Rusia dan Ethiopia menandatangani perjanjian pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Addis Ababa, Ethiopia. Perjanjian ini merupakan langkah besar bagi kedua negara dan seluruh Afrika sub-Sahara. Menurut Menteri Luar Negeri Ethiopia Gedion Timotheos, perjanjian ini akan menjadi PLTN pertama Ethiopia.
Rusia memilih Ethiopia sebagai tujuan pembangunan PLTN karena potensi yang besar di negara tersebut. Duta Besar Rusia untuk Ethiopia, Evgeny Terekhin, mengatakan bahwa Rosatom akan membangun PLTN menggunakan reaktor VVER-1200 berkapasitas 1.200 MW. Reaktor ini dikenal dengan efisiensi tinggi dan sistem keselamatan canggih.
Perjanjian ini merupakan bagian dari hubungan perdagangan antara Rusia dan Ethiopia yang menunjukkan pertumbuhan signifikan. Nilai perdagangan kedua negara lebih dari dua kali lipat pada paruh pertama tahun 2025, mencapai US$ 191,2 juta (sekitar Rp3,15 triliun).
Namun, perjanjian ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang pengembangan nuklir di Indonesia. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa penandatanganan perjanjian pembangunan PLTN pertama di Ethiopia adalah "tonggak sejarah utama dalam hubungan negara-negara, serta langkah penting menuju implementasi teknologi serupa di sub-Sahara Afrika".
Sementara itu, syarat RI memiliki nuklir masih belum terpenuhi. Jika Indonesia ingin memiliki nuklir, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.
Rusia memilih Ethiopia sebagai tujuan pembangunan PLTN karena potensi yang besar di negara tersebut. Duta Besar Rusia untuk Ethiopia, Evgeny Terekhin, mengatakan bahwa Rosatom akan membangun PLTN menggunakan reaktor VVER-1200 berkapasitas 1.200 MW. Reaktor ini dikenal dengan efisiensi tinggi dan sistem keselamatan canggih.
Perjanjian ini merupakan bagian dari hubungan perdagangan antara Rusia dan Ethiopia yang menunjukkan pertumbuhan signifikan. Nilai perdagangan kedua negara lebih dari dua kali lipat pada paruh pertama tahun 2025, mencapai US$ 191,2 juta (sekitar Rp3,15 triliun).
Namun, perjanjian ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang pengembangan nuklir di Indonesia. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa penandatanganan perjanjian pembangunan PLTN pertama di Ethiopia adalah "tonggak sejarah utama dalam hubungan negara-negara, serta langkah penting menuju implementasi teknologi serupa di sub-Sahara Afrika".
Sementara itu, syarat RI memiliki nuklir masih belum terpenuhi. Jika Indonesia ingin memiliki nuklir, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.