasar dan perusahaan, bukan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Namun, dia juga menekankan pentingnya negara kaya sumber daya alam berperan proaktif untuk menjaga keamanan dan stabilitas rantai industri dan pasokan.
Sementara itu, manajer portofolio sumber daya alam di perusahaan investasi Ninety One, George Chevely mengatakan bahwa kerja sama ini merupakan kesepakatan yang baik untuk meningkatkan pasokan mineral penting di luar China. Dia juga menekankan bahwa dalam sektor yang dipolitisasi dan di mana uang pemerintah sebagai subsidi, membuatnya berjalan secara ekonomi sulit.